Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Mengisolasi Diri Saat Terpuruk Bukanlah Solusi Bijak

ilustrasi wanita (pexels.com/Darina Belonogova)
ilustrasi wanita (pexels.com/Darina Belonogova)

Saat berada dalam kondisi terpuruk, rasanya perasaan negatif yang mendominasi hati. Entah takut, kecewa, sedih, ragu, perasaan-perasaan tersebut yang akhirnya menumpuk dan tanpa disadari, menjadi halangan untukmu mengambil tindakan.

Bagai dibentengi tembok tinggi, kamu ingin reach out tapi terlanjur overthinking. Kamu ingin mencari teman untuk berbagi cerita, tapi dihalang-halang rasa ragu. Alhasil, kamu memilih untuk mengisolasi diri sendiri.

Padahal, itu bukan solusi yang tepat. Alih-alih memperingan keadaan, kamu malah akan semakin terpuruk. Berikut lima alasannya.

1.Kamu akan terus berputar-putar dalam pikiranmu sendiri

ilustrasi wanita (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi wanita (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ketika tertekan, kita lebih sering merenung tentang kehidupan. Itu bisa membawa dampak baik sekaligus buruk, karena pikiranmu sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Dimana bisa jatuh pada berbagai kesimpulan keliru.

Bila kamu terus mengisolasi diri dan menyendiri, kamu pun akan terus dihantui oleh pikiran-pikiranmu. Misal, ketika kamu baru membuat kesalahan dan dikuasai rasa bersalah, kamu akan terus berpikir bahwa dirimu tidak berguna.

Padahal, pikiran seperti itu sangat subjektif dan tidak berdasar. Perlu ada orang lain untuk menyadarkan kita ketika pikiran kita mulai mengarah pada hal negatif. Karena dampaknya sangat krusial, yakni membuatku kerap meragukan diri sendiri.

2.Rasa percaya diri yang menurun drastis

ilustrasi wanita sendirian (pexels.com/João Jesus)
ilustrasi wanita sendirian (pexels.com/João Jesus)

Manusia adalah makhluk sosial. Sependiam, sepemalu, dan se-introver apa pun kamu, tetap butuh interaksi dengan orang lain. Terlalu sering mengisolasi diri sendiri bikin kamu merasa “terputus” dengan lingkungan sekitarmu, sampai kamu pun kehilangan identitas diri.

Kita tetap butuh dukungan, nasihat, dan arahan orang lain. Bukan berarti haus validasi, tapi bukan berarti jadi pribadi yang antikritik juga. Tahu peran dan tempat kita di masyarakat juga berpengaruh pada bagaimana kita memandang diri sendiri. Pada akhirnya, meningkatkan cara pandang dan kepercayaan diri.

3.Tidak semua hal bisa dan harus kamu selesaikan sendirian

ilustrasi saling memberi dukungan (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi saling memberi dukungan (pexels.com/Thirdman)

Tidak enak berada dalam keadaan terpuruk. Rasanya setiap hari kamu berada dalam perang melawan dirimu sendiri. Hanya, tidak mudah juga untuk membuka diri dan cerita pada orang lain, terlebih bila kamu tipe yang tidak mudah percaya pada orang lain.

Namun, ingatlah bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas. Itulah mengapa perlu ada komunitas, ada hubungan, ada pertemanan, tujuannya ialah untuk saling mendukung dan menolong satu sama lain.

4.Membuatmu rentan jatuh pada kecemasan dan depresi

ilustrasi wanita (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi wanita (pexels.com/RDNE Stock Project)

Stres dan depresi bermula ketika kamu tidak mampu mengontrol pikiranmu sendiri. Saat kamu terlalu banyak memendam alih-alih mengungkapkan, suatu saat itu akan meledak dalam wujud yang buruk.

Bukan hanya kesehatan fisik yang jadi taruhan, kestabilan mentalmu pun lambat laun akan terganggu. Demi kebaikan diri sendiri, yuk beranikan diri untuk reach out ketika tahu kamu butuh pertolongan.

Kamu mungkin berpikir bahwa dirimu cukup mampu untuk menyelesaikan semua sendiri tanpa bantuan siapapun. Tapi, itu bukan solusi terbaik. Yang ada, malah akan menjerumuskanmu dalam keadaan lebih terpuruk lagi. Seperti sederet alasan di atas, setidaknya milikilah tempat bercerita untuk kebaikan dirimu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us