Mengapa Anak Bisa Membunuh? Berikut 5 Jawaban Psikolog

Jangan salah, anak juga bisa melakukan pembunuhan

Dewasa ini banyak anak menjadi pelaku tindak kriminal, baik level kecil, sedang, hingga berat seperti pembunuhan. Bagaimana mungkin anak-anak sudah mempunyai niatan atau bahkan kesanggupan untuk menyakiti hingga menghilangkan nyawa orang lain? Psikolog dan parenting coach, Irma Gustiana dan psikolog, Rena Masri, S.Psi, M.Si memaparkan pendapatnya berikut ini.

1. Sistem sosial yang salah

Mengapa Anak Bisa Membunuh? Berikut 5 Jawaban Psikologilustrasi toxic society (pexels/Rodnae)

Menilik dari segi kondisi sosial, psikologi anak-anak, terutama di fase remaja memiliki kecenderungan emosi yang kurang stabil. Mereka mudah galau, sedih, atau kecewa dengan kondisi yang dialaminya di lingkungan sosial. Anak-anak akan mencari jati diri dan menyerap hal-hal yang ada dalam lingkungannya, seperti nilai-nilai yang di terapkan di rumah.

"Secara sosial, hal itu bisa bertentangan sebenarnya. Di mana anak itu bergaul, dengan siapa anak bergaul, lingkungan kemasyarakatan, dan lingkungan di mana anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya. Hal itu bisa mempengaruhi pembentukan kepribadian itu sendiri." Kata Irma Gustiana, dalam edukasi parenting Sabtu (04/12).

Pada beberapa contoh kasus kriminalitas yang melibatkan anak, diketahui bahwa anak mendapat tekanan dari orang dewasa yang ada di dalam sistem sosial yang salah. Anak cenderung tidak bisa menghindari bersinggungan langsung dengan sistem sosial yang ada. Sehingga bisa jadi di dalam benak internalnya ada semacam kontradiksi antara nilai yang baik dan buruk.

Ketika anak-anak yang dalam keadaan ini sedang berada dalam tekanan dalam lingkungan sosialnya, mereka cenderung mudah terpengaruh. Ditambah dengan fungsi berpikirnya yang masih terbatas dalam membedakan mana yang boleh atau tidak boleh dilakukan, memungkinkan anak untuk mengikuti atau bahkan dipaksa untuk mengikuti situasi sosial yang ada.

Faktor lingkungan sosial ini kemudian membentuk pola berpikir anak dan perilakunya sehingga anak-anak yang berada dalam lingkungan sosial yang tidak tepat ini, sangat membutuhkan orang dewasa untuk memberikan informasi dan bimbingan yang benar.

2. Digitalisasi dan kecanduan game online

Mengapa Anak Bisa Membunuh? Berikut 5 Jawaban Psikologilustrasi digitalisasi (pexels/pixabay)

Sistem sosial kita telah melebar ke arah digitalisasi di mana akses informasi lebih banyak diperoleh melalui gadget. Anak-anak juga sudah terbiasa berinteraksi dengan orang lain lewat gadget

Irma Gustiana mengatakan, "Permainan game online lebih banyak. Waktu anak bermain game di depan layar juga meningkat. Waktu rata-rata anak sekarang bisa mengakses internet dan game kurang lebih selama 11 sampai 12 jam, yang tentunya dipengaruhi oleh faktor pembelajaran daring."

Informasi-informasi dan interaksi yang diakses anak ketika bermain gadget juga menjadi faktor pembentuk pola pikir dan perilakunya. Anak-anak akan mengamati apa yang mereka tonton dan mendapatkan dorongan untuk melakukannya di dunia nyata.

Sayangnya konten-konten yang ada di internet dan game online tidak semuanya bermakna positif. Banyak konten yang dibuat tidak untuk anak-anak. Misalnya film thriller pembunuhan, pornografi, dan lain sebagainya.

