Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Budi Pekerti yang Baik Lebih Penting ketimbang Sekadar Pintar

Pexels.com/olly

Budi pekerti atau akhlak yang baik masih relevan gak sih, buat kehidupan di zaman sekarang? Atau kamu termasuk yang berpikir itu justru menghambat kemajuan? Yang penting pintar, biar bisa cepat memanfaatkan atau menciptakan berbagai peluang.

Jika kamu berpikir demikian, hati-hati. Jangan sampai orang pintar menipu atau bersiasat untuk keburukan pun membuatmu kagum. Baik untuk dirimu maupun anak-anakmu kelak, menanamkan budi pekerti yang baik itu penting banget. Berikut alasannya.

1.Biar gak menyalahgunakan kepintarannya untuk merugikan orang lain

Ilustrasi anak belajar catur (Pexels.com/alex-green)

Pintar sih, pintar. Namun bagaimana jika seseorang menggunakan kepintarannya untuk merugikan orang lain? Bayangkan bila kamu atau orang-orang terdekatmu yang menjadi korbannya. Tentu kamu gak akan terima, kan?

Sebaliknya bila setiap pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk kebaikan. Bukan cuma buat diri sendiri melainkan juga orang banyak. Adanya orang yang seperti ini sudah pasti juga akan membuatmu ikut merasakan manfaat dari kepintarannya.

2.Biar gak salah pergaulan dalam perjalanan menuju pintar

Pexels.com/mary-taylor

Tentu saja gak ada bayi lahir langsung pintar sekali, tahu segalanya. Perjalanan menuju pintar amatlah panjang. Banyak jenjang pendidikan yang harus ditempuh. Bersama dengan itu, tentu kita juga bergaul dengan banyak orang.

Berbekal budi pekerti yang baik, kita akan lebih terlindungi dari berbagai pengaruh buruk pergaulan. Sebab kalau gak, salah pergaulan sangat mungkin membuat pendidikan kita berantakan bahkan terhenti. Batal jadi orang pintar deh!

3.Biar ilmu yang dimiliki gak membuatnya merendahkan orang lain

Pexels.com/katerina-holmes

Kalau sudah pintar, lalu apa? Apa kepintarannya akan digunakan sebagai modal menyombongkan diri saja? Bahkan gak puas hanya dengan menyombongkan diri, biasanya juga sepaket dengan sikap meremehkan orang lain.

Jelas, sikap seperti ini bakal bikin siapa pun merasa sakit hati. Jika kita melakukannya, akan tampak betul kita tahu banyak hal di dunia ini kecuali cara membawa diri di hadapan orang banyak dan menghargai mereka.

4.Biar gak kehilangan kepercayaan dan rasa hormat dari orang lain

ilustrasi anak laki-laki (Pexels.com/nick-bondarev)

Ini lanjutan dari poin 1 dan 3. Jika seseorang menggunakan kepintarannya untuk menipu orang lain, begitu kedoknya terbongkar, apakah ia akan masih mendapatkan kepercayaan dari orang lain? Tentu saja gak, kan?

Demikian pula bila ia menjadi sering meremehkan orang lain. Ketidakmampuannya menghormati orang lain hanya akan berbalik pada dirinya. Orang-orang juga gak akan bisa menghormatinya. Hukum siapa menanam akan memanen tetaplah berlaku.

5.Biar lebih mungkin punya masa depan yang baik

Pexels.com/minan1398

Jangan mengartikan masa depan yang baik hanya tentang harta yang berlimpah. Itu sangat mempersempit definisi masa depan yang baik. Harta hanyalah salah satu ukurannya. Ukuran lainnya ada banyak, di antaranya ketenangan hidup dan nama baik.

Sepintar apa pun seseorang, bila perilakunya gak baik, hidupnya akan dipenuhi masalah. Ia begitu mudah salah melangkah. Harta sebanyak apa pun yang berhasil didapatkan dengan kepintarannya sering kali jadi gak ada rasanya.

Ia sudah dibuat pusing oleh berbagai masalah yang menjeratnya. Tentu akan sangat baik bila budi pekerti dan kepintaran bisa seimbang. Namun tentu saja mencapai titik seideal itu gak mudah, kalau bukan sesuatu yang mustahil.

Maka pastikan kita tetap mengutamakan akhlak yang baik. Termasuk saat mendidik anak-anak kita kelak. Pintar tanpa diikuti akhlak yang baik bisa sangat berbahaya. Sama seperti seseorang diberi pisau yang sangat tajam, tetapi gak tahu cara menggunakannya dengan aman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us