5 Tahapan Proses Tantrum yang Terjadi di Otak Anak

Cegah sebelum terlambat!

Tantrum pada anak digambarkan sebagai ledakan emosi yang intens, seperti rasa marah, kecewa, dan frustasi. Ini merupakan hal baru bagi anak usia dua tahun yang masih belum bisa menenangkan dirinya sendiri. Akibatnya, anak akan menangis, berteriak, meronta, memukul, melempar, atau membenturkan kepalanya.

Tantrum wajar sekali dialami anak usia dua tahun hingga lima tahun karena ini merupakan tahap perkembangan mental anak. Dan biasanya, tantrum sering terjadi ketika anak bersama orangtua, atau pengasuh yang mereka merasa aman. Karena ini cara anak mengomunikasikan keinginannya kepada orang yang mereka percaya. 

Meski melelahkan, tenang saja tantrum akan mulai berkurang saat anak sudah lebih mampu mengomunikaskan keinginan dan kebutuhannya. Berikut lima tahap proses tantrum yang terjadi di otak anak. Orangtua bisa mencegahnya sebelum terlambat!

1. Tahap pertama: kondisi normal

5 Tahapan Proses Tantrum yang Terjadi di Otak Anakilustrasi anak menangis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Memahami anak kecil itu mudah, dia tidak akan marah jika tidak pencetusnya. Salah satu pencetusnya adalah jika anak keluar dari kebiasaan rutinitas yang sudah dibangun orangtua. Anak di tahap pertama ini masih normal meski ada hal yang melenceng dari kebiasaannya.

Misalnya, jam tidur anak kurang. Dia masih bisa bermain meski mulai ngantuk. Nah di tahap ini, yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah tantrum adalah menolong anak kembali ke rutinitasnya. Beri anak penjelasan atau kesepakatan sebelum terjadi tantrum. Orangtua bisa bilang, "Ayo adik bubuk dulu, diajak tidur yuk mainannya. Tuh bonekanya juga mulai ngantuk. Nanti habis bubuk, kita main bersama lagi."

2. Tahap kedua: peningkatan emosi

5 Tahapan Proses Tantrum yang Terjadi di Otak Anakilustrasi anak menangis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Nah di tahap kedua ini, anak sudah mulai menerima respon pencetus yang membuatnya akan tantrum. Anak mulai mengalami eskalasi peningkatan ke ledakan emosi. Misalnya, anak menolak diajak tidur meski dia sudah lelah. Dia akan menangis, berargumen, dan menolak ajakan orangtuanya untuk tidur.

Yang bisa dilakukan orangtua adalah tetap tenang, jangan terpancing emosi anak. Gunakan teknik relaksasi seperti pernapasan. Tetap santai dan pertahankan kontak mata ke anak. Dengan nada yang lembut, orangtua bisa ucapkan, "Mama tahu adik marah. Mama tahu kok adik gak mau tidur. Tapi ini sudah jamnya tidur. Mau ke kamar gandeng mama atau digendong?"

Dengan meregulasi anak merasakan perasaan marahnya, anak tahu kalau dia dihargai dan aman mengungkapkan perasaan tersebut. Namun bukan berarti dengan menangis dia bebas, tetap ada aturan yang harus diikuti anak, yaitu dia harus tidur. Dengan memberikannya pilihan, orangtua memberikan kuasa ke anak untuk menentukan apa yang dia mau.

Tentunya, akan menjadi situasi yang ideal sekali jika berhenti di sini dan anak berhenti tantrum. Sayangnya, kebanyakan anak justru masuk ke tahap ketiga.

