Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mengajarkan Digital Privacy pada Anak, Jangan Anggap Sepele!

ilustrasi anak (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak (pexels.com/Yan Krukau)

Di era serba digital seperti sekarang, anak-anak sudah terbiasa dengan gadget dan internet sejak usia dini. Mereka mahir mengoperasikan smartphone, tablet, bahkan membuat akun media sosial. Namun, di balik kemudahan akses tersebut, tersembunyi bahaya yang sering kali luput dari perhatian orang tua: masalah privasi digital.

Banyak orang tua masih menganggap remeh pentingnya mengajarkan privasi digital pada anak. Padahal, jejak digital yang ditinggalkan anak bisa berdampak jangka panjang terhadap keamanan dan masa depan mereka.

Data pribadi yang tersebar di internet bisa disalahgunakan oleh pihak gak bertanggung jawab, dari penipuan online hingga cyberbullying yang meresahkan.

Nah, biar anak-anak tetap aman saat berselancar di dunia maya, yuk kenali lima tips penting mengajarkan digital privacy pada mereka. Simak selengkapnya di bawah ini!

1. Mulai percakapan tentang privasi digital sejak usia dini

ilustrasi anak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Jangan tunggu anak beranjak remaja untuk memulai percakapan soal privasi digital. Semakin awal kamu mengajarkannya, semakin baik pemahaman mereka. Mulai dengan bahasa sederhana dan contoh konkret yang mudah dipahami anak.

Misalnya, jelaskan kalau password itu seperti kunci rumah yang gak boleh diberikan ke sembarang orang, atau foto yang diunggah ke internet bisa dilihat banyak orang dan sulit dihapus sepenuhnya.

Jadikan diskusi tentang privasi digital sebagai percakapan santai yang reguler, bukan ceramah kaku yang membosankan. Manfaatkan momen-momen spontan, seperti saat anak meminta izin mengunduh aplikasi baru atau ingin membuat akun media sosial.

Dengan membicarakannya secara rutin, konsep privasi digital bakal tertanam lebih kuat di pikiran anak, dan mereka jadi lebih sadar akan pentingnya menjaga informasi pribadi.

2. Ajarkan anak untuk selalu minta izin sebelum membagikan informasi

ilustrasi anak (pexels.com/Matilda Wormwood)
ilustrasi anak (pexels.com/Matilda Wormwood)

Informasi pribadi ibarat harta berharga yang perlu dijaga. Ajarkan anak untuk selalu minta izin dulu sebelum memberikan informasi apapun di internet, apalagi jika diminta mengisi nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon, atau tanggal lahir.

Sampaikan pada mereka bahwa gak semua website atau aplikasi yang meminta data pribadi punya niat baik, dan beberapa mungkin ingin memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu.

Buatkan aturan sederhana yang mudah diingat anak, seperti "Tanyakan dulu ke Mama atau Papa sebelum mengisi formulir online" atau "Jangan pernah bagikan alamat rumah kita di internet".

Dengan konsisten menerapkan aturan ini, anak akan terbiasa berhati-hati dan lebih selektif dalam membagikan informasi pribadi, bahkan saat kamu gak ada di dekat mereka untuk mengawasi.

3. Kenalkan konsep digital footprint yang sulit dihapus

ilustrasi gawai (pexels.com/Kaboompics)
ilustrasi gawai (pexels.com/Kaboompics)

Digital footprint atau jejak digital adalah salah satu konsep penting yang wajib dipahami anak-anak. Jelaskan pada mereka bahwa setiap aktivitas online, mulai dari komentar di media sosial, foto yang diunggah, hingga video yang dibagikan, meninggalkan "jejak" yang bisa bertahan lama dan sulit dihapus sepenuhnya. Bandingkan dengan sidik jari yang unik dan bisa digunakan untuk mengidentifikasi seseorang.

Beri contoh nyata yang relatable, misalnya, "Bayangkan kamu posting foto saat lagi marah-marah atau menulis komentar kasar di game online. Meskipun nanti dihapus, bisa jadi sudah ada yang screenshot atau menyimpannya.

Siapa tahu beberapa tahun kemudian, teman sekolah atau bahkan calon bos kamu menemukan postingan itu?" Dengan memahami konsep ini, diharapkan anak lebih berhati-hati dalam bertindak di dunia maya dan memikirkan konsekuensi jangka panjangnya.

4. Biasakan menggunakan fitur privasi dan keamanan bersama-sama

ilustrasi anak (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi anak (pexels.com/Kampus Production)

Daripada langsung mengambil alih dan mengatur semua setting privasi di perangkat anak, lebih baik ajak mereka melakukannya bersama-sama. Libatkan anak saat mengatur pengaturan privasi di aplikasi, media sosial, atau game online yang mereka gunakan.

Jelaskan fungsi setiap opsi dengan bahasa yang mudah dipahami, seperti mengapa sebaiknya membuat akun Instagram privat, atau kenapa fitur lokasi sebaiknya dimatikan saat posting foto.

Manfaatkan juga momen ini untuk menjelaskan fitur-fitur keamanan lain, seperti two-factor authentication atau verifikasi dua langkah. Misalnya, "Ini seperti punya dua kunci untuk satu pintu, jadi lebih aman dari pencuri".

Dengan melibatkan anak secara aktif, mereka gak hanya mengerti cara melindungi privasi, tapi juga memahami alasan di balik pentingnya melakukan hal tersebut.

5. Tunjukkan contoh nyata dan jadilah role model yang baik

ilustrasi anak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Anak-anak belajar paling baik melalui contoh, bukan sekadar teori. Percuma mengajarkan anak untuk menjaga privasi digital jika kamu sendiri sering oversharing di media sosial atau ceroboh dalam menjaga informasi pribadi. Jadilah role model yang baik dengan menunjukkan pada anak bagaimana kamu juga menerapkan prinsip privasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Tunjukkan contoh nyata saat kamu menolak membagikan informasi sensitif, seperti saat mendapat pesan mencurigakan yang meminta data pribadi. Atau bagaimana kamu selalu mematikan lokasi di foto yang diunggah dan gak sembarangan menerima permintaan pertemanan. Dengan mencontohkan langsung, anak bisa melihat bahwa menjaga privasi digital bukanlah sesuatu yang hanya perlu dilakukan anak-anak, tapi juga oleh orang dewasa.

Mengajarkan privasi digital pada anak memang gak selalu mudah, tapi ini investasi penting untuk keamanan mereka di dunia maya. Mulailah dari hal-hal kecil, konsisten dalam penerapannya, dan selalu buka ruang diskusi yang nyaman bagi anak untuk bertanya atau melaporkan hal-hal mencurigakan yang mereka temui online. Jadi, kapan kamu mulai mengajarkan privasi digital pada anakmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us