Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Tidak Semua Orang Cocok Memiliki Meja Kerja Aesthetic

ilustrasi meja kerja yang nyaman (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi meja kerja yang nyaman (pexels.com/Ivan Samkov)

Meja kerja aesthetic kini menjadi tren populer di berbagai kalangan, terutama pengguna media sosial. Tampilan rapi, warna senada, dan dekorasi menarik sering kali menggoda untuk ditiru. Di balik keindahan itu, ada sejumlah hal yang perlu dipikirkan sebelum mengikuti tren tersebut.

Bagi sebagian orang, ruang kerja yang terlalu teratur justru terasa membatasi. Dekorasi berlebihan bisa menimbulkan tekanan untuk menjaga kerapian setiap saat. Berikut beberapa alasan kenapa tidak semua orang cocok memiliki meja kerja yang aesthetic.

1. Memiliki gaya kerja yang lebih dinamis dan berantakan

ilustrasi meja kerja berantakan (pexels.com/Tara Winstead)
ilustrasi meja kerja berantakan (pexels.com/Tara Winstead)

Sebagian orang memiliki gaya kerja yang aktif dan spontan. Hal tersebut cenderung membuat barang-barang sering berpindah tempat sesuai kebutuhannya, bukan lagi berdasarkan nilai estetika. Bagi orang dengan tipe bekerja demikian, meja yang terlalu tertata bisa terasa menghambat proses berpikir.

Bagi mereka, fleksibilitas bisa menjadi kunci dalam menyelesaikan tugas dengan lancar. Sebaliknya, justru meja kerja yang aesthetic bisa membatasi kebebasan dalam menyusun alat, dokumen, atau melakukan proses berpikir kreatif lainnya. Bagi sebagian orang, kondisi meja yang berantakan justru bagian dari sistem kerja mereka.

2. Waktu dan energi yang bisa habis hanya untuk berbenah setiap saat

ilustrasi bekerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
ilustrasi bekerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Menjaga meja kerja agar tetap aesthetic tentu memerlukan waktu dan perhatian yang ekstra. Kecenderungan itu membuat setiap orang perlu memastikan posisi barang agar tidak berubah atau tetap terlihat selaras. Hal demikian, bagian sebagian orang, bisa menyita energi dalam diri yang seharusnya dapat digunakan untuk bekerja.

Pada dasarnya, tidak semua orang memiliki waktu yang cukup untuk mengatur meja kerja secara konsisten. Fokus pada tanggung jawab pekerjaan justru bisa terganggu karena harus menjaga penampilan meja. Padahal, sejatinya aspek yang lebih penting adalah hasil kerja, bukan terletak pada nilai keindahan semata.

3. Tekanan dari standar media sosial

ilustrasi meja kerja sederhana (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi meja kerja sederhana (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Tren meja kerja aesthetic sejatinya banyak dipengaruhi oleh unggahan media sosial yang terlihat sempurna. Melihat fenomena tersebut, akan muncul kecenderungan untuk meniru, meski sebenarnya hal itu tidak sesuai dengan kebutuhan. Ekspektasi demikian bisa memicu rasa tidak nyaman dalam menjalani setiap proses menyelesaikan pekerjaan.

Bagi sebagian orang, tekanan tersebut dapat menurunkan produktivitas dan kepercayaan dalam diri. Sehingga meja kerja seharusnya menjadi ruang pribadi, bukan ajang pembuktian. Mencari pengakuan dari nilai keindahan bisa melelahkan dalam jangka panjang.

4. Adanya biaya tambahan untuk barang aesthetic

ilustrasi meja kerja tidak aesthetic (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi meja kerja tidak aesthetic (pexels.com/Vlada Karpovich)

Mengikuti tren meja kerja aesthetic bisa memerlukan biaya tambahan yang cukup besar. Aksesori seperti lampu meja, tempat alat tulis, atau rak dengan warna senada, sering kali dijual dengan harga yang tidak murah. Hal tersebut bisa menjadi beban tambahan jika tidak dipertimbangkan anggaran yang matang.

Beberapa orang ada yang lebih memilih mengalokasikan dana untuk kebutuhan kerja lainnya. Fungsi dan efisiensi menjadi pertimbangan utama dibandingkan dengan dekorasi. Bagi mereka, meja sederhana tetap bisa menunjang kerja jika ditata sesuai kebutuhan.

5. Tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan secara spesifik

ilustrasi meja kerja yang nyaman (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi meja kerja yang nyaman (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap jenis pekerjaan memiliki kebutuhan ruang kerja yang berbeda. Pekerjaan yang melibatkan proses kreatif, seperti desainer atau penulis, mungkin membutukan meja yang lebih bebas dan berisi berbagai alat. Meja aesthetic yang terlalu minimalis bisa terasa kurang mendukung.

Kondisi tersebut membuat produktivitas menurun karena keterbatasan ruang atau alat. Desain meja sebaiknya menyesuaikan pekerjaan, bukan mengikuti tren semata. Artinya, perancangan ruang kerja sudah semestinya menjadi salah satu prioritas.

Tampilan cantik pada meja kerja tidak selalu menjamin kenyamanan saat bekerja. Gaya kerja dan kebutuhan setiap orang sangat berbeda, sehingga tidak semua cocok dengan pendekatan estetis yang penuh aturan. Fokus utama tetap pada fungsinya dan kenyamanan pribadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izah Cahya
EditorIzah Cahya
Follow Us