5 Hal Penting yang Remaja Harap Orang Dewasa Bisa Pahami

Sebagai orang tua, sering kali kamu mungkin alami kebingungan hadapi pola pikir anak remaja. Ketika kamu mengatur mereka untuk segera mengerjakan pekerjaan rumah, berhenti terus-menerus bermain, atau sekadar merapikan kembali tempat tidur setelah bangun, mereka justru sering kali memberontak.
Kamu mungkin sudah kehabisan ide untuk meminta anak remaja untuk belajar menjelang ujian. Ada banyak cara yang tampaknya salah untuk diterapkan dalam mendidik mereka sebagai orang dewasa.
Di sisi lain, sebagai orang dewasa kamu tidak bisa terus memaksakan kehendak hanya dari sudut pandang kamu. Anak remaja memiliki perasaan dan cara berpikira yang berbeda daripada orang dewasa. Bahkan, meskipun kamu sebelumnya pernah berada di masa remaja, bisa jadi kamu belum sepenuhnya memahami jalan pikiran anak remaja.
Apalagi, seiring berkembangnya zaman, apa yang menurut kamu saat remaja dahulu benar, bisa jadi sudah tidak lagi relevan kebenarannya dengan remaja masa kini. Artikel di bawah ini menjelaskan bagaimana anak-anak remaja berharap orang dewasa memahami mereka!
1. Berilah aku ruang

Anak remaja pada dasarnya tidak suka merasa dikekang. Oleh karena itu, mereka sering kali meminta orang dewasa paham, saat mereka berkata “berilah aku ruang”. Perkataan ini memberikan arti bahwa mereka tidak ingin kamu datang ke kamarnya, memojokkan kamu, menuntut, atau menceramahi mereka dengan banyak wejangan. Saat orang dewasa mendorong atau membentak remaja, mereka akan merasa semakin lebih buruk.
Sebagai orang dewasa, kamu mungkin masih berpikir jika anak remaja ini masih kecil. Padahal, saat anak sudah beranjak dewasa, mereka sudah mulai lebih peka terhadap kondisi emosional mereka.
Itulah mengapa, mereka sering kali membutuhkan lebih banyak ruang untuk dapat mencerna perasaan-perasaan baru di dalam diri mereka tersebut. Anak remaja ingin mulai merasa lebih dihargai sebagai individu, bukan hanya anak dari orang dewasa.
2. Jangan membentakku

Anak remaja terkadang merasa suara di kepalanya begitu keras menggema, sehingga ia pun seakan tak bisa mendengar isi pikirannya sendiri. Di saat seperti ini remaja akan merasa lebih tidak tahan, saat harus dibentak.
Saat orang dewasa membentak remaja, mereka mungkin akan merasa tertekan hingga berpikir buruk terhadap diri sendiri. Remaja bisa merasa diri mereka tidak dicintai, bahkan berpikir bahwa dirinya ada kekecewaan terbesar bagi orang tuanya.
Anak remaja tengah mencari identitas diri mereka. Lebih dari orang dewasa, mereka baru mulai memulai mempelajari siapa sebenarnya dirinya. Termasuk, siapa dirinya bagi orang lain.
Oleh karena itu, saat orang dewasa membentak mereka, remaja sebenarnya tidak menyukainya. Bukan karena mereka tidak ingin diberitahu, tetapi mereka tidak suka merasa tersudutkan. Remaja akan lebih senang dinasehati dengan cara yang lebih pengertian dan bijak.
3. Singkirkan barang elektronik saya

Anak remaja sebenarnya ingin berkata, bahwa mereka juga sudah berusaha menyingkirkan gadget mereka, tetapi tidak bisa. Remaja juga menyadari, jika bermain ponsel telah menyita banyak waktu mereka, namun sulit untuk dapat mengontrol diri.
Jadi, anak remaja sebenarnya membutuhkan orang dewasa untuk dapat menuntunnya agar tidak terus-menerus terpaku pada ponsel mereka. Alangkah lebih mudahnya bagi mereka lepas dari gadget, jika orang dewasa memberitahu caranya.
Jadi, saat anak remaja mengatakan dengan marah agar semua barang elektroniknya dibuang saja. Coba beritahu mereka bagaimana cara untuk menetapkan batasan teknologi.
Jangan coba terlalu menekan anak remaja atau bahkan menyalahkannya yang terlihat terus memegang ponsel. Kamu bisa mulai dengan bertanya, “apa kamu kesulitan untuk tidak bermain ponsel, adakah tips yang perlu diberikan?”
4. Bawakan aku ke tempat yang tenang

Pernyataan seperti ini dari anak remaja, tidak sepenuhnya berarti mereka tidak ingin berurusan dengan orang dewasa. Tetapi, anak remaja membutuhkan tempat yang lebih tenang, tempat di mana remaja bisa berpikir lebih jernih.
Kemudian anak remaja dan orang tua bisa berjalan-jalan bersama tanpa harus bertengkar. Seperti suatu tempat, di mana remaja bisa merasakan matahari dan mendengar air dari pepohonan.
Anak remaja ingin tempat untuk bisa bernafas lega, sehingga mereka bisa melupakan semua hal yang mengganggu mereka. Tidak perlu banyak bicara, bahkan hanya dengan bersama-sama menikmati suasana yang lebih tenang, remaja akan merasa lebih nyaman.
Ingat, anak remaja bukan lagi anak kecil. Saat mereka menolak diajak bicara, tidak berarti mereka sama sekali tak mau mendengarkan kamu. Hanya saja, remaja perlu kondusi yang lebih kondusif.
5. Katakan bahwa kamu mencintaiku

Anak remaja kamu mungkin terlihat kurang peduli dengan perkataan seperti ini. Namun, ada kalanya mereka juga ingin mendengar kamu mengatakan langsung jika kamu mencintai mereka.
Terlepas dari bagaimana kamu sering kali memarahinya, anak remaja ingin tahu bahwa orang tuanya sebenarnya memang mencintainya. Jadi, meskipun anak remaja tampak tak acuh, tak ada salah sesekali menegaskan bahwa mereka berharga bagimu.
Pernahkah kamu mendengar? Anak-anak mungkin bertingkah nakal atau memberontak, karena mereka ingin orang dewasa perhatikan. Oleh karena itu, terkadang hanya dengan menyediakan apa yang mereka butuhkan tidak bisa sepenuhnya menunjukkan kamu benar-benar mencintainya. Jangan lupa untuk lebih dahulu memberi remaja validasi akan kasih sayang di keluarga mereka, agar mereka tidak perlu banyak mencari di luar.
Setiap anak remaja memiliki karakter yang berbeda-beda. Namun, semua itu juga dapat terbentuk dari lingkungan pertama paling dekat, yakni keluarga. Anak remaja juga masih membutuhkan orang dewasa, masih banyak hal yang tidak mereka mengerti di dunia. Di sisi lain, mereka juga ingin dipandang tidak sebagai anak kecil lagi. Tetapi, sebagai individu yang memiliki batasan dan privasinya sendiri.