5 Alasan Tidak Perlu Mengajarkan Calistung untuk Balita

Biarkan anak berkembang sesuai nalurinya  

Dunia anak-anak adalah bermain, dengan bermain anak dapat mempelajari banyak hal termasuk aspek sosial terhadap lingkungan. Kemampuan anak dalam calistung atau kita biasa sebut dengan membaca, menulis, dan berhitung akan sangat efisien jika dilakukan di usia yang tepat. Beberapa riset dan penelitian menyatakan usia ideal membimbing anak calistung saat berusia 5 tahun. Mengajari anak terlalu dini dapat berdampak pada kemapuan anak yang tidak maksimal nantinya.

Kecerdasan setiap anak memang unik, jadi mengajaknya bermain lebih sering dapat mengasah kecerdasannya. Ada 5 alasan tak perlu mengajarkan calistung untuk anak di bawah 5 tahun, apa aja itu? Lanjutkan membaca untuk tahu lebih lanjut!

1. Aspek motorik harus terpuaskan 

5 Alasan Tidak Perlu Mengajarkan Calistung untuk Balitailustrasi anak bermain (pexels.com/Polesie Toys)

Aspek motorik punya porsi yang sangat besar dalam perkembangan anak. Aspek ini termasuk dalam motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah kemampuan anak yang melibatkan otot besarnya seperti berlari, melompat, memanjat dan menari. Sedangkan motorik halus termasuk kemampuan anak dalam menulis, memegang pensil, meronce dan beberapa hal terkait tangan serta kakinya.

Mengajari anak calistung sebelum 5 tahun akan membuat otot besarnya tak terpuaskan, anak lebih sering duduk tenang dan memegang pensil. Padahal keterampilan ini dapat terlatih jika anak terbiasa bergerak bebas.

2. Menurunnya minat belajar anak saat usia 8 tahun ke atas  

5 Alasan Tidak Perlu Mengajarkan Calistung untuk Balitailustrasi anak kurang fokus (pexels.com/Artem Podrez)

Minat belajar anak tumbuh dari kebiasaan dan rasa penasaran terhadap sesuatu, memahami calistung sebelum 5 tahun dapat membuat anak kehilangan minat belajar saat ia berusia 8 tahun, alhasil anak merasa waktu bermainnya saat masih kecil merasa ‘tercuri’. Inikah yang menyebabkan anak merasa masih ingin bermain di usia 8 tahun ke atas.

Memenuhi naluri anak dalam bermain dapat membuat anak tumbuh sesuai nalurinya, dampak positifnya anak lebih memahami tanggung jawab dan kewajibannya.

Baca Juga: Nadiem Makarim Sebut Calistung Bukan Hal Terpenting dalam Pendidikan

3. Anak mudah bosan 

dm-player
5 Alasan Tidak Perlu Mengajarkan Calistung untuk Balitailustrasi anak bosan belajar (pexels.com/Katerina Holmes)

Beberapa mungkin dapat duduk tenang, belajar calistung namun tidak untuk beberapa yang lain. Kebosanan yang sering melanda anak-anak yang tak terpuaskan motorik kasarnya justru akan membuat anak rentan marah bahkan stres.

Rutinitas yang sama bagi anak itu sangat membosankan, jadi cobalah untuk mencari ide bermain yang bervariasi setiap hari, ya!

4. Atensi fokus rendah 

5 Alasan Tidak Perlu Mengajarkan Calistung untuk Balitailustrasi anak tak fokus (pexels,com/cottonbro)

Pernah kah menjumpai anak yang tidak fokus terhadap satu hal? Hal ini karena rentang fokus untuk anak 2-5 tahun adalah sekitar 4-12 menit. Antensi fokus yang tak lama ini akan tepat kita gunakan untuk bermain edukatif bukan calistung.

Seperti bermain balok susun, memanah, membidik dan meronce. Beberapa permainan ini akan membuat anak lebih fokus calistung saat usianya di atas 5 tahun kelak. Bersabarlah untuk menemani tumbuh kembang anak, ya!

5. Ibu atau pengasuh rentan sres

5 Alasan Tidak Perlu Mengajarkan Calistung untuk Balitailustrasi ibu yang stress (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ekspektasi orang tua termasuk ibu atau pengasuh yang mengajari anak calistung cenderung tinggi. Dimana hal ini berlawanan dengan kemampuan anak. Dimana hal ini berdampak pada ketidaksabaran ibu dalam mengajari anak calistung saat berusia di bawah 5 tahun. Kemarahan yang datang justru dapat membuat ibu atau pengasuh rentan stres.

Kecerdasan anak bukannya terlatih namun anak bisa ikut stres juga, jadi cobalah untuk menerima segala keunikan anak, ya! Alasan untuk tak mengajari anak calistung di atas sesuai peraturan pemerintah, kok! Jadi tetap nikmati masa bermain anak sambil melatih kecerdasannya, ya!

Baca Juga: 5 Persepsi Keliru Mengenai Kecerdasan Pada Anak, Stop Begini!

imroatus solihah Photo Verified Writer imroatus solihah

Mencari pengalaman di content writer, memiliki keahlian dalam berkoordinasi dengan tim dan proyek. Memiliki minat dalam menulis dan mengungkapkan ide secara luas. Terbiasa menulis dengan kemampuan self-editing dan memperhatikan struktur kalimat dan ejaan yang benar. Menawarkan komunikasi yang baik dan keterampilan berbicara di depan umum. Mencari peran entry-level dipenulis konten dan siap untuk mempelajari hal-hal baru secara detail. Mampu berpikir kreatif dan berinovasi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya