Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Meluruskan Mitos Seputar Gizi Anak, Dokter Anjurkan Konsumsi Ini

Siswa penerima Makan Bergizi Gratis (dok. Tim Komunikasi Prabowo)
Siswa penerima Makan Bergizi Gratis (dok. Tim Komunikasi Prabowo)
Intinya sih...
  • Kemenkes RI telah mensosialisasikan panduan kebutuhan gizi seimbang harian terbaru, yakni dengan 50 persen piring diisi sayur dan buah, sedangkan 50 persen lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk. 
  • Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi mood anak, penting untuk diperhatikan
  • Tak hanya gizi, anak yang sehat dipengaruhi oleh mood dan keharmonisan keluarga

Jakarta, IDN Times - Gizi yang seimbang menjadi aspek penting dalam kesehatan anak-anak. Kalau dulu kita mengenal istilah 4 sehat 5 sempurna sebagai pemenuhan gizi seimbang anak, saat ini Kemenkes RI telah mengkaji lebih dalam dan memperbaharui panduan kebutuhan gizi seimbang harian. Terlebih bagi anak usia sekolah yang berada dalam masa pertumbuhan. Sayangnya, banyak orangtua di Indonesia masih memiliki persepsi yang salah terkait kebutuhan gizi anak.

Salah kaprah terkait kebutuhan gizi anak disampaikan oleh dr. Nadhira Afifa ketika peluncuran program Guardiancares: Healthy Kids Happy Future pada Kamis (15/7/25). dr. Nadhira menjawab sejumlah pertanyaan seputar gizi, presepsi kesehatan, serta dampak makanan terhadap emosi anak. Pemaparan dr. Nadhira mengarahkan agar orangtua perlu lebih kritis dan terbuka terhadap informasi tumbuh-kembang anak.

1. Bukan nasi yang paling penting dalam seporsi makanan, inilah pemenuhan kebutuhan gizi seimbang harian yang dianjurkan dokter

ilustrasi mengonsumsi makanan bergizi (freepik.com/freepik)
ilustrasi mengonsumsi makanan bergizi (freepik.com/freepik)

Masyarakat Indonesia banyak yang beranggapan bahwa komponen paling penting dalam seporsi makanan adalah nasi sebagai karbohidrat. Kebiasaan ini begitu melekat dalam budaya orang Indonesia sebab dulu terbiasa dengan anjuran makanan, 4 sehat 5 sempurna.

Akan tetapi, Kemenkes RI telah mensosialisasikan panduan kebutuhan gizi seimbang harian terbaru, yakni dengan 50 persen piring diisi sayur dan buah, sedangkan 50 persen lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk. Hal ini selaras dengan penjelasan dr. Nadhira terkait pemenuhan gizi seimbang bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan.

dr. Nadhira menjelaskan, “Kalau kita lebih fokusnya ke karbohidrat gitu karena makanan utama kita nasi kan Jadi itu persepsi yang salah juga di orang tua dan masyarakat. Jadi harus dipastikan nutrisinya gizi seimbang. Jadi memang ada karbohidrat, lemak, protein dalam jumlah yang cukup. Dan juga orang tuanya jangan cuma menyuruh doang, tapi orangtuanya juga berhabit yang gizi seimbang juga sehingga anak itu bisa mengikuti. Jadi perilaku sehatnya itu diterapkan di satu keluarga, bukan di anak aja.”

Anak membutuhkan variasi sumber energi, mulai dari makanan pokok, lauk pauk sebagai sumber protein, buah-buahan, hingga sayur-sayuran agar tubuh bisa mendapatkan nutrisi optimal. Berdasarkan panduan Isi Piringku dari Kemenkes RI, karbohidrat menjadi sumber tenaga utama, dapat diperoleh dari beras, jagung, sagu dan umbi-umbian.

Sementara lauk pauk menjadi sumber protein hewani dan nabati. Lauk hewani dapat diperoleh dari daging merah, unggas ikan, telur, susu dan produk olahannya. Sedangkan lauk nabati antara lain tahu, tempe, kacang-kacangan. Tak lupa juga untuk mengonsumsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin.

"Nah, jadi yang paling utama sih protein ya. Protein karena untuk tumbuh kembang anak dari segi fisiknya, untuk tumbuh tinggi dan juga perkembangan otot, tulang, dan lain-lain. Tapi gak lupa juga lemak juga penting. Mungkin kita tahu EPA, DHA ya untuk perkembangan otak. Jadi sebenarnya semua komponen gizi penting, tapi jangan sampai ada yang didominasi, misalnya karbohidratnya terlalu banyak atau lemaknya terlalu banyak. Itu tetap seimbang," tambahnya.

2. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi mood anak, penting untuk diperhatikan

IMG_9092.jpeg
dr. Nadhira Afifa di Guardiancares Kick Off Ceremony. (IDN Times/Dina Salma) (15/7/25)

Pandangan lain yang masih keliru terkait gizi, berkaitan dengan berat tubuh anak. Di masyarakat terdapat persepsi bahwa anak yang gemuk berarti sehat. Padahal hal ini tak sepenuhnya benar, berat badan ideal dan kebutuhan gizi masing-masing anak dapat berbeda.

Ditanya pendapatnya soal pandangan bahwa anak yang gemuk berarti sehat, dr. Nadhira menjelaskan, "Tapi sebenarnya di Indonesia tuh sekarang malah burden-nya ada dua. Ada yang masyarakat gizi buruknya banyak, tapi obesitasnya juga banyak. Jadi ini yang perlu diedukasi sih ke masyarakat bahwa status gizi anak yang baik seperti apa, itu ditentukan oleh dokter atau tenaga medis. Jadi sering cek aja ke puskesmas atau posyandu. Jangan biasakan (berpikir) anak gendut itu sehat, gak. Tapi harus sesuai sama ekspert-nya bilang apa."

Makanan yang dikonsumsi anak memang memiliki pengaruh yang signifikan pada kesehatan, berat tubuh, termasuk mood atau kondisi emosional. dr. Nadhira membenarkan bahwa makanan yang dikonsumsi anak dapat mempengaruhi mood atau suasana hatinya.

"Iya, benar banget (makanan yang dikonsumsi mempengaruhi mood anak). Jadi kalau misalnya dulu kita sering bilang kalau kita banyak gula malah sugar rush jadi happy, padahal ternyata gak. Kalau kita makan gula terlalu banyak justru ngantuk dan justru depressed di akhir-akhirnya gitu. Jadi makanan terhadap mood itu ada banget pengaruhnya," ujar dr. Nadhira.

2. Tak hanya gizi, anak yang sehat dipengaruhi oleh mood dan keharmonisan keluarga

IMG_9077.jpeg
Guardiancares Kick Off Ceremony. (IDN Times/Dina Salma) (15/7/25)

Setelah memahami beberapa salah kaprah di masyarakat terkait gizi anak, dr. Nadhira juga menyampaikan beberapa poin yang perlu diperhatikan untuk membangun pola hidup sehat bagi anak-anak. Kebiasaan hidup yang sehat, serta pola makanan seimbang harus diterapkan tak hanya bagi anak, namun juga seluruh anggota keluarga. Artinya, kesehatan anak di mulai dari kebiasaan baik di rumah, ujar dr. Nadhira.

"Kalau anak-anak pastinya selain gizi seimbang tadi juga harus ada activity yang lengkap dilakuin sehari-hari ya. Jadi misalnya biasakan jalan ke sekolah, atau misalnya ada activity yang bermain secara kelompok, jadi ada olahraga rutin yang dilakukan. Terus juga peran dari keluarga, harmonis di dalam keluarga itu juga sangat mempengaruhi mood dan akhirnya ke kesehatan anak. Jadi pastikan relationship dengan orang tua dan anggota keluarga juga baik," tutup dr. Nadhira.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us