5 Tips Mengajari Anak Consent atau Persetujuan Afirmatif

Apa itu persetujuan afirmatif?

Mengajarkan anak tentang consent atau persetujuan sangat penting untuk membantu mereka mengenali, merespons, dan mencari bantuan. Misalnya Ketika mereka berada dalam situasi yang berpotensi eksploitatif, mengancam, atau melecehkan.

Maka dari itu, orangtua perlu mengajari anak-anak sejak dini mengenai persetujuan afirmatif, tentang privasi, cara menghormati orang lain, dan lain sebagainya. Dilansir Popsugar, berikut adalah lima tips mengajari anak tentang consent menurut psikolog.

Baca Juga: 5 Tips Mengajarkan Anak tentang Nilai Moral dan Etika Kehidupan

1. Sebutkan bagian tubuh dan jelaskan mengenai privasi

5 Tips Mengajari Anak Consent atau Persetujuan AfirmatifIlustrasi ibu dan anak (pexels.com/@ketut-subiyanto/)

Dengan cara ini, orangtua dapat mengambil langkah-langkah untuk membantu anak-anak untuk memahami bagian mana yang bersifat pribadi. Ini dapat diajarkan dengan berbagai cara seperti buku, atau praktik bermain peran. 

Buku yang digunakan yaitu buku-buku yang mengajarkan keterampilan atau konsep sosial melalui gambar, ilustrasi, dan kata-kata sederhana. Ini biasanya digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep kepada anak-anak seperti menjaga ruang pribadi yang sesuai dan memahami bagian tubuh dan privasi mereka.

2. Jelaskan mengenai hubungan dan sentuhan

5 Tips Mengajari Anak Consent atau Persetujuan AfirmatifIlustrasi orang tua dan anak (pexels.com/@kampus/)

Orangtua perlu untuk mendiskusikan berbagai jenis hubungan. Seperti anggota keluarga, guru, teman, kenalan, orang asing, dan lain sebagainya. Penting juga untuk menjelaskan bagaimana aturan sosial, batasan, dan jarak berlaku dalam hubungan-hubungan yang berbeda.

Diskusi ini dapat dilakukan dengan cara bermain peran, yang mana orangtua dapat mensimulasikan suatu situasi dan menanyakan kepada anak apakah pantas jika orang tersebut menyentuhnya. Ini penting untuk membantu anak membedakan interaksi sosial dan kontak fisik yang pantas dan tidak pantas.

Baca Juga: 5 Manfaat Mengajarkan Anak Membaca Sedari Dini

3. Ajarkan untuk selalu meminta izin

dm-player
5 Tips Mengajari Anak Consent atau Persetujuan AfirmatifIlustrasi anak dan orang tua (pexels.com/@mikhail-nilov/)

Berilah contoh perilaku persetujuan pada anak dengan meminta izin sebelum memeluk atau mencium. Atau meminta izin untuk bergabung dengan mereka di kamar untuk bermain bersama mereka. Hal ini secara alami akan mengajarkan anak tentang persetujuan. 

Meminta izin berarti jika anak berkata “tidak”, maka orangtua harus menghormatinya. Jangan memerintahkan anak untuk memeluk atau mencium anggota keluarga. Kasih sayang tidak boleh dipaksakan, dan jika anak merasa nyaman hanya dengan tos atau jabat tangan, orangtua harus menerimanya.

4. Ajari anak bahwa kata "tidak" adalah final

5 Tips Mengajari Anak Consent atau Persetujuan AfirmatifIlustrasi ibu dan anak (pexels.com/@kindelmedia/)

Biasanya, balita tidak suka mendengar kata "tidak". Namun orangtua dapat mendorong balita untuk menerima kata "tidak" dengan sering mengingatkan mereka, memuji mereka ketika mereka menghormati batasan orang lain, dan mencontohkan perilaku ini sendiri.

Misalnya, ketika teman sebaya menolak ajakan bermain, orangtua harus mendorong anak  untuk mengatakan "ok", untuk menghormati batasan orang lain. Ajari anak-anak bahwa 'tidak' dan 'berhenti' adalah kata-kata yang penting. Jika anak tidak menyerah saat orangtua berkata "tidak", orangtua perlu memberi contoh bahwa 'tidak' dan 'berhenti' adalah keputusan akhir, bukan sekadar ajakan untuk bernegosiasi.

5. Gunakan bahasa yang dipahami anak untuk membahas persetujuan seksual

5 Tips Mengajari Anak Consent atau Persetujuan AfirmatifIlustrasi ibu dan anak membaca buku (pexels.com/@artempodrez/)

Sebetulnya, orangtua tidak perlu membicarakan persetujuan seksual dengan balita, namun ada bahasa yang dapat orangtua gunakan agar mereka dapat memahaminya. Mengajarkan persetujuan dan topik penting lainnya akan paling efektif jika menggunakan bahasa dan metode yang mempertimbangkan usia anak.

Anak-anak yang lebih kecil mungkin mendapatkan manfaat terbaik dari kata-kata atau frasa sederhana yang dapat mereka pahami, contohnya seperti: 'Ibu dan ayah boleh memelukmu, tetapi orang asing tidak boleh'. Namun, orangtua dari anak-anak yang lebih besar seperti remaja dapat terlibat dalam percakapan yang lebih rinci tentang persetujuan dan hak, termasuk diskusi tentang persetujuan aktivitas seksual dan romantis.

Banyak di antara kita yang masih mengabaikan hal ini. Oleh karena itu, yuk mulai lebih perhatikan mengenai consent!

Baca Juga: 5 Kesalahan saat Mengajarkan Anak Berjalan, Bikin Bahaya!

Latisha Asharani Photo Verified Writer Latisha Asharani

Umbrellas don't mean anything to the unprecedented pouring rain

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Fajar Laksmita

Berita Terkini Lainnya