Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejenak Orang Tua Perlu Mendengar, Inilah Jeritan Hati Anak-Anak di Sekolah

ashrayainisiative.org

Sebagai orang tua atau calon orang tua, kita pasti punya harapan yang sangat besar bahwa anak kita akan mendapatkan pendidikan yang terbaik. Untuk memberikan pendidikan yang terbaik itu, maka kita bersedia merelakan apapun, termasuk membayar sekolah dengan bayaran yang sangat tinggi. Nah, dengan aneka ekspektasi kita itulah maka tanpa sadar seringkali kita mengabaikan apa yang dirasakan oleh anak di sekolah.

Orang tua seringkali lebih peduli dengan nilai-nilai yang tertera di buku raport dibandingkan dengan apa yang anak alami di sekolah. Orang tua menganggap bahwa sekolah itu hanya berkaitan dengan yang namanya belajar saja. Mereka tidak sadar bahwa banyak hal dialami anak di sekolah, entah itu sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang membuat mereka enggan untuk bangun di pagi hari dan pergi ke sekolah.

Jika semua hal di atas masih kita lakukan, maka inilah saatnya kita sebagai orang tua melakukan introspeksi. Mulailah mendengar apa jeritan hati anak-anak kita ketika mereka berada di kelas. Jeritan yang ingin di dengar oleh kita. Dengarlah sebelum mereka merasa bosan diabaikan dan tidak ingin bercerita lagi dengan kita, orang tuanya.

"Aku Takut Orang Tuaku Marah Jika Nilaiku Kecil"

publicdomainpictures.net

Apakah kita sebagai orang tua pernah tau, sebenarnya apa yang paling ditakutkan oleh anak-anak saat mereka mengerjakan soal ujian? Apakah soal-soalnya yang sulit? Apakah karena takut diejek oleh teman-teman karena tidak bisa mengerjakan? Ataukah karena mereka takut guru mereka marah? Mungkin sebagian anak takut dengan hal-hal ini, namun yang paling ditakutkan oleh anak saat nilainya kecil adalah orang tuanya sendiri.

Saat nilai ulangan mereka kecil, mereka tidak punya kesempatan untuk menjelaskan. Menjelaskan kalau ia belum mengerti materi yang diajarkan gurunya, menjelaskan kalau ia ingin diterima apa adanya, dan menjelaskan banyak hal yang tidak dipahami orang tua kenapa nilainya bisa begitu. Orang tua jarang yang mau mendengar penjelasan mereka, yang orang tua tau adalah nilai anaknya yang kecil dan menganggap anaknya bodoh atau malas belajar.

Para orang tua mungkin tidak berkaca pada dirinya sendiri saat mereka sekolah. Bukankah saat sekolah dulu, ada saja materi pelajaran yang tidak kita kuasai, ada saja nilai kita yang terjun bebas, dan ada saja-ada saja yang lainnya. Dan dalam kondisi seperti itu, yang kita harapkan adalah diterima dan dikuatkan, bukan di label dengan banyak hal negatif.

"Mampa dan Papa, Aku Bukan Anak Malas"

freestockphotos.name

Saat anak enggan untuk berangkat sekolah, orang tua cenderung berusaha untuk memaksanya tetap berangkat. Di mata kebanyakan orang tua, tidak mau berangkat sekolah adalah sebuah aib dan tidak bisa ditoleransi, dan anak langsung mendapat label anak malas. Tidak banyak orang tua yang kemudian bertanya dari hati ke hati kepada anaknya, apa sebenarnya alasan mereka tidak ingin berangkat sekolah. Dan sekalipun anak tetap datang ke sekolah, tetapi muka mereka ditekuk dan suara guru mereka di kelas hanyalah angin lalu belaka.

Selama anak berada di sekolah, anak-anak ini seolah ingin berteriak dan bilang bahwa mereka bukan anak malas, mereka hanya butuh waktu untuk menenangkan diri di rumah, karena bisa jadi si anak di-bully oleh temannya, bisa jadi si anak takut dengan pelajarannya, dan bisa jadi anak merasa kelelahan dengan aktivitas di sekolah.

Jangan Bandingkan Aku dengan Orang lain

the-peak.ca

Setiap orang pasti tidak suka jika dibanding-bandingkan dengan orang lain, begitu pula anak-anak. Ketika anak merasa bahwa dirinya dibanding-bandingkan, maka anak akan menunjukkan respon yang negatif. Entah itu berbuat kekacauan di sekolah atau enggan untuk belajar. Mereka hidup dengan bayang-bayang ekspektasi orang tuanya. Sekalipun anak memiliki prestasi yang patut untuk dirayakan, namun itu tidak ada artinya di mata kedua orang tuanya, karena apapun yang ia capai selalu dibandingkan dengan orang lain yang capaiannya lebih tinggi

Mungkin tidak hanya orang tua yang punya kebiasaan membanding-bandingkan, guru dan teman-teman di lingkungan sekolah anak pun kerap melakukan praktek-praktek yang sama. Namun, semua kembali lagi ke orang tua. Jika semua orang tua punya kesadaran untuk tidak membanding-bandingkan, maka lingkaran setan seperti ini tidak pernah akan terjadi.

"Aku Butuh Bermain"

huffingtonpost.co.uk

Masa kanak-kanak adalah masanya bermain. Jika hari-hari anak selalu diisi dengan kegiatan belajar di sekolah, ditambah lagi les di mana-mana, maka lambat laun hati anak-anak ini akan menjerit. Pada akhirnya anak-anak akan menuntut kebutuhannya dipenuhi. Jadi jangan heran jika banyak anak mencuri-curi bermain saat pelajaran sedang dimulai, dan jangan heran jika anak tidak pernah mau menjawab pertanyaan orang tua sepulang sekolah, ketika orang tuanya bertanya

"Belajar apa kamu hari ini?"

Share
Topics
Editorial Team
Novitasari
EditorNovitasari
Follow Us