ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/augustderichelieu)
Jika anak dihadapkan pada situasi di mana orang dewasa, terutama jika bukan orangtua mereka mengeluarkan teriakan dan amarah, ini dapat menjadi pengalaman yang menakutkan dan mengganggu. Itulah pentingnya untuk memastikan bahwa orangtua hadir untuk mendengarkan dan memberikan dukungan.
"Luangkan waktu untuk menanyakan tentang keadaan mereka," kata Schaffner.
"Tanyakan kepada mereka, 'Apa yang kamu rasakan saat itu?'. Anak mungkin memiliki pemikiran atau perasaan yang berbeda dari yang orangtua rasakan. Menanyakan apa yang mereka rasakan adalah cara yang baik untuk memungkinkan mereka menjelajahi perasaannya. Pastikan untuk mengakui perasaan mereka terhadap situasi ini," lanjutnya.
Biarkan anak bertanya dan menyatakan kekhawatiran atau perasaannya. Saran dari Schaffner, bicarakan bersama tentang rencana untuk kali berikutnya jika mereka menemui situasi serupa.
Ingatkan anak bahwa kamu sebagai orangtua ada di sana untuk mendukungnya. Hindari pula untuk berteriak dan memarahi anak jika memang mereka bersalah atas kejadian tersebut. Ini akan membuat anak menyalahkan diri sendiri.
Dikutip Parents, Laura Markham, Ph.D., soerang psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, menjelaskan bahwa marah dan berteriak pada anak dapat membuat orangtua dan anak berlawanan satu sama lain. Hal ini bisa membuat anak merasa orangtuanya tidak berada di pihak mereka.
Dalam menghadapi situasi anak yang dimarahi oleh orang lain, penting untuk menjaga ketenangan dan merespons dengan bijak. Dalam sebagian besar kasus, komunikasi terbuka dan empati dapat membantu meredakan konflik dan memperkuat hubungan dengan orang lain yang terlibat. Jadi, pastikan untuk menanganinya dengan tenang.