Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan Sepele Saat Kerja Remote yang Bisa Hancurkan Reputasi!

ilustrasi remote worker (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Kerja remote menuntut responsif dalam komunikasi, jangan sering telat balas chat atau email kerja.
  • Partisipasi aktif dalam diskusi dan meeting online penting untuk terlihat kompeten dan peduli terhadap tim.
  • Keandalan dan kualitas pekerjaan sangat ditentukan oleh kemampuan menjaga deadline, fokus kerja, dan komunikasi yang sopan.

Kerja remote memberi kebebasan yang belum tentu bisa kamu dapatkan di kantor konvensional. Kamu bisa bekerja dari rumah, kafe, bahkan dari kota atau negara mana pun. Tapi di balik fleksibilitas itu, ada tantangan besar yang sering gak disadari, terutama soal bagaimana kamu dipersepsikan oleh rekan kerja dan atasan.

Dalam dunia kerja remote, kamu gak selalu dinilai dari berapa lama duduk di meja atau seberapa sering nongol di kantor. Yang dinilai adalah output, komunikasi, dan keandalanmu. Sayangnya, banyak pekerja remote yang tanpa sadar merusak reputasi profesionalnya sendiri karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang dianggap sepele.

Kalau kamu merasa performa udah oke tapi tetap gak dapat pengakuan, atau mulai kehilangan kepercayaan tim, mungkin kamu melakukan lima kebiasaan ini. Hati-hati, karena hal-hal kecil ini bisa jadi penyebab reputasimu pelan-pelan hancur di mata kolega!

1. Sering telat balas chat atau email kerja

ilustrasi remote worker (freepik.com/freepik)

Kamu mungkin merasa gak masalah untuk membalas pesan dua jam kemudian, apalagi kalau lagi fokus ngerjain tugas lain. Tapi di dunia kerja remote, komunikasi adalah nyawa. Ketika kamu sering telat merespons, orang akan mulai mempertanyakan komitmen dan keberadaanmu.

Apalagi kalau kamu gak memberi kabar sama sekali atau gak pakai status online/offline di platform kerja. Tim akan mengira kamu malas, gak fokus, atau bahkan menghindari tanggung jawab, padahal mungkin kamu cuma lagi lupa atau menunda-nunda. Biasakan untuk minimal memberikan respons awal, meski cuma bilang, 'Noted, aku cek dulu ya,' biar orang tahu kamu hadir dan tanggap. Jangan biarkan diam jadi kesan buruk yang sulit diluruskan.

2. Jarang aktif dalam diskusi atau meeting online

ilustrasi orang sedang menonton drama di laptop (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi orang sedang menonton drama di laptop (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Mungkin kamu berpikir, 'Yang penting kerjaan selesai, gak usah banyak omong.' Tapi sayangnya, kerja remote menuntut kamu untuk terlihat aktif, bukan cuma produktif secara diam-diam. Kalau kamu terlalu pasif dalam meeting atau diskusi tim, orang akan sulit menilai kontribusimu secara menyeluruh.

Pasifnya kamu bisa dianggap sebagai gak tertarik, gak peduli, atau bahkan gak kompeten. Padahal kenyataannya bisa saja kamu cuma pendiam atau gak nyaman bicara di ruang virtual. Cobalah untuk setidaknya memberikan komentar, pertanyaan, atau pendapat sederhana dalam tiap pertemuan. Gak harus dominan, yang penting menunjukkan bahwa kamu terlibat dan peduli dengan arah tim.

3. Sering missed deadline tanpa penjelasan yang jelas

Ilustrasi menggunakan laptop diatas kasur (pexels.com/Vlada Karpovich)
Ilustrasi menggunakan laptop diatas kasur (pexels.com/Vlada Karpovich)

Satu deadline terlewat mungkin bisa dimaklumi. Tapi kalau ini jadi kebiasaan, bahkan untuk tugas-tugas kecil, orang akan mulai kehilangan kepercayaan. Apalagi kalau kamu gak menjelaskan alasannya atau memberi kabar sebelumnya.

Reputasi profesional sangat ditentukan oleh seberapa bisa kamu diandalkan. Dalam kerja remote, keandalanmu terlihat dari seberapa konsisten kamu menyelesaikan tugas tepat waktu, meski gak ada yang langsung mengawasi. Kalau memang ada kendala, beri tahu tim sejak awal dan usahakan tetap menyampaikan update. Transparansi bisa menyelamatkan reputasimu jauh lebih efektif daripada diam dan berharap masalahnya gak ketahuan.

4. Multitasking berlebihan sampai hasil kerja jadi asal-asalan

ilustrasi bekerja multitasking (freepik.com/freepik)

Salah satu jebakan kerja remote adalah godaan untuk multitasking. Buka banyak tab, kerja sambil nonton, atau nyambi ngurus rumah. Memang kelihatannya efisien, tapi hasil kerja yang kamu kirim akan mencerminkan fokusmu.

Kalau kualitas pekerjaanmu mulai turun, banyak typo, salah data, atau melewatkan detail penting, tim akan mulai bertanya: kamu kerja beneran gak sih? Gak jarang, kesalahan kecil berulang bikin orang mempertanyakan profesionalismemu. Lebih baik fokus kerja dua jam dengan hasil optimal, daripada nyambi terus dan hasilnya gak maksimal. Karena dalam kerja jarak jauh, hasil kerja adalah satu-satunya bukti komitmenmu.

5. Gak menjaga komunikasi yang sopan dan profesional

ilustrasi seseorang memegang hp (freepik.com/yanalya)
ilustrasi seseorang memegang hp (freepik.com/yanalya)

Karena kerja remote sering terjadi lewat chat dan teks, kadang kita lupa menjaga nada bicara. Balasan singkat seperti 'Oke' atau 'Udah' mungkin terdengar biasa buatmu, tapi bisa dianggap dingin atau gak sopan oleh orang lain.

Apalagi kalau kamu sering salah kirim pesan, typo yang bikin ambigu, atau membalas dengan emotikon doang. Semua itu bisa bikin orang salah paham, merasa disepelekan, atau bahkan merasa gak dihargai. Padahal, komunikasi profesional tetap harus dijaga, bahkan di ruang virtual. Ucapkan terima kasih, beri konfirmasi dengan jelas, dan hindari nada yang bisa disalahartikan. Etika digital adalah kunci utama menjaga reputasi baik di era kerja remote.

Kerja remote memberi kebebasan, tapi juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar. Tanpa pengawasan langsung, semua orang akan menilai kamu dari cara kamu berkomunikasi, menyelesaikan tugas, dan bersikap dalam ruang digital.

Kebiasaan kecil yang kelihatannya sepele bisa jadi bom waktu kalau dibiarkan terus-menerus. Telat balas pesan, pasif di meeting, missed deadline, multitasking asal-asalan, dan komunikasi yang kurang sopan bisa menggerus kepercayaan tim tanpa kamu sadari.

Kalau kamu ingin membangun karier yang kuat meski gak pernah masuk kantor, kamu harus sadar bahwa reputasi dibangun dari hal-hal kecil yang dilakukan konsisten. Tunjukkan kamu bisa diandalkan, peduli, dan profesional dalam setiap interaksi, meskipun hanya lewat layar. Karena di dunia kerja modern, yang gak kelihatan bukan berarti gak dinilai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us