5 Hal yang Bikin Kejujuran Selalu Terasa Istimewa, Kamu Begini Gak? 

Mana ada orang berniat jahat yang jujur? Sebaliknya, orang yang jujur pasti gak punya niat jahat. Maka gak ada yang perlu disembunyikannya dengan cara apa pun. Wajar jika dekat dan berurusan dengan orang jujur itu menyenangkan sekaligus menenangkan.

Urusan apa pun gak akan berbelit-belit. Kamu gak akan merasa dipersulit. Gak ada perasaan waswas, yang ada hanyalah rasa percaya. Jadi kalau kamu ingin mendapatkan kepercayaan orang lain, jujur adalah kuncinya.

Kalau melakukan kesalahan lalu menutupinya, sudah jelas kamu gak punya keinginan untuk mempertanggungjawabkannya. Bahkan demi menghindari tanggung jawab, bisa jadi kamu sampai tega mengorbankan orang lain.

Duh, demi apa pun, jangan pernah kamu begini, ya? Percayalah, tanggung jawab yang harus kamu pikul atas perbuatanmu gak akan menyamai apalagi lebih besar daripada rasa takutmu kok. Kamu cuma berlebihan dalam membayangkannya.

Padahal makin dibayangkan, rasa takut akan makin besar. Dan jika kamu sampai gak berani jujur akibat rasa takut gak masuk akal ini, orang gak bakal menaruh respek padamu.

Sebaliknya kalau kamu terbuka saja, tanpa diminta pun, orang cenderung mudah memaafkan. Bahkan mungkin membantumu mempertanggungjawabkannya.

Kejujuran itu gak cuma baik buat orang yang melakukannya. Jujur yang sebenarnya amat simpel karena cukup mengatakan segala hal sesuai kenyataannya, gak perlu memikirkan strategi apa pun, justru bisa menyelamatkan kepentingan orang banyak.

Misalnya, mencegah atau membongkar tindak korupsi yang merugikan kantor bahkan negara. Sebab kalau korupsi merajalela, jelas bikin bangkrut. Satu orang jujur bisa menyelamatkan kepentingan begitu banyak orang. Jadi, pahlawan itu gak cuma mereka yang pergi berperang dan mengangkat senjata, kan?

Gak semua kejujuran itu manis. Itulah faktanya. Gak sedikit kejujuran yang terasa pahit banget, sukar diterima. Namun sepahit-pahitnya kejujuran, akan lebih buruk lagi dampak dari kebohongan.

Masalahnya, kebohongan serapi apa pun cuma soal waktu untuknya terkuak. Celakanya, makin lama suatu kebohongan terkuak, akan terasa makin menyakitkan pula bagi orang-orang yang dibohongi.

Kamu dengan pasangan atau temanmu misalnya. Kamu berbohong padanya karena gak ingin melukai hatinya. Namun ternyata, saat akhirnya dia mengetahuinya, ia justru gak terima diperlakukan seperti itu. Bukan fakta yang kamu sembunyikan yang menyakitinya melainkan ketidakjujuranmu.

Ayo coba rasakan kembali. Saban kamu hendak berbuat gak jujur, pasti hatimu sebenarnya menolak. Hatimu mengingatkanmu berkali-kali. Bikin kamu merasa gak nyaman. Kalau kamu tetap mengabaikannya dan malah berbuat sebaliknya, ibarat kendaraan, sikap dengan hatimu bergerak berlawanan arah.

Padahal keduanya ada dalam satu tubuh, satu jiwa. Artinya, dua kendaraan itu berada di jalur yang sama. Maka pasti akan terjadi benturan keras. Kamu mungkin jahat pada orang lain lantaran membohongi mereka.

Tetapi bahkan sebelum itu terjadi, kamu telah terlebih dahulu dan tak henti-hentinya berbuat jahat pada dirimu. Makanya, gak jujur itu selalu terasa menyiksa diri, kan?

Meski kadang ada sisi yang gak mengenakkan dari kejujuran, tetap saja secara garis besar itulah yang terbaik untukmu maupun orang lain. Jadi, jangan lagi berpikir jujur berarti hancur ya?