Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi makan malam keluarga (pexels.com/Nicole Michalou)
ilustrasi makan malam keluarga (pexels.com/Nicole Michalou)

Musim liburan sering kali dipandang sebagai saat yang penuh kegembiraan dan kebersamaan. Namun, bagi sebagian orang, ini juga bisa menjadi masa yang menantang, terutama ketika berhadapan dengan anggota keluarga yang toxic.

Menghadapi anggota keluarga toxic, tentu bukanlah perkara mudah. Ini bisa menguras tenaga, baik secara fisik maupun emosional. Menurut seorang psikolog klinis, Ruifan Zeng, Ph.D., dikutip Bustle, toksisitas terjadi secara berbeda pada setiap keluarga.

Meski begitu, secara umum orang-orang yang toxic ditandai dengan sering melontarkan komentar negatif tentang pilihan, gaya hidup atau penampilan orang lain. Mereka juga kerap mengajukan pertanyaan yang mengganggu secara terus-menerus.

Alih-alih merupakan pengalaman yang menyenangkan, liburan bersama anggota keluarga toxic justru bisa menjadi sangat menyusahkan. Meskipun rasanya sulit untuk dilewati, tapi kamu masih bisa menemukan cara yang lebih bijak untuk menghadapi anggota keluarga yang toxic selama liburan. Berikut ulasannya!

1.Siapkan topik netral untuk mengalihkan pembicaraan

ilustrasi berpikir (pexels.com/Mikhail Nilov)

Mengutip Apartmenttherapy, seorang psikiater dan pendiri Saranga Comprehensive Psychiatry di Apex, Carolina Utara, Vinay Saranga, MD, mengatakan bahwa menyiapkan topik netral untuk mengalihkan pembicaraan merupakan langkah efektif dalam mengahadapi keluarga yang toxic. Hal ini bertujuan, ketika ada anggota keluarga yang melontarkan pernyataan atau pertanyaan yang mengarah pada sesuatu yang negatif atau menyakitkan, kamu bisa langsung mengalihkan topik tersebut ke topik-topik lain yang lebih aman.

“Menyiapkan topik pembicaraan yang kamu rasa nyaman untuk dibicarakan akan sangat membantu mengalihkan perhatian. Bahkan, kalimat seperti ‘Saya rasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk membahas topik tersebut,' bisa meredakan ketegangan,” ujar Saranga.

2.Tetapkan batasan yang jelas

ilustrasi berbicara saat makan malam (pexels.com/Nicole Michalou)

Tentu, selain menyiapkan topik pembicaraan atau jawaban netral, kamu juga harus menetapkan batasan yang jelas. Batasan ibarat sebuah tameng yang akan melindungimu dari tindakan semena-mena atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang-orang sekitar.

Namun, sebelum mengomunikasikan batasan kepada anggota keluarga, ada baiknya bila kamu memahami terlebih dahulu batasan apa saja yang ingin ditetapkan. Setelah itu, ungkapkan dengan tegas namun penuh rasa hormat kepada anggota keluargamu.

“Identifikasikan hal-hal apa saja yang tidak dapat kamu tolerir dan buatlah rencana untuk mengatasinya,” kata Naiylah Warren, LMFT, selaku terapis dan Clinical Content manager di Real, dikutip Purewow.

Apabila ada anggota keluarga yang menanggapi batasanmu dengan marah, sebaiknya jangan ikut terpancing emosi. Apapun yang mereka katakan, itu tidak akan mengubah batasan yang sudah kamu tetapkan. Selain itu, pertimbangkan juga untuk menjauh jika batasanmu tidak dihormati.

3.Temukan cara agar bisa memiliki waktu dengan diri sendiri

ilustrasi menelepon (pexels.com/cottonbro studio)

Berada di tengah-tengah pertemuan keluarga yang ramai dan penuh dengan obrolan atau kabar terbaru, mungkin terasa melelahkan. Oleh sebab itu, kamu perlu mencari cara agar bisa tetap memiliki waktu luang dengan diri sendiri.

Sebelum berangkat, bawalah beberapa barang yang bisa membuatmu tetap sibuk, seperti buku untuk dibaca atau peralatan melukis. Sehingga meskipun kamu harus berada di sekitar orang lain, kamu masih bisa mendapatkan sedikit ketenangan dengan diri sendiri.

Apabila situasi sudah terasa amat berat, Warren menyarankan untuk menelepon seorang, baik itu sahabat atau pasangan, sehingga kamu bisa tetap tenang dan tidak terpancing emosi. Di sisi lain, panggilan telepon dari sahabat bisa menjadi alasan yang baik untuk keluar dari situasi buruk tersebut untuk sementara waktu. Hal ini berguna dibanding kamu harus bersikap tidak sopan atau berbicara dengan nada marah di depan keluargamu.

