Menjadi pribadi yang baik dapat dimulai dengan menumbuhkan rasa syukur atas apa yang kita miliki saat ini, entah itu pemberian orangtua atau hasil kerja keras sendiri.
Meski demikian, dalam praktiknya, kita masih sering kali mengeluhkan apapun yang dimiliki. Parahnya lagi, keluhan itu kerap ditunjukkan dengan intensitas waktu yang cukup sering dan di depan banyak orang, termasuk orangtua.
Tapi, tahukah kamu bahwa beberapa hal yang sering kamu keluhkan di depan mereka ini bisa membuat sedih?
Setiap orang memiliki jalannya sendiri dalam mencapai tempat belajar yang saat ini mereka singgahi. Entah itu negeri atau swasta, favorit, atau biasa saja.
Namun, stigma masyarakat yang masih kental akan popularitas dan keuntungan belajar di lembaga pendidikan negeri dan favorit masih sering menghantui pikiran sebagian orang dari kita. Ujung-ujungnya, hal ini akan dikeluhkan di depan orangtua.
Ada banyak kasus curhat di media sosial yang menunjukkan bahwa seorang anak minder bersekolah di tempat biasa saja, menyalahkan orangtua karena dianggap tidak bisa berusaha mendapatkan dana lebih untuk memasukan anak-anaknya ke sekolah terbaik.
Namun hal ini perlu kamu pikirkan ulang karena di manapun kamu belajar, keputusan masa depan ada pada diri sendiri. Tak peduli seberapa terkenal tempatmu menuntut ilmu, jika kamu tidak bisa mengendalikan kehidupanmu sendiri, tidak bisa mengembangkan bakat dan memanfaatkan kesempatan untuk meraih sesuatu lebih tinggi, masih senang bermalas-malasan, maka kamu akan kesulitan mencapai apa yang kamu mau.
Pernahkah kamu menyesali menempati apa yang sedang kamu tinggali saat ini? Memupuk rasa iri kepada teman-teman lain yang memiliki segala kemudahan di tempat tinggalnya? Mengeluhkan rumah yang dibangun dan dipertahankan oleh orangtua sebagai sesuatu yang menurutmu tidak lebih baik dari orang lain?
Sikap ini tidak dapat membuat rasa syukur masuk ke dalam hatimu. Sebab, pikiranmu hanya akan dipenuhi oleh bayangan rumah tinggal orang lain yang megah dan menyenangkan.
Namun sadarkah kamu bahwa perilaku di atas dapat membuat orangtuamu sedih? Tentu mereka tidak akan menunjukkannya di depanmu. Akan tetapi dalam hatinya, mereka malah justru jauh lebih menderita daripada apa yang kamu keluhkan.
Rumah bukanlah sesuatu yang bijak untuk dipamerkan, ini bukan tentang seberapa besar dan megah ruangan yang kamu miliki. Namun seberapa hangat nilai kekeluargaan yang ada di dalamnya.
Ingat, bahwa tidak semua orang yang tinggal di dalam ruangan megah adalah orang bahagia, tidak semua orang yang tinggal di tempat terbatas adalah orang yang menderita. Semua tergantung pada siapa yang mengisinya dan bagaimana suasana tercipta di dalamnya.
Sesuatu yang tak kalah sering dikeluhkan ialah makanan yang tersaji di atas meja. Apapun yang menurutmu tidak sesuai kemauan sering kali jadi kesedihan bagi orang-orang yang telah berupaya memasaknya.
Akan justru lebih baik apabila kamu tidak menyukai makanan itu, maka sampaikan dengan cara yang baik dan sopan, bukan menyindir dan menolak mentah-mentah hingga membuat ibu atau orangtuamu merasa bahwa apa yang mereka buatkan adalah kesia-siaan.
Apalagi jika kamu sering membanding-bandingkan orang lain yang sering makan makanan mewah seperti fastfood, daging mahal, atau seafood berkelas. Sementara apa yang ada di hadapanmu adalah masakan rumahan sederhana seperti sayur-mayur, tempe tahu, dan lainnya.
Kembali lagi akan jauh lebih berharga bahwa acara makan tersebut diiringi oleh kehangatan keluarga, bukan seberapa mahal nominal yang tersaji dalam piring makanmu.
Sebagai seorang anak, kamu pasti pernah meminta sesuatu. Entah sekadar berbicara biasa, atau merengek sampai mogok makan. Sah-sah saja meminta sesuatu, tapi lihat kembali kondisi yang ada pada keluargamu, apakah mereka sanggup atau justru itu hanya memberatkan beban kehidupan yang sudah ada.
Belum lagi kalau sampai orangtua sudah susah payah membelikan, tapi kamu menolak mentah-mentah pemberian mereka dan mulai mengeluhkan dengan kata-kata yang menyakitkan. Itu bukan saja membuat kecewa, tapi juga membuat mereka merasa belum bisa menjadi orangtua yang baik, akibatnya mereka akan terus memikirkan hal tersebut hingga mengabaikan kesehatannya sendiri, demi anak-anaknya.
Selagi kamu belum berpenghasilan sendiri, akan lebih baik memilah apa saja sesuatu yang memang diperlukan dan tidak. Diskusikan apakah sesuatu tersebut bisa dipenuhi atau tidak. Apabila orangtuamu berkata belum sanggup atau hanya mampu memenuhi sebagiannya saja, maka kamu tidak diperkenankan untuk memarahi mereka. Sebaliknya, kamu bisa membantu dengan berwirausaha untuk mencari tambahannya.
Meski sama sekali tidak melibatkanmu dalam bekerja, namun pekerjaan orangtua rupanya seringkali menjadi masalah bagi anak-anaknya. Terlebih, jika pekerjaan tersebut berhubungan kegiatan serabutan, membantu urusan rumah tangga, dan hal lain yang dianggap kurang elegan. Namun, kamu harus tahu bahwa meski mereka tidak pergi ke gedung tinggi dengan seragam rapi, tapi mereka tetap berusaha yang terbaik bagi anak-anaknya.
Makanan yang tersaji, pakaian yang kamu miliki, bahkan gadget yang selalu siap sedia di tanganmu mungkin adalah hasil keringat mereka yang tak ternilai.
Selagi pekerjaan tersebut bisa bermanfaat bagi orang banyak dan tidak melanggar hukum, ada baiknya kamu memberi semangat agar mereka juga termotivasi untuk terus menjalani hari-harinya yang penuh perjuangan.
Itu dia beberapa hal yang kerap kali dikeluhkan anak dan secara tidak sadar bisa menyakiti hati orangtua. Meski belum bisa menjadi orang baik dan membanggakan, sebaiknya kita mulai memikirkan rasa syukur atas apa yang kita punya. Setidaknya ini akan menambah nilai kehangatan dalam keluarga dan menumbuhkan rasa ikhlas dan syukur yang baik.