Baca Juga: 8 Tips Jaga Mood Anak biar Gak Tantrum, Perlu Ketegasan Orangtua

3. Tahap ketiga: zona disregulasi (puncak emosi)

dm-player
5 Tahapan Proses Tantrum yang Terjadi di Otak Anakilustrasi anak menangis (pexels.com/Keira Burton)

Di tahap ketiga, fungsi otak anak, khususnya bagian sistem limbik dan amigdala, mengambil alih. Bagian otak ini berperan banyak untuk emosi anak. Di tahap ini, anak masuk fase flight (menghindar, diam dan menangis terus) dan fight (melawan, menangis, berteriak, memukul). Dan di tahap ini, yang dibutuhkan anak bukanlah ucapan lagi. Tapi koneksi dan ketenangan dari orangtuanya.

Yang bisa dilakukan orangtua pertama adalah memastikan keamanan anak di sekitarnya. Jadi jika anak mau nangis berguling-guling, tidak ada barang yang dapat membuatnya terluka. Anak membutuhkan waktu sendirian untuk merasakan semua emosinya, namun tetap dampingi supaya anak tidak menyakiti dirinya.

Kuncinya di tahap ini adalah orangtua yang tenang dan tidak terpancing emosi anak. Semakin tenang orangtua, semakin cepat anak selesai tantrum. Tidak perlu mengucapkan apapun, karena percuma tidak ada yang bisa masuk ke otak anak ucapan tersebut.

Tarik napas dan hembuskan agar lebih rileks, jangan tinggalkan anak karena itu memberi pesan bahwa dia dibenci ketika mengungkapkan perasaannya. Hindari juga memberikan janji, karena dari situ anak belajar kalau kemauannya dituruti dengan cara dia marah-marah.

4. Tahap keempat: penurunan emosi

5 Tahapan Proses Tantrum yang Terjadi di Otak Anakilustrasi anak menangis (pexels.com/Phil Nguyen)

Tantrum tidak akan selamanya berada di puncak. Namun sampai berapa lama tantrum akan di puncak, itu cuma anak yang tahu. Karena itu, penting untuk membiarkan dia melepaskan emosinya tanpa diinterupsi. Semakin orangtua tak tenang dan anak dipaksa diam mendengarkan, akan semakin lama puncak tantrum.

Nah saat emosi anak sudah mulai turun, tunggu sampai dia benar tenang dan tubuhnya rileks. Anak butuh waktu untuk menenangkan diri lebih lama dari orang dewasa. Hindari meminta dia cepat bersikap seperti biasanya.

Saat anak sudah lebih tenang, tawarkan pelukan. Afirmasi perasaan sedihnya, yakinkan bahwa dia didengar bahkan saat sedang emosi sekalipun. Perlu diingat, pastikan orangtua harus dalam keadaan tenang dulu sebelum kembali membangun relasi dengan anak.

5. Tahap kelima: kembali normal

5 Tahapan Proses Tantrum yang Terjadi di Otak Anakilustrasi anak menangis (pexels.com/Jep Gambardella)

Ketika anak sudah selesai melampiaskan emosinya, perlakukan dia seperti biasa. Tetap minta dia tidur karena memang sudah jamnya. Gandeng anak secara perlahan ke kamar tidur. Temani sampai dia lelap.

Setelah anak bangun, ajak dia bicara sehubungan dengan tindakannya tadi. Lakukan koneksi dan rekonsiliasi. Jika orangtua salah, mintalah maaf. Diskusikan ke anak cara seperti apa yang disenangi dia ketika diajak tidur. Biarkan dia mengungkapkan pendapatnya, hargai dan lakukan untuk ke depannya.

Perlu diperhatikan, tidak semua tantrum bisa diatasi dengan cara yang sama. Namun kuncinya, ketika anak tantrum, orangtua perlu tenang. Orangtua yang tenang akan membuat masa tantrum singkat. Dan dari orangtua yang tenang juga, anak akan cepat belajar membangun kemampuannya menyelesaikan masalah yang tidak dia sukai.

Baca Juga: Biar Gak Tantrum, Ajari Anak Kelola Emosi dengan 5 Cara Ini

Liem Ling Photo Verified Writer Liem Ling

"Don't let the muggles get you down." -Ron Weasley

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya