Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi seorang perempuan (unsplash.com/nickkarvounis)

Kabar baik dalam hidup itu banyak banget macamnya. Bisa terkait pekerjaan seperti naik jabatan, hubungan asmara, dan hal-hal lain yang menyenangkan dan menjadi anugerah dalam hidupmu.

Tentu wajar bila kamu membagikan kabar baik pada orang-orang terdekatmu. Sama wajarnya dengan bila kamu harus berbagi kabar buruk tentang apa pun sebab kamu memang gak hidup sendirian di muka bumi ini.

Namun bukan tanpa pertimbangan juga bila kamu termasuk yang sering menutupi kabar baik dalam hidupmu dari orang lain. Mungkin untuk sementara sampai dengan sendirinya diketahui oleh orang-orang. Salah satu pertimbanganmu barangkali ada di bawah ini:

1. Belum yakin dengan kebenarannya

Ilustrasi seorang perempuan (unsplash.com/aliixar)

Misalnya, sudah santer terdengar bahwa kamu menjadi kandidat terkuat untuk menduduki suatu jabatan di kantor. Namun kamu tetap gak mau gegabah. Berapa pun persentase keunggulanmu dari kandidat yang lain, itu tetaplah belum pasti.

Bisa menjadi kenyataan, bisa juga gak. Kamu gak mau telanjur memberitahukannya pada orang-orang di rumah, tetapi ternyata gak menjadi kenyataan. Selain rasa kecewa mereka, tentu kamu juga akan malu. Mukamu mau ditaruh di mana coba?

2. Ingin memberikan kejutan pada saat yang tepat

Ilustrasi mendadak pulang (unsplash.com/conikal)

Melanjutkan contoh pada poin pertama. Sekarang sudah gak diragukan lagi. Kamu memang terpilih untuk menduduki jabatan bergengsi di kantor. Akan tetapi, kamu masih ingin menyimpannya sendiri.

Teman-teman sekantor tentu tahu itu. Namun untuk mengabarkannya pada keluarga besarmu di kampung, nanti saja deh. Sekalian saat kamu bisa pulang. Biar kamu bisa menyampaikannya secara langsung dan melihat ekspresi kebahagiaan mereka.

3. Jika tentang hubungan barumu dengan seseorang, takut malah gak langgeng

Ilustrasi pasangan (unsplash.com/wesleyphotography)

Kalau dua poin sebelumnya menggunakan contoh pekerjaan, kali ini tentang kisah asmaramu. Gak selamanya keputusan untuk gak memublikasikan hubunganmu dengan pacar adalah tanda kamu gak bangga berpasangan dengannya.

Hanya saja, kamu pernah punya pengalaman buruk. Sudah menyiarkan hubunganmu dengan pacar ke mana-mana, termasuk memperkenalkannya pada keluarga besarmu, ternyata malah kandas.

Atau, itu menjadi pengalaman banyak orang di sekitarmu. Maka kamu ingin lebih berhati-hati. Kamu ingin kelak tahu-tahu sudah menyebarkan undangan pernikahan. Bahkan keluarga inti pun baru akan diberi tahu tentang keseriusan hubungan kalian saat kalian sudah mantap betul untuk menikah.

4. Gak mau bikin sedih atau iri orang lain

Ilustrasi bersedih (unsplash.com/rose_thayer)

Kamu tahu bahwa kabar baik bagimu mungkin justru menjadi kabar buruk untuk orang lain. Misalnya, kamu akhirnya diterima bekerja di sebuah kantor. Sementara sahabatmu masih mencari-cari pekerjaan.

Dia sudah tampak stres sekali karena tak kunjung mendapatkannya. Dia sering menceritakan kepercayaan dirinya yang anjlok padamu. Kamu jadi gak tega bila hendak mengabarkan kalau kamu sudah mendapatkan pekerjaan.

Bukan berarti kamu akan berbohong dan berpura-pura masih menganggur. Namun kalaupun dia harus tahu, biarlah dia tahu dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Atau jika dia bertanya apakah kamu sudah mendapatkan pekerjaan atau belum, barulah kamu akan menjawabnya.

5. Ingin tetap fokus, gak mau larut dalam euforia atau menjadi sombong

Ilustrasi tetap fokus (unsplash.com/conikal)

Kalau pada poin sebelumnya kamu gak memberitahukan kabar baik dalam rangka menjaga perasaan orang lain, sekarang lebih untuk menjaga kondisi psikismu sendiri. Kamu khawatir menyebarkannya ke mana-mana malah buruk bagimu.

Seperti kamu jadi terlalu membanggakannya. Seakan-akan kamu sudah mencapai keberhasilan besar padahal sebenarnya biasa saja. Kamu gak ingin kehilangan fokus akibat rasa bahagia dan bangga yang berlebihan atas suatu pencapaian.

Sama seperti saat kamu hendak menyampaikan kabar buruk, kamu juga perlu mempertimbangkan kesiapan calon pendengar maupun dirimu sendiri sebelum berbagi kabar baik. Namun gak usah terlalu berhati-hati biar kamu gak malah kehilangan rasa senang dan penuh syukur atas hal baik yang diperoleh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team