Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan MBTI Thinking vs Feeling dalam Menghadapi Drama Kehidupan

Ilustrasi seorang pria dan seorang wanita
Ilustrasi seorang pria dan seorang wanita (Pexels.com/Anastasiia Lopushynska)
Intinya sih...
  • MBTI Thinking cenderung logis dan objektif, sementara MBTI Feeling lebih empatik dan penuh perasaan.
  • MBTI Thinking menjaga diri dengan rasionalitas, sedangkan MBTI Feeling menggunakan empati untuk menjaga hubungan.
  • MBTI Thinking akan mengutamakan kejelasan, sedangkan MBTI Feeling mencari keseimbangan emosional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kehidupan itu penuh dengan drama—baik itu drama pertemanan, percintaan, atau konflik internal yang kadang kita gak tahu harus gimana menghadapinya. Tapi pernahkah kamu merasa kayak punya cara berbeda dalam menghadapi masalah? Bisa jadi, itu karena tipe MBTI kamu.

Dalam dunia psikologi, tipe MBTI dibagi menjadi dua kelompok besar: Thinking (T) dan Feeling (F). Keduanya punya cara yang sangat berbeda dalam mengolah emosi dan pengambilan keputusan. Yang menarik, perbedaan ini gak selalu jadi masalah, malah bisa saling melengkapi! Yuk, kita gali lebih dalam tentang bagaimana dua tipe ini merespons drama kehidupan yang sering kali bikin pusing.

1. MBTI Thinking bisa logis dan objektif, sedangkan MBTI Feeling lebih empatik dan penuh perasaan

Ilustrasi dua orang wanita
Ilustrasi dua orang wanita (Pexels.com/Alexander Suhorucov)

Orang dengan tipe Thinking cenderung lebih melihat masalah dari sudut pandang yang logis dan objektif. Saat ada drama, mereka fokus mencari solusi yang rasional, mengabaikan emosi agar bisa berpikir jernih. Misalnya, dalam sebuah konflik pertemanan, tipe Thinking akan cenderung berpikir, “Apa yang bisa aku lakukan untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara yang paling efektif?” Mereka berusaha untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan, yang terkadang bisa membuat mereka terlihat lebih dingin atau kurang peka.

Sebaliknya, tipe Feeling lebih mengutamakan perasaan saat menghadapi masalah. Mereka lebih memikirkan bagaimana perasaan orang lain dan cenderung ingin menjaga keharmonisan hubungan. Ketika ada drama, orang dengan tipe ini akan lebih mempertimbangkan dampaknya terhadap perasaan orang lain. Mereka mungkin akan berkata, “Bagaimana perasaan mereka? Apakah aku sudah cukup memahami sisi mereka?” Kepekaan ini membuat tipe Feeling sangat baik dalam menjaga hubungan, meskipun terkadang bisa mengorbankan solusi rasional demi emosi yang lebih dalam.

2. Jika MBTI Thinking menjaga diri dengan rasionalitas, MBTI Feeling menggunakan empati untuk menjaga hubungan

Ilustrasi dua orang pria
Ilustrasi dua orang pria (Pexels.com/Darlene Alderson)

Tipe Thinking sering kali mengandalkan rasionalitas untuk menjaga jarak dari drama yang terjadi. Mereka bisa sangat objektif dalam menilai situasi, tetapi mungkin terlihat kurang menunjukkan empati terhadap perasaan orang lain. Misalnya, jika terjadi kesalahpahaman dalam hubungan, tipe Thinking mungkin akan lebih memilih untuk berdiskusi secara langsung dan menekankan fakta-fakta daripada membahas perasaan yang terlibat. Ini kadang membuat mereka terlihat tidak peduli, padahal sebenarnya mereka hanya mencoba untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang paling logis.

Sementara itu, tipe Feeling lebih fokus pada hubungan dan bagaimana perasaan orang lain. Mereka sangat peduli dengan dampak emosional dari setiap keputusan. Dalam situasi yang penuh drama, mereka lebih memilih untuk mencari jalan tengah yang bisa menyelesaikan konflik tanpa menyakiti perasaan siapapun. Kadang, ini bisa membuat mereka lebih hati-hati dalam menyampaikan pendapat atau mengambil tindakan, karena mereka takut jika hal tersebut bisa merusak hubungan yang ada. Empati mereka adalