5 Bentuk Trauma Finansial yang Jarang Disadari, Wajib Ditangani!

Berbagai pengalaman buruk terkait keuangan, seperti kehilangan pekerjaan, terlilit utang, kerugian bisnis, atau kondisi ekonomi yang tak stabil bisa meninggalkan jejak mendalam pada diri seseorang. Hal ini bukan tak mungkin memicu trauma berkepanjangan, yang bisa berdampak pada aspek lain dalam kehidupan, seperti kesehatan, pekerjaan, dan hubungan asmara.
Seperti trauma pada umumnya, trauma finansial juga memerlukan penanganan yang tepat. Sayangnya, trauma finansial sering kali tak disadari oleh mereka yang mengalaminya. Beberapa bentuk trauma finansial seperti yang dijelaskan berikut bisa menjadi indikator apakah seseorang mengalaminya atau tidak.
1. Takut mengeluarkan uang

Orang yang mengalami trauma finansial sering kali merasa takut mengeluarkan uangnya, bahkan untuk kebutuhan dasar mereka sendiri. Dilansir Choosingtherapy, pengalaman masa lalu yang sulit atau kerugian besar yang pernah mereka alami kerap menghantui, sehingga mereka cemas akan kemungkinan terulangnya kejadian tersebut.
Menyimpan uang memberikan rasa aman bagi mereka. Fokus pada kebutuhan masa depan membuat mereka merasa harus menyimpan sebanyak mungkin uang untuk menghadapi kemungkinan buruk di kemudian hari.
2. Sulit menikmati kekayaannya

Meskipun memiliki harta kekayaan, seseorang dengan trauma finansial sering kali merasa bersalah atau tidak pantas untuk menikmatinya. Alhasil, mereka terus-menerus merasa harus menabung atau berinvestasi, tanpa memberikan diri mereka izin untuk menikmati hasil jerih payah mereka.
Trauma finansial juga membuat seseorang merasa bahwa keuangan mereka tidak akan pernah aman. Meskipun memiliki pendapatan yang stabil dan cukup, mereka selalu merasa ada ancaman yang mengintai, seperti kehilangan pekerjaan atau krisis ekonomi.
3. Impulsif dan belanja berlebihan

Berkebalikan dengan poin-poin sebelumnya, pada sebagian orang, trauma finansial justru memicu perilaku impulsif yang membuat mereka sering belanja berlebihan tanpa pikir panjang. Biasanya, barang yang dibeli juga bukan barang yang mereka butuhkan. Ini bisa karena mereka ingin "membalas dendam" setelah melalui kesulitan ekonomi yang membuat mereka tak berdaya.
Selain itu, belanja impulsif kerap dijadikan mekanisme pelarian atau coping mechanism dari stres yang ditimbulkan oleh trauma finansial. Aktivitas ini menawarkan kepuasan instan yang bisa mengalihkan perhatian dari perasaan cemas, seperti yang dijelaskan laman Cpdonline.
4. Kesulitan membuat keputusan finansial yang tepat

Trauma finansial juga dapat terlihat dari sulitnya membuat keputusan keuangan yang tepat. Ketakutan yang mendalam akan kehilangan uang atau mengalami krisis keuangan lagi bisa membuat mereka sangat berhati-hati atau bahkan menghindari pengambilan keputusan finansial sama sekali.
Selain itu, trauma finansial dapat mengurangi rasa percaya diri mereka, sehingga mereka merasa tidak yakin tentang keputusan yang akan diambil. Beberapa orang juga mungkin terjebak dalam siklus overanalisasi, di mana mereka terus-menerus memikirkan risiko dan konsekuensi dari keputusan mereka.
5. Enggan membicarakan keuangan dengan orang terdekat

Orang yang mengalami trauma finansial kerap merasa canggung untuk membicarakan masalah keuangan, baik dengan pasangan, keluarga, maupun teman. Mereka mungkin merasa malu atau khawatir akan dinilai negatif akibat pengalaman buruk yang telah mereka alami. Padahal membahas topik ini sangat penting, terutama dalam hubungan asmara yang hendak berlanjut ke jenjang serius atau dalam konteks rumah tangga.
Trauma finansial adalah masalah yang nyata dan bisa mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang. Dengan memahami dan mengatasinya, kamu bisa membangun hubungan yang lebih sehat dengan uang dan merasa lebih aman secara finansial.
Jika kamu mengalami salah satu bentuk trauma finansial di atas, kamu bisa mencari bantuan profesional, seperti terapis atau konselor keuangan untuk membantu mengatasinya. Jangan dipendam sendirian, ya!