Setiap generasi pastinya memiliki cara pola asuh yang berbeda. Termasuk dengan Gen Z, mereka yang lahir pada tahun 1997-2012 ini memiliki cara tersendiri untuk membesarkan dan mengajarkannya. Pasalnya, banyak dari pola pikir Gen Z yang cukup dewasa dan bijaksana.
Sering dianggap berani mengambil risiko, orangtua membutuhkan perhatian dan cara tertentu dalam membimbing Gen Z. Berikut tips pola asuh orangtua yang tepat untuk generasi Z yang gaul.
Orangtua harus membiarkan anak-anak mengambil risiko yang menurut mereka bisa dilalui. Termasuk dengan jalan yang mungkin terdengar ekstrem, seperti menginginkan tato atau tindik. Tetaplah tenang dan jangan terburu-buru menghakimi anak.
Hindari bereaksi secara emosional dan bangun open communication yang lugas dan jelas. Orangtua berhak untuk membantu anak memikirkan implikasi jangka panjang dari pilihan mereka. Peran orangtua untuk pola asuh anak-anak Gen Z adalah dengan memimpin secara bijaksana dan membekali anak untuk berpikir jangka panjang dan jauh ke depan.
Mengutip situs parenting Tim Elmore, anak-anak Generasi Z mengetahui pujian berlebihan yang didapatkan dari orangtua mereka. Seringkali, orangtua memberikan pujian yang “luar biasa”, bahkan ketika sebenarnya tidak. Orangtua harus bijaksana dalam memberikan dorongan dengan kata-kata yang mencerminkan kinerja asli remaja tersebut.
"Gen Z menghargai ekspresi pribadi dan cenderung menolak norma-norma tradisional dan hal ini membuat mereka mengeksplorasi komunikasi yang baru." tutur Amelia Kelley, PhD, seorang terapis asal Amerika dikutip situs parenting Parents.
Mereka akan benar-benar mempercayai ucapan bila orangtua melakukannya dengan yakin dan benar. Selain itu, orangtua juga harus menegaskan usaha anak dengan mengapresiasinya.
Gen Z memiliki stereotip sebagai generasi penyendiri. Meskipun hal ini tidak sepenuhnya benar, Gen Z hanya menggunakan perangkat mereka untuk menyediakan waktu tatap muka. Karena akrab dengan teknologi, Gen Z seringkali melakukan sesuatu secara online dan instan, membuat mereka lupa akan manfaat interaksi di dunia nyata.
Untuk itu, orangtua perlu mendorong anak agar lebih sering berinteraksi di dunia nyata, seperti mengajak anak keluar untuk melakukan suatu pekerjaan. Percayakan tugas-tugas yang tidak membutuhkan banyak instruksi untuk membantu anak berinteraksi secara langsung.
Tentunya anak ingin menghabiskan waktu bersama keluarga, meskipun mereka tidak mengatakannya secara gamblang. Berjalan-jalan dengan anak-anak adalah cara sederhana untuk tetap terhubung dan terkoneksi tanpa perlu adanya gawai. Jangan takut untuk mencoba bermain game online atau belajar lebih banyak tentang aktivitas yang mereka sukai.
Dilansir situs parenting Parent Map, bersedialah untuk mengubah sikap dan mencoba apa yang anak sukai. Hal ini bisa membantu mempererat hubungan anak dan orangtua, yang seringkali mulai menipis di kalangan Gen Z.
Teknologi adalah hal yang asli bagi Gen Zers. Alih-alih memaksa untuk tidak menggunakan layar, manfaatkanlah waktu tanpa layar jika memungkinkan. Cara yang ideal untuk melakukannya adalah dengan mendorong remaja untuk mengaplikasikan kegiatan digital menjadi aktivitas yang bermakna.
Misalnya, dengan memasukkan anak ke dalam kursus koding atau bahkan menonton film bersama di rumah. Jangan lupa untuk sering bertanya mengenai apa yang disukai dan tidak disukai anak.
Dengan mewadahi anak tentang minatnya terhadap dunia digital, orangtua juga dapat membantu karier yang diminati oleh sang buah hati. Tentunya, aktivitas ini tidak hanya dapat meningkatkan interaksi anak di dunia nyata, tetapi juga dapat menumbuhkan pribadi secara alami. Semoga tips parenting di atas dapat membantu ya, parents!