ilustrasi anak dimarahi (pexels.com/lizasummer)
Berteriak pada anak sering kali menjadi cara orangtua untuk membuat anak mendengarkan mereka. Namun, cara ini sebenarnya tidak selalu efektif untuk membuat anak mendengarkan dan patuh pada saat itu, sebab berteriak pada anak justru dapat menyebabkan trauma dalam jangka panjang dan ini bukanlah solusi yang baik.
Dilansir Healthlline, Daniela Ginta, seorang freelance writer menjelaskan, berteriak pada anak-anak, terutama jika disertai dengan kata-kata yang merendahkan dan menghina, dapat dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan emosional. Ini telah terbukti memiliki dampak jangka panjang pada anak, seperti meningkatnya kecemasan, rendahnya harga diri, dan peningkatan perilaku agresif.
Berteriak pada anak bisa merusak hubungan orangtua dengan anak dan seiring berjalannya waktu, anak mungkin menjadi kurang responsif terhadap teriakan. Sebagai gantinya, berbicara dengan anak dalam nada yang baik, namun sifat tegas akan memberikan hasil yang lebih baik dan juga memperkuat hubungan antara orangtua dan anak.
"Berteriak pada anak merusak hubungan orangtua dengan anak dan membuat hubungan menjadi negatif," ungkap Dr. Laura Markham, Ph.D., psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting, dilansir Parents.
"Dalam 40 tahun saya sebagai seorang psikolog, saya telah melihat ribuan anak dan belum pernah satu pun yang mengatakan kepada saya bahwa mereka merasa lebih dekat dengan orang tua mereka setelah diteriaki," kata Dr. Neil Bernstein, Ph.D., psikolog klinis dan penulis, dilansir laman yang sama.