4.Katakan 'tidak'

ilustrasi mengatakan 'tidak' (freepik.com/benzoix)

Berkaitan dengan poin pertama dan kedua, mengatakan ‘tidak’ adalah salah satu cara efektif yang bisa dilakukan saat bertemu dengan anggota keluarga yang toxic selama liburan. Kamu berhak menolak menjawab pertanyaan yang tidak diinginkan, betapapun banyaknya anggota keluarga yang penasaran atau menanyakan pertanyaan serupa.

Di samping itu, Emily Cosgrove, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi di Kanada, dikutip Apartmenttherapy, turut menambahkan bahwa, tidak apa-apa bila kamu tidak mau ikut serta dalam pertemuan keluarga yang menurutmu beracun. Utamakan kesehatan mentalmu dibanding berusaha untuk menyenangkan hati orang lain atau bersikap tidak enakkan.

“Jika kamu merasa akan ada anggota keluarga yang dapat menimbulkan ketegangan atau ketidaknyamanan bagi dirimu selama liburan, maka tolaklah dengan sopan undangan pertemuan tersebut. Apabila kamu harus tetap pergi ke acara itu saat liburan, tentukan batas waktunya. Dengan begitu kamu bisa tetap melaksanakan kewajibanmu untuk hadir tanpa perlu menghabiskan seluruh waktumu di sana,” jelas Cosgrove.  

5.Usahakan untuk tidak tersulut emosi

ilustrasi tenang (pexels.com/benzoix)

Mendengar kalimat-kalimat negatif yang terucap dari bibir orang toxic atau mendapati perilaku buruk darinya, tentu bisa memicu kekesalan dan emosi yang tak tertahankan. Namun, akan lebih baik jika kamu berusaha untuk tidak tersulut emosi.

Mengutip Psychology Today, Stephanie Moulton Sarkis, Ph.D., NCC, DCMHS, LMHC, seorang konselor berlisensi, menyebutkan bahwa kamu tidak harus membuang-buang energi berdebat dengan orang yang toxic. Kamu juga perlu mengetahui bahwa berdebat dengan mereka tidak akan pernah selesai.

Mereka tentu tidak akan mendengarkan perkataanmu dan cenderung sengaja memancing emosimu agar kamu terlihat buruk di hadapan orang lain. Untuk itu, belajarlah mengatasi situasi yang buruk secara bijak.

Kaji lebih dalam, apakah terlibat dalam argumen atau konflik tersebut sepadan dengan dampak emosional yang mungkin ditimbulkannya. Jika kamu tidak ingin menjadi orang yang merugi, memilih melepaskan diri dan menjaga ketenangan pikiran adalah cara terbaik.

6.Sabar dan belajar untuk memaafkan

ilustrasi seorang wanita tersenyum (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pada akhirnya, bersabar dan belajar untuk memaafkan merupakan cara paling bijak yang dapat dilakukan dalam menghadapi anggota keluarga yang toxic selama liburan. Ini mungkin terasa sangat sulit, tetapi bersabar dan memaafkan bisa menjadi mekanisme penanggulangan yang ampuh.

Hal tersebut bukan berarti kamu membiarkan perilaku buruk mereka. Tentu perilaku mereka memang salah dan mereka harus bertanggung jawab penuh atas perilakunya terhadap orang lain. Akan tetapi, dengan memahami akar penyebab perilaku beracun, setidaknya bisa membantumu melepaskan diri dari emosi yang meledak-ledak.

“Lakukan yang terbaik untuk memiliki rasa belas kasih dan memaafkan,” ucap Kathryn Smerling, seorang psikoterapis di New York, dikutip Apartmenttherapy. “Perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan, dan pada akhirnya kamu menyadari bahwa tidak perlu memendam perasaan dendam,” tambahnya.

Mempunyai anggota keluarga yang toxic tentu menjadi tantangan tersendiri, terlebih saat liburan tiba. Di mana momen tersebut seharusnya diisi oleh aktivitas menyenangkan serta lekat dengan unsur kebersamaan dan kehangatan keluarga, seketika berubah menjadi situasi yang sangat menegangkan.

Kehadiran orang-orang toxic bukan hanya dapat menimbulkan tekanan bagi anggota keluarga yang lain, tetapi juga membawa pengaruh negatif terhadap hubungan keluarga. Walaupun kamu mungkin ingin marah atau memutus kontak dengan mereka, tapi sebaiknya pertimbangkan alternatif lain yang lebih bijak untuk mengatasi hal tersebut. Melalui cara-cara di atas, semoga kamu bisa tenang dalam menghadapi anggota keluargamu yang toxic saat liburan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team