5 Kiat agar Anak-Anak Tak Bertengkar saat Main Bersama, Mungkin Capek

Jangan minta salah satu untuk selalu mengalah

Kalau anak-anak sudah bertengkar, hampir bisa dipastikan akan ada yang menangis. Bahkan keduanya dapat menangis bersama dan menyulitkan orangtua dalam menenangkannya. Meski nanti mereka juga rukun kembali, tetap saja suasana menjadi tidak kondusif.

Lebih baik mencegah anak terbiasa bertengkar dengan teman atau saudaranya sejak dini. Anak-anak perlu dibekali dengan nilai-nilai kerukunan dari rumah sebelum mereka mulai bermain bersama. Selama bermain pun, nilai-nilai ini wajib terus dikuatkan.

Walaupun sesekali masih terjadi keributan, setidaknya frekuensinya sudah berkurang. Ini berarti mereka telah lebih mampu menjalin pertemanan yang harmonis. Lakukan kelima kiat berikut biar momen seru bermain bareng gak berubah menjadi jeritan dan tangisan.

1. Selalu ingatkan mereka agar akur

5 Kiat agar Anak-Anak Tak Bertengkar saat Main Bersama, Mungkin Capekilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Polesie Toys)

Jangan pernah capek untuk mengingatkan anak supaya rukun dengan siapa pun. Pesan ini juga perlu disampaikan di depan teman mainnya supaya menjaga kerukunan gak cuma menjadi tugas salah satu anak. Bagaimanapun, anak yang mencoba sabar mungkin bakal gagal bila kawan-kawannya terus bersikap buruk.

Kalau ada anak yang bersikap kurang baik pada anak kita, hindari memprovokasinya untuk membalas dengan perbuatan yang serupa. Bukan begini cara menciptakan hubungan yang baik. Bisa-bisa mereka malah berkelahi dan menjadi suka menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Minta anak yang dinakali untuk melaporkan pelakunya pada kita agar kita yang menegurnya baik-baik. Bila saat itu kita tidak ada di dekatnya dan ia terus menjadi sasaran perilaku teman yang negatif, minta anak buat meninggalkan permainan. Anak tidak perlu membiarkan dirinya tertindas, tetapi dia juga gak boleh meniru perbuatan buruk kawannya. 

2. Bermain dengan sedikit teman lebih baik daripada terlalu ramai

5 Kiat agar Anak-Anak Tak Bertengkar saat Main Bersama, Mungkin Capekilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Yan Krukau)

Ada anak yang sangat bisa menikmati bermain dalam kelompok besar. Anak bertipe ini umumnya punya keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi. Namun, sebagian anak malah menjadi sering bertengkar kalau bermain dengan terlalu banyak kawan.

Bagaimana cara untuk mengetahui jumlah teman bermain yang cocok buat anak? Coba saja dari sedikit teman dulu di awal masa bermainnya dengan kawan sebaya. Misalnya, ajak anak bermain dengan satu atau dua saudara sepupu atau tetangga.

Bila tak terjadi keributan sampai beberapa kali mereka main bareng, jumlah anggota kelompok dapat ditambah sedikit demi sedikit. Seperti menjadi empat anak dan seterusnya, sambil tetap memperhatikan karakter masing-masing anak. Sebab boleh jadi anak hanya cocok dengan kawan berkarakter tertentu, seperti yang sama-sama pendiam.

Baca Juga: 5 Kiat Mengasuh Anak di Era Digital, Pilih Konten Ramah Anak 

3. Pastikan jumlah mainannya cukup

dm-player
5 Kiat agar Anak-Anak Tak Bertengkar saat Main Bersama, Mungkin Capekilustrasi berebut mainan (pexels.com/Victoria Rain)

Bukan artinya kita hendak mengajari anak-anak agar bersikap individualis. Akan tetapi, masalah yang paling sering terjadi saat mereka bermain bersama adalah berebut mainan. Untuk mencegahnya, jumlah mainan harus cukup.

Kalau perlu setiap anak membawa mainan dari rumah. Nantinya mereka boleh saling meminjam mainan asalkan tidak memaksakan kehendak. Syukur-syukur ketika kita menjadi tuan rumah, kita punya cukup banyak mainan agar anak yang hanya memiliki sedikit mainan tidak merasa minder.

Mainan yang kerap memicu keributan kalau jumlahnya kurang misalnya sepeda. Setiap anak tentu ingin menaikinya dalam waktu yang cukup lama. Anak yang tak memiliki sepeda hanya akan merasa bosan berjam-jam menjadi penonton.

4. Batasi waktu main sehingga anak-anak tidak kelelahan

5 Kiat agar Anak-Anak Tak Bertengkar saat Main Bersama, Mungkin Capekilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/RDNE Stock project)

Kalau diamati, terkadang keributan antara anak-anak tidak dipicu oleh penyebab yang jelas. Tidak ada perebutan mainan atau kecurangan ketika bermain. Hanya saja, kondisi mereka sebenarnya sudah terlalu capek.

Sebenarnya mereka cuma perlu berhenti bermain dan istirahat. Namun, anak-anak kerap kali masih kesulitan mengidentifikasi kebutuhannya dengan tepat. Akibatnya, mereka makin lama makin rewel, segala hal terasa tidak menyenangkan, kemudian bertengkar dan menangis.

Pembatasan waktu bermain sangat krusial. Untuk jenis permainan yang bikin cepat capek seperti berlarian atau perang bantal, waktunya harus sebentar saja. Sedang permainan yang kurang menyita energi, seperti masak-masakan, dapat sedikit lebih lama.

5. Harus ada orang dewasa atau anak yang lebih besar sebagai pengawas

5 Kiat agar Anak-Anak Tak Bertengkar saat Main Bersama, Mungkin Capekilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Gustavo Fring)

Anak-anak memang memerlukan pengawasan dalam setiap kegiatan mereka. Utamanya anak usia prasekolah yang bahkan belum menyadari berbagai potensi bahaya. Wajib ada orangtua atau minimal anak yang lebih besar untuk mengawasi.

Dengan begitu, anak-anak dapat terus diingatkan saban mulai ribut. Kalau sekelompok anak kecil dibiarkan bermain sendiri, pasti tahu-tahu ada yang menangis. Pendampingan dari orang yang lebih dewasa dan dapat dipercaya juga penting buat mencegah anak-anak diincar oleh orang jahat ketika bermain di luar rumah.

Namun, wajib diperhatikan bahwa orangtua yang menemani anak-anak bermain gak boleh bersikap subjektif. Nanti semua perilaku anaknya dibela sekalipun salah. Anak-anak itu mesti mendapatkan perlakuan yang adil siapa pun pengawas permainannya.

Mudahnya anak terlibat pertengkaran disebabkan oleh sifat khas mereka yang masih haus akan perhatian, egosentris, dan gak mau mengalah. Namun, dengan menerapkan kelima cara di atas potensi keributan antaranak dapat diminimalkan. Harapannya, anak-anak yang mampu bermain dengan rukun akan membawa nilai kerukunan sampai masa dewasanya dan dalam situasi apa pun.

Baca Juga: 5 Ide Liburan Sekolah untuk Anak-anak, biar Gak Main Gadget Melulu

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya