5 Pelajaran Hidup dari Setangkai Bunga yang Layu, Pahami Baik-baik!

Selama ini mungkin kamu sudah sering melihat bunga layu di lingkungan sekitar. Contohnya, bunga dari rumput-rumput liar yang mengering di pinggir jalan. Bagi sebagian besar orang, keberadaan bunga yang layu tidak ada artinya. Pesona keindahannya juga sudah memudar. Padahal di baliknya terselip pesan hidup yang patut diresapi.

Setangkai bunga yang sudah layu memberi peringatan jika kita adalah manusia rapuh. Selayaknya bunga-bunga tersebut, kamu bisa saja rusak tersapu angin. Atau roboh karena sudah tidak sanggup menahan beban. Hal ini mengingatkan kita agar tidak mudah sesumbar dan merasa jadi orang paling kuat di atas tanah semesta.

Berapa banyak orang yang terpaku pada kecantikan fisik. Mereka menganggap fisik adalah standar dari segalanya. Bahkan lebih mengedepankan fisik daripada moral dan budi pekerti yang baik. Harusnya kamu bisa belajar dari setangkai bunga yang sudah layu. Tahukah kamu apa makna tersirat di baliknya?

Dari setangkai bunga layu kamu bisa tahu jika keindahan fisik tidak ada artinya. Pada waktunya, kecantikan fisik yang kamu banggakan pasti memudar. Orang-orang tidak akan kagum apalagi terkesan denganmu. Daripada berbangga atas kecantikan fisik yang hanya sesaat, cobalah untuk jadi orang yang lebih mementingkan inner beauty.

Keberadaan bunga layu bisa dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Mungkin kamu menemukannya di antara bunga-bunga yang tumbuh di taman atau berasal dari bunga-bunga rumput liar yang tumbuh di lahan kosong. Setangkai bunga yang layu jika dilihat dengan mata sekilas memang tidak ada artinya.

Namun, lain halnya jika kamu mau merenung dan meresapi maknanya. Setangkai bunga yang layu mengajarkan hidup ini berjalan singkat. Baru kemarin kamu melihat bunga itu mekar dan menikmati keindahannya, sekarang sudah menjadi tanaman kering kerontang.

Jika kamu tidak ingin berakhir seperti bunga yang terlupakan, jadilah orang yang bisa mengisi kehidupan ini dengan hal bermanfaat. Kelak kebaikanmu pasti diingat dan berkesan bagi banyak orang.

Tidak sekali dua kali kamu mendengar nasehat tentang kerendahan hati. Dan tidak sekali dua kali pula kamu mengabaikannya. Bukannya sadar, kamu justru semakin angkuh dan sombong dalam menjalani hidup. Apakah kamu tidak ingat jika manusia ini penuh keterbatasan? Ada saatnya kamu rapuh tanpa bisa membanggakan diri kembali.

Hal serupa turut disampaikan oleh setangkai bunga yang sudah layu. Beberapa waktu lalu ia bisa mekar dengan indah dan menuai banyak pujian. Seolah menjadi tanaman yang paling dibanggakan.

Namun, pujian itu bisa memudar dalam waktu singkat ketika sudah layu dan hampir tumbang. Tidak ada seorang pun yang melirik dan membanggakannya. Ini jadi peringatan agar kita selalu rendah hati, walaupun dikelilingi bermacam pujian.

Bagaimana caramu menjalani kehidupan selama ini? Apakah mengisinya dengan hal-hal bermanfaat atau hanya membanggakan kecantikan fisik sesaat? Harusnya kamu belajar banyak hal dari setangkai bunga yang sudah layu. Tanaman yang kerap dianggap sebelah mata tersebut turut memberikan pelajaran berharga.

Dari setangkai bunga yang sudah layu, kamu tahu hidup ini bukan sekadar tentang keindahan. Apalagi menuai banyak kekaguman. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana menjadi manusia yang bisa memberikan dampak berarti bagi lingkungan sekitar. Walaupun sudah layu, tapi kontribusimu tetap bisa dirasakan hingga nanti.

Sekarang saatnya kamu melirik kembali bunga yang sudah layu. Mungkin tidak menarik ketika dilihat dengan mata, tapi lain halnya saat kamu sudah meresapi maknanya. Dari setangkai bunga yang sudah layu, kamu bisa belajar jadi manusia yang lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Juga mengajarkan agar tidak terlalu bangga dengan kecantikan fisik yang hanya bertahan sesaat.