Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orangtua memeluk anak (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi orangtua memeluk anak (pexels.com/Vlada Karpovich)

Intinya sih...

  • Kelelahan fisik karena selalu responsifSalah satu tantangan terbesar attachment parenting adalah kelelahan fisik orangtua. Menyusui on demand, menenangkan anak saat rewel, dan tidur bersama bisa menguras energi.

  • Tekanan sosial dari lingkungan sekitarAttachment parenting sering dianggap berbeda dari pola asuh konvensional. Hal ini terkadang menimbulkan komentar atau kritik dari keluarga besar maupun teman.

  • Kurangnya waktu pribadi bagi orangtuaFokus utama dalam attachment parenting adalah kebutuhan anak. Hal ini sering membuat orangtua merasa kehilangan waktu pribadi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjadi orangtua adalah perjalanan yang penuh warna, terutama jika kamu memilih menerapkan attachment parenting. Pola asuh ini menekankan kedekatan emosional dan responsif terhadap kebutuhan anak. Namun, di balik manfaatnya, ada tantangan yang sering membuat orangtua merasa kewalahan.

Kalau kamu sedang mencoba attachment parenting, penting untuk tahu apa saja hambatannya. Dengan begitu, kamu bisa lebih siap menghadapi setiap situasi tanpa kehilangan semangat. Yuk, simak lima tantangan dalam attachment parenting dan cara mengatasinya berikut ini.

1. Kelelahan fisik karena selalu responsif

ilustrasi ibu sedang kelelahan (freepik.com/Drazen Zigic)

Salah satu tantangan terbesar attachment parenting adalah kelelahan fisik orangtua. Menyusui on demand, menenangkan anak saat rewel, dan tidur bersama bisa menguras energi. Jika tidak diimbangi dengan waktu istirahat yang cukup, orangtua bisa merasa sangat lelah.

Untuk mengatasinya, cobalah membagi peran dengan pasangan atau anggota keluarga lain. Istirahat sejenak meski hanya beberapa menit dapat membantu mengembalikan tenaga. Dengan begitu, kamu bisa tetap responsif tanpa merasa terbebani secara berlebihan.

2. Tekanan sosial dari lingkungan sekitar

ilustrasi wanita sedang sedih (pexels.com/MART PRODUCTION)

Attachment parenting sering dianggap berbeda dari pola asuh konvensional. Hal ini terkadang menimbulkan komentar atau kritik dari keluarga besar maupun teman. Akibatnya, orangtua bisa merasa tertekan atau ragu dengan pilihannya.

Cara terbaik menghadapinya adalah percaya pada insting dan pengetahuan yang kamu miliki. Kamu juga bisa mencari komunitas attachment parenting untuk saling berbagi pengalaman. Dukungan dari orang yang sejalan akan membuatmu lebih percaya diri dalam menjalankan pola asuh ini.

3. Kurangnya waktu pribadi bagi orangtua

ilustrasi perempuan olahraga (pexels.com/Nathan Cowley)

Fokus utama dalam attachment parenting adalah kebutuhan anak. Hal ini sering membuat orangtua merasa kehilangan waktu pribadi. Kondisi ini bisa berpengaruh pada kesehatan mental jika dibiarkan terlalu lama.

Solusinya, cobalah menyisihkan sedikit waktu untuk diri sendiri tanpa rasa bersalah. Misalnya dengan membaca buku, olahraga ringan, atau sekadar menikmati minuman hangat. Dengan menjaga keseimbangan, orangtua akan lebih siap menghadapi rutinitas parenting sehari-hari.

4. Kesulitan menjaga konsistensi

ilustrasi ibu dan anak sedang minum bersama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Attachment parenting membutuhkan konsistensi dalam merespons kebutuhan anak. Namun, tidak jarang orangtua merasa kewalahan dan akhirnya tidak konsisten. Hal ini bisa menimbulkan kebingungan bagi anak maupun rasa bersalah bagi orangtua.

Untuk mengatasinya, buatlah rutinitas sederhana yang bisa membantu menjaga konsistensi. Jangan menuntut diri terlalu sempurna, cukup lakukan semampunya dengan penuh kesadaran. Semakin teratur rutinitasnya, semakin mudah bagi orangtua untuk tetap konsisten.

5. Tantangan dalam membagi perhatian untuk anak lain

ilustrasi anak bermain bersama orangtua (pexels.com/Elina Fairytale)

Bagi keluarga dengan lebih dari satu anak, attachment parenting bisa terasa lebih berat. Fokus pada satu anak terkadang membuat anak lain merasa kurang diperhatikan. Hal ini bisa memicu kecemburuan antar saudara.

Solusinya, usahakan melibatkan semua anak dalam aktivitas sehari-hari. Berikan waktu khusus secara bergantian agar setiap anak merasa diperhatikan. Dengan cara ini, kedekatan emosional bisa tetap terjaga tanpa menimbulkan kesenjangan.

Parenting memang penuh tantangan, tapi setiap langkah kecil penuh kasih akan membuahkan hasil yang besar. Jadi, jangan takut untuk terus belajar dan menemukan cara terbaik yang cocok bagi keluargamu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team