6 Tips agar Keluarga Gak Flexing setelah Kamu Kaya

- Jangan kasih fasilitas berlebihan, hindari memberikan fasilitas mewah yang bisa mendorong keluarga untuk suka pamer.
- Suruh cari uang sendiri jika mereka mau pamer, tegaskan kepada keluarga untuk mencari uang sendiri jika ingin bergaya.
- Kamu menjadi contoh kesederhanaan, tunjukkan kesederhanaan dalam keseharian untuk memengaruhi perilaku anggota keluarga.
Kamu mungkin tidak suka pamer harta atau flexing. Energi dan waktumu bahkan sudah hampir habis untuk fokus bekerja. Pamer kekayaan tak pernah tebersit di benakmu. Akan tetapi, boleh jadi malah anggota keluargamu yang suka flexing.
Terutama setelah kamu makin sukses dalam pekerjaan dan menjadi orang kaya. Dengan atau tanpa sepengetahuanmu baik pasangan, saudara, orangtua, mertua, atau anakmu dapat berubah gemar pamer materi. Jangan pasrah serta membiarkan mereka terus melakukannya.
Ada cara untuk menghentikan atau mencegah keluarga gak flexing setelah kamu kaya. Jangan sampai cepat atau lambat perilaku negatif tersebut menimbulkan akibat buruk dalam hidup kalian. Ketegasan sikapmu menjadi penentu!
1. Jangan kasih fasilitas berlebihan

Seiring pertambahan kekayaan, kamu mungkin ingin sekali memanjakan keluarga. Atau, dirimu gak sadar bahwa sikapmu sudah termasuk memanjakan. Kamu berpikir cuma kasih fasilitas untuk memudahkan hidup mereka.
Akan tetapi, pemberian fasilitas berlebihan dapat mendorong mereka suka pamer. Sebaiknya sejak awal dirimu gak terlalu royal dalam hal apa pun. Anakmu butuh gadget untuk mengerjakan PR misal, beli saja yang biasa. Tidak perlu gawai dengan merek dan seri yang termahal.
Kamu serta keluarga berlibur pun, pakai kamar hotel yang biasa-biasa saja. Tak usah kamar yang per malamnya mahal sekali. Kalau dirimu memberikan terlalu banyak fasilitas mewah, siapa pun pasti menjadi tergoda untuk pamer.
2. Suruh cari uang sendiri jika mereka mau pamer

Kalau ada keluargamu yang sudah menunjukkan hobi flexing, kamu kudu tegas. Selain tidak memberinya fasilitas yang mendukung kesukaannya pamer, bilang lebih keras. Bahwa jika dia tetap ingin flexing, carilah uang sendiri dengan cara yang halal.
Contohnya, adikmu bilang butuh sepeda motor untuk ke kampus. Kamu pada dasarnya oke-oke saja membelikannya sebab dia gak ada kendaraan juga repot. Namun, alih-alih ia menerima jenis sepeda motor apa pun yang akan dibelikan olehmu malah minta aneh-aneh.
Adikmu mendesak kamu supaya membelikan motor yang jauh lebih mahal. Tujuannya, agar motor itu dapat meningkatkan gengsinya dalam pergaulan. Tak usah panjang lebar kasih penjelasan. Katakan agar dia mencari uang sendiri kalau ingin bergaya.
3. Kamu menjadi contoh kesederhanaan

Karena kamu yang bertambah kaya, berarti dirimu yang memegang peran penting untuk memengaruhi perilaku anggota keluarga. Jika kamu yang bekerja keras sampai bisa mengumpulkan kekayaan saja tetap sederhana, masa mereka mau pamer? Pasti ada rasa gak enak dalam hati.
Jadilah teladan untuk keluargamu. Mau jabatan dan gajimu naik setinggi apa pun, tetaplah menunjukkan kesederhanaan dalam keseharian. Perubahan cukup untuk mengubah yang tidak layak menjadi layak.
Bukan mengganti hal-hal yang masih layak menjadi serba mewah. Tentu kamu tidak bisa memastikan semua anggota keluarga akan meniru kesederhanaanmu. Akan tetapi, paling gak sebagian besarnya bakal merasa selalu diingatkan olehmu melalui perilakumu sehari-hari.
4. Cari pasangan yang low profile

Untukmu yang belum menikah, kesempatan memilih pasangan masih terbuka lebar. Jangan hanya berorientasi pada daya tarik fisik. Kalau kamu gak mau memiliki suami atau istri yang gemar pamer setelah dirimu tambah kaya, carilah pribadi yang low profile.
Artinya, selain dia mesti memegang gaya hidup sederhana juga senantiasa rendah hati. Bukan cuma tampilan luarnya yang bersahaja, tapi ucapan-ucapannya penuh kesombongan. Hindari gebetan yang sejak awal sudah terlihat materialistis.
Bila pun dirimu sebenarnya telah cukup kaya, tetap jadikan low profile sebagai salah satu kriteria calon pasanganmu. Jangan pula kamu menampilkan seluruh kekayaanmu di hadapannya. Apalagi menjadikannya daya pikat utamamu.
5. Jelaskan tentang punya gak harus pamer

Sering-seringlah kamu mengajak seluruh anggota keluarga mengobrol. Sampaikan bahwa kalian terutama dalam hal ini dirimu akan terus bekerja untuk membangun aset. Namun, sebanyak apa pun aset yang nantinya berhasil dimiliki tidak untuk dipamerkan.
Misalnya, kamu bisa punya properti di mana-mana. Ada yang berupa rumah pribadi, kontrakan, kos-kosan, ruko, perkebunan, dan sebagainya. Semua itu cukup dikelola dengan baik. Bukan buat dipamerkan baik olehmu maupun anggota keluarga.
Beri tahu mereka juga bahwa orang yang gemar pamer belum tentu benar-benar memiliki aset. Boleh jadi berbagai bentuk kekayaan yang dipamerkan malah milik orang lain, belum lunas, atau diperoleh dengan cara yang buruk. Minta mereka memilih mana yang lebih baik. Gak suka pamer tapi asli memiliki sejumlah aset atau sekadar flexing.
6. Bareng-bareng belajar memaknai hidup

Merenungkan makna hidup yang sejati juga penting untuk membentengi diri dari nafsu yang berlebihan. Termasuk keinginan pamer harta. Apakah hidup kalian hanya akan disibukkan buat flexing? Apa manfaatnya? Mana yang lebih banyak, keburukan atau kebaikan akibat suka memamerkan materi? Bukankah hidup yang tidak diketahui kapan akan berakhir perlu diisi dengan hal-hal yang lebih penting? Harus ada manfaat nyata dari setiap tindakan kalian.
Malah sebisa mungkin manfaatnya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga orang banyak. Kalaupun kalian belum tahu hendak memberikan manfaat dengan cara apa dalam kehidupan banyak orang, minimal gak flexing. Pamer harta benda cuma menjerumuskan kalian dalam keburukan.
Kamu tak usah takut menjadi lebih kaya dari waktu ke waktu selama sumber kekayaannya halal dan baik. Meski begitu, antisipasi agar keluarga gak flexing setelah kamu kaya melalui tips-tips di atas. Jangan lupa diri seakan-akan kekayaan di dunia bakal kekal.