3. Ciri-ciri anak yang memiliki hasrat melakukan kekerasan atau membunuh

dm-player
Mengapa Anak Bisa Membunuh? Berikut 5 Jawaban Psikologilustrasi informasi pribadi (pexels/Tima)

Ciri-ciri terkait anak yang memiliki kecenderungan melakukan kekerasan atau membunuh sebenarnya cukup sulit untuk dideteksi. Psikolog, Rena Masri berpendapat bahwa ciri-ciri ini bisa jadi terlihat atau tidak terlihat pada anak.

Rena Masri mengatakan bahwa sebagian anak bisa mengekspresikan perasaannya melalui tindakan, tapi sebagian lagi tidak bisa atau cenderung menyimpan perasaannya sehingga apa yang ia rasakan tidak terlihat oleh orang lain.

Meskipun begitu, American Academy of Child and Adolescents Psychiatry mengumumkan ada beberapa ciri-ciri anak dan remaja yang melakukan kekerasan, yakni:

  • Kemarahan yang meledak-ledak
  • Mudah terlibat perkelahian
  • Memiliki sifat yang agresif
  • Mengancam atau ada niatan menyakiti orang lain
  • Ketertarikan dengan senjata
  • Suka menyiksa hewan
  • Meremehkan dan bermain api
  • Melakukan vandalisme dengan sengaja

Selain ciri-ciri di atas, ada beberapa bentuk mengekspresikan perasaan emosi seseorang, seperti dalam bentuk gambar, lagu, ataupun ucapan. Hal ini tentu memerlukan kajian lebih lanjut bagi orangtua, apalagi jika disertai dengan perilaku anak yang cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.

Baca Juga: Adanya Sastra Anak terhadap Perkembangan Anak di Era Digital

4. Edukasi dan pengawasan kepada anak

Mengapa Anak Bisa Membunuh? Berikut 5 Jawaban Psikologilustrasi parenting (pexels/Emma bauso)

Dari semua faktor, hal yang harus diutamakan adalah fungsi orang dewasa yang cakap untuk memberikan edukasi kepada anak-anak. Baik itu dalam pergaulan maupun pengawasan anak ketika bermain gadget.

Irma Gustiana mengatakan bahwa edukasi kepada anak tidak cukup hanya sekali atau single lecture. Namun, harus dilakukan secara berulang dan bertahap. Seperti halnya dalam pembelajaran formal, edukasi kepada anak butuh feedback dan evaluasi oleh orangtua atau orang dewasa di dekatnya. Dengan demikian, anak-anak bisa benar-benar paham apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Perlu diingat, peran yang paling penting dalam pola edukasi dan pengawasan anak terletak pada orangtua dan orang-orang dewasa terdekat yang ada di lingkungannya. Untuk itu orang dewasa juga harus mengerti dan membekali diri untuk dapat melakukan edukasi dan pengawasan tersebut.

5. Bagaimana jika anak sudah ada kecenderungan melakukan tindakan kekerasan?

Mengapa Anak Bisa Membunuh? Berikut 5 Jawaban Psikologilustrasi anak ke psikolog (pexels/cottonbro)

Langkah paling awal yang harus orangtua atau orang dewasa di sekitar anak yang memiliki kecenderungan melakukan tindakan kekerasan adalah membawa anak untuk konsultasi ke psikolog atau psikiater. Hal ini dilakukan demi mendapatkan diagnosis yang tepat.

Orangtua dan orang dewasa harus berani mengambil langkah untuk mendampingi dan membantu anak. Komunikasi yang baik juga sangat diperlukan agar anak bisa terbuka dan mau menceritakan apa yang dirasakan.

Sejatinya, anak-anak adalah anugerah yang harus kita jaga. Seperti apa masa depannya juga bergantung kepada pola asuh serta lingkungan sosialnya. Maka orangtua dan orang dewasa harus menjadi pelindung anak-anak agar terhindar dari pola pikir dan perilaku yang salah.

kaist world Photo Writer kaist world

Scientists

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kalyana Dhisty

Berita Terkini Lainnya