8 Tips Membangun Hubungan Co-Parenting yang Sehat dan Efektif

Perceraian memang menjadi akhir dari pernikahan, namun bukan akhir dari tanggung jawab orangtua terhadap anak. Co-parenting, atau pengasuhan bersama, hadir sebagai solusi untuk memastikan anak mendapatkan kasih sayang dan pengasuhan terbaik dari kedua orangtuanya, meskipun mereka sudah tidak lagi hidup bersama. Bagi kamu, orangtua yang telah bercerai, membangun hubungan co-parenting yang positif adalah kunci untuk kebahagiaan dan masa depan cerah anak-anak kamu.
Co-parenting yang sehat dan efektif dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan penuh kasih sayang bagi anak untuk tumbuh dan berkembang, lho. Lalu, apa saja yang harus dilakukan supaya hubungan co-parenting menjadi sehat dan efektif? Berikut, delapan tipsnya!
1. Utamakan empati

Empati menjadi kunci dalam membangun hubungan co-parenting yang sehat dan efektif. Dengan memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh co-parent dan anak-anak, kamu dapat menciptakan komunikasi yang lebih terbuka dan penuh pengertian. Cobalah pahami perasaannya, sudut pandangnya, dan alasan di balik keputusannya.
Dengan empati, kamu dapat meredakan ketegangan dan konflik yang sering terjadi dalam co-parenting. Masing-masing pihak akan merasa dipahami dan dihargai, sehingga tercipta rasa saling menghormati dan kerja sama yang lebih baik. Lebih penting lagi, empati juga membantu kamu memahami kebutuhan emosional anak-anak.
2. Utamakan kebutuhan anak-anak

Dalam co-parenting, prioritas utama adalah kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anak. Setiap keputusan yang diambil harus didasari pada apa yang terbaik bagi mereka, baik secara emosional, fisik, maupun pendidikan. Memfokuskan diri pada kebutuhan anak dapat membantu menjaga stabilitas dan rasa aman mereka di tengah perubahan yang mungkin mereka alami akibat perceraian orangtua.
Memastikan mereka merasa dicintai dan aman oleh kedua orangtua adalah kunci keberhasilan co-parenting. Hal ini berarti orangtua perlu mengesampingkan perbedaan pribadi dan fokus pada kesejahteraan anak-anak. Memberikan lingkungan yang mendukung dan stabil akan membantu anak-anak berkembang dengan baik meskipun orangtua mereka tidak lagi bersama.
3. Tetapkan batasan yang jelas

Batasan ini bukan untuk memisahkan, melainkan untuk menciptakan ruang yang jelas bagi kedua orangtua dan anak-anak. Dengan batasan yang jelas, orangtua dapat berkomunikasi secara efektif, tanpa rasa saling menginjak ataupun mencampuri urusan pribadi. Hal ini membantu kamu dan co-parent mengambil keputusan bersama dengan lebih terarah dan terhindar dari pertengkaran.
Lebih dari itu, batasan yang jelas memberikan ruang pribadi bagi setiap orangtua. Masing-masing memiliki waktu dan ruang untuk berkembang secara individu tanpa merasa terancam atau terganggu. Dengan batasan yang tepat, orangtua dapat bekerja sama dengan lebih efektif, menjaga hubungan yang harmonis, dan menciptakan lingkungan yang terbaik bagi anak-anak mereka untuk tumbuh dan berkembang.
4. Tentukan jadwal

Membuat jadwal pengasuhan bersama adalah langkah penting dalam co-parenting. Jadwal yang jelas dan terstruktur memberikan rasa stabil dan aman bagi anak-anak. Mereka tahu kapan mereka akan bersama ayahnya, kapan bersama ibunya, dan apa yang akan mereka lakukan.
Lebih dari itu, jadwal yang konsisten membantu mengurangi perselisihan antara orangtua. Masing-masing pihak tahu kapan giliran untuk mengantar jemput anak, menghadiri acara sekolah, atau pergi berlibur bersama. Hal ini meminimalkan kemungkinan kesalahpahaman dan pertengkaran, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi anak-anak.
5. Diskusikan perubahan dengan co-parent

Komunikasi terbuka adalah kunci dalam menjalani berbagai perubahan. Ketika ada perubahan jadwal, rencana, atau aturan, diskusikan terlebih dahulu dengan pasangan kamu sebelum mengambil keputusan. Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan memastikan bahwa kamu dan co-parent berada di satu halaman yang sama.
Lebih dari itu, membahas perubahan juga menunjukkan rasa hormat dan kerja sama kepada co-parent kamu. Memberikan contoh yang baik kepada anak tentang bagaimana menyelesaikan masalah secara dewasa dan bijaksana. Dengan komunikasi yang terbuka, kamu dapat menangani perubahan dengan lebih mudah dan menjaga hubungan co-parenting yang harmonis.
6. Hargai pentingnya peran co-parent kamu

Menghargai bukan berarti kembali menjalin hubungan romantis, melainkan mengakui peran penting co-parent dalam kehidupan anak-anak dan menunjukkan rasa hormat atas kontribusinya. Bentuk penghargaan bisa beragam, mulai dari mengakui upayanya dalam mengasuh anak, menghormati keputusannya terkait pengasuhan, hingga memberikan pujian atas dedikasinya. Hal ini bukan hanya membantu membangun hubungan yang harmonis antara kamu dan co-parent, tetapi juga memberikan contoh positif bagi anak-anak tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain dengan penuh rasa hormat.
Ketika anak-anak melihat orangtua mereka saling menghargai, mereka akan merasa lebih aman dan didukung. Hal ini dapat membangun dasar kepercayaan dan kerja sama dalam co-parenting. Sehingga proses pengasuhan anak menjadi lebih efektif dan menyenangkan bagi kedua pihak.
7. Jangan menjelekkan co-parent kamu

Menjelekkan co-parent di depan anak adalah tindakan yang perlu dihindari dalam co-parenting. Hal ini dapat merusak citra positif kedua orangtua di mata anak dan menciptakan konflik yang tidak perlu. Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk memilih sisi atau merasa bersalah karena mencintai kedua orangtua mereka.
Menjelekkan co-parent juga dapat merusak kepercayaan dan kerja sama yang diperlukan untuk co-parenting yang sukses. Hal ini dapat membuat anak-anak merasa terjebak di tengah konflik orangtua mereka, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan emosional mereka. Sebagai gantinya, fokuslah pada hal-hal positif dan berbicaralah dengan hormat tentang co-parent kamu.
8. Hindari manipulasi

Co-parenting memang bukan perkara mudah. Di balik usaha membangun kerja sama demi anak, terkadang muncul keinginan untuk memanipulasi demi keuntungan pribadi. Ingatlah, tindakan ini bukan hanya merusak hubungan dengan co-parent, tetapi juga membahayakan kesejahteraan anak.
Hindari menggunakan anak sebagai alat untuk memanipulasi atau mendapatkan keuntungan. Jangan manipulasi perasaan mereka untuk mempengaruhi hubungan mereka dengan co-parent lainnya. Hal ini hanya akan menimbulkan kebingungan, kecemasan, dan bahkan trauma bagi anak.
Tujuan utama co-parenting adalah untuk menegakkan kebutuhan anak di atas perbedaan orangtua. Dengan kerja sama yang baik, anak-anak akan mendapatkan pengasuhan yang efektif dan penuh kasih sayang dari kedua orangtuanya, meskipun mereka tidak lagi tinggal bersama.