5 Kerugian Besar dari Menunda-nunda Pernikahan Menurut Science

Buku “The Case for Marriage” memberitahu kita hasil penelitian yang cukup mengejutkan, yaitu mereka laki-laki yang lajang memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi sebesar 250% dibandingkan laki-laki yang sudah menikah. Sedangkan, wanita lajang juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi sebesar 50% dibandingkan wanita yang sudah menikah. Dikatakan juga disana, laki-laki yang sudah menikah memiliki keuntungan yang lebih yaitu mereka memiliki sistem imun (kekebalan tubuh) yang lebih baik dibandingkan laki-laki single.

Ditambahkan lagi oleh Dr Scott Haltzman, seorang asisten profesor di Brown University menyebutkan kalau mereka yang sudah menikah secara rata-rata memiliki hidup yang lebih lama selama 1,400 hari dibandingkan mereka yang belum menikah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murphy dan kawan-kawan (Marital status and long-term illness in Great Britain, 1997) menyebutkan bahwa salah satu keuntungan dari orang yang menikah adalah mereka cenderung lebih jarang terkena penyakit yang membutuhkan penyembuhan lama dibandingkan mereka yang belum menikah. Bahkan penelitian dari dari Goodwin dan kawan-kawan (The effect of marital status on stage, treatment, and survival of cancer patients, 1987) menemukan kalau mereka yang sudah menikah memiliki tingkat kebertahanan hidup yang lebih baik dibandingkan mereka yang belum menikah.

Di dalam buku “Why Marriage Matters: 30 Conclusion from The Social Science” salah satu keuntungan dari menikah adalah para laki-laki yang sudah menikah akan menghasilkan uang yang lebih banyak dibandingkan mereka yang belum menikah (dimana tingkat pendidikan dan riwayat pekerjaan mereka sama).

Sedangkan di buku “The Case for Marriage” diceritakan kalau laki-laki yang sudah menikah relatif cenderung lebih sukses dalam pekerjaan, lebih sering dipromosikan jabatannya, serta mendapatkan penghargaan yang lebih baik.

Pernikahan pada dasarnya adalah sebentuk ibadah. Ibadah sendiri adalah salah satu cara kita untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Selain itu, ternyata pernikahan bisa mendorong peningkatan berbagai aktivitas keibadahan kita di berbagai sektor. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Prof Linda J. Waite (2002) di hadapan para alumni Universitas Chicago yang melaporkan mengenai hasil temuannya bahwa mereka yang sudah menikah dan memiliki anak cenderung untuk meningkatkan aktivitas keagamaan di keluarganya.

Di kalangan muslim Indonesia hal ini bisa kita temukan kalau mereka yang sudah menikah akan lebih mudah untuk melaksanakan shalat bersama dengan pasangannya, akan membaca Qur’an bersama, mengajari anak-anak membaca al-Qur’an selepas sembahyang dan berbagai hal lainnya.

Kebahagiaan akan menikah tidak hanya secara tersurat tercemin ketika hari resepsi pernikahan digelar. Lebih dari itu, penelitian yang dilakukan oleh Horwitz dan kawan-kawan (1996), Marks dan Lambert (1998) serta Simon (2002) menunjukkan bahwa mereka yang sudah menikah memiliki tingkat emosi dan kesehatan mental yang lebih baik.

Prof Linda J. Waite juga menyebutkan berdasarkan data yang ia peroleh dari The General Social Surveys pada tahun 1972-1996 didapatilah kalau mereka yang sudah menikah, kehidupannya lebih bahagia dibandingkan mereka yang belum menikah.