Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi cara bijak hindari FOMO (freepik.com/freepik)
ilustrasi cara bijak hindari FOMO (freepik.com/freepik)

Fenomena FOMO atau fear of missing out semakin sering muncul di era digital, terutama saat media sosial jadi bagian besar dari kehidupan sehari-hari. Rasa takut ketinggalan informasi, tren, atau momen seru yang dialami orang lain bisa bikin kamu merasa cemas, iri, bahkan terbebani. Padahal, kalau dibiarkan, FOMO bisa memengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosialmu.

Menghadapi FOMO bukan berarti kamu harus meninggalkan media sosial sepenuhnya, melainkan belajar mengatur diri supaya gak larut dalam tekanan dunia maya. Dengan langkah-langkah yang bijak, kamu bisa tetap menikmati media sosial tanpa harus merasa tertinggal. Berikut ini ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan agar lebih tenang dan bahagia meski dunia digital terus bergerak cepat.

1. Batasi waktu bermain media sosial

ilustrasi Batasi waktu bermain media sosial (freepik.com/prostooleh)

Salah satu penyebab utama FOMO adalah terlalu sering membuka media sosial. Semakin banyak waktu yang kamu habiskan scrolling, semakin besar kemungkinan kamu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Ini bisa membuatmu merasa hidup sendiri kurang menarik atau gak sepadan dengan pencapaian orang lain.

Coba atur jadwal khusus untuk mengakses media sosial, misalnya hanya di pagi hari dan malam hari dalam batas waktu tertentu. Kamu juga bisa memanfaatkan fitur screen time di ponsel untuk mengontrol durasi penggunaan. Dengan begitu, kamu punya lebih banyak waktu untuk fokus pada aktivitas nyata yang lebih bermanfaat.

Membatasi waktu main media sosial bukan berarti kamu jadi ketinggalan berita. Justru, ini bisa bikin kamu lebih selektif dalam memilih informasi yang benar-benar penting, sekaligus melatih diri agar gak gampang terjebak dalam rasa takut ketinggalan tren.

2. Fokus pada kualitas, bukan kuantitas interaksi

Lebih Banyak Waktu untuk Keluarga dan Teman (unsplash.com/OmarLopez)

Banyak orang merasa FOMO karena melihat interaksi sosial orang lain yang tampak seru dan ramai di media sosial. Padahal, yang terlihat di layar hanyalah potongan kecil dari kehidupan mereka, bukan gambaran utuh. Membandingkan diri dengan hal itu hanya akan bikin kamu merasa kurang.

Daripada mengejar jumlah like, komentar, atau followers, lebih baik kamu fokus membangun interaksi yang berkualitas. Cobalah luangkan waktu ngobrol langsung dengan teman dekat, keluarga, atau pasangan. Interaksi nyata jauh lebih bermakna daripada sekadar angka di media sosial.

Kalau kamu mulai mengubah cara pandang terhadap interaksi, FOMO akan semakin berkurang. Kamu gak lagi sibuk membandingkan diri dengan orang lain, melainkan lebih menghargai hubungan yang benar-benar tulus dan memberikan energi positif.

3. Syukuri hal-hal kecil dalam hidupmu

ilustrasi tuliskan hal buat bersyukur (freepik.com/freepik)

Salah satu cara terbaik mengatasi FOMO adalah melatih rasa syukur. Ketika kamu sering merasa iri melihat pencapaian orang lain di media sosial, cobalah berhenti sejenak dan pikirkan apa saja yang sudah kamu miliki. Bisa jadi hal-hal sederhana seperti kesehatan, sahabat yang suportif, atau waktu luang bersama keluarga.

Membuat jurnal syukur bisa jadi langkah efektif. Setiap hari, tuliskan minimal tiga hal yang membuatmu bersyukur. Dengan begitu, pikiranmu akan lebih terlatih untuk fokus pada hal-hal positif yang nyata dalam hidupmu, bukan pada apa yang dimiliki orang lain.

Semakin sering kamu bersyukur, semakin berkurang pula rasa takut ketinggalan. Kamu akan menyadari bahwa kebahagiaan gak selalu datang dari mengikuti tren atau terlihat seperti orang lain, tapi dari menghargai hal-hal sederhana yang sudah ada.

4. Sadari bahwa media sosial bukan realita sepenuhnya

ilustrasi sadari bahwa media sosial bukan realita (freepik.com/freepik)

Konten yang kamu lihat di media sosial sering kali sudah melalui proses editing, filter, dan hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang. Jarang sekali orang membagikan kesulitan, kegagalan, atau hal-hal biasa yang mereka alami sehari-hari. Kalau kamu lupa akan hal ini, mudah sekali merasa hidupmu kurang menarik.

Cobalah untuk selalu mengingat bahwa apa yang terlihat di media sosial hanyalah ilusi atau potongan cerita. Orang lain mungkin tampak bahagia di foto liburan, tapi kamu gak tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan di balik layar. Menyadari hal ini bisa mengurangi kecenderungan membandingkan diri secara berlebihan.

Dengan perspektif yang lebih realistis, kamu bisa menikmati media sosial tanpa terbebani. Kamu akan lebih bijak dalam mengonsumsi konten, serta lebih sadar bahwa kebahagiaan orang lain tidak otomatis mengurangi kebahagiaanmu sendiri.

5. Isi waktu dengan kegiatan yang bikin produktif

Mencoba hobi baru atau kreatif (pexels.com/Gustavo Fring)

FOMO sering muncul karena kamu merasa gak punya cukup aktivitas menarik dalam hidup. Padahal, solusinya sederhana: isi waktu dengan hal-hal produktif yang bisa meningkatkan kualitas hidupmu. Entah itu olahraga, membaca buku, belajar keterampilan baru, atau menekuni hobi yang kamu suka.

Saat kamu sibuk dengan kegiatan positif, perhatianmu gak akan terlalu tersedot pada media sosial. Kamu juga bisa merasakan kepuasan tersendiri dari pencapaian nyata yang kamu lakukan, bukan hanya validasi dari orang lain. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan diri dan mengurangi rasa iri.

Kegiatan produktif juga bisa memperluas perspektifmu. Alih-alih terjebak dalam perasaan takut ketinggalan tren, kamu justru bisa menciptakan kebahagiaan versimu sendiri yang gak bergantung pada dunia maya.

Menghadapi FOMO memang butuh kesadaran diri dan kebiasaan baru, tapi bukan berarti hal itu mustahil dilakukan. Dengan membatasi penggunaan media sosial, lebih banyak bersyukur, serta fokus pada kehidupan nyata, kamu bisa terbebas dari tekanan dunia digital. Ingat, kebahagiaan sejati bukan tentang selalu tahu tren terbaru, melainkan bagaimana kamu bisa menikmati hidup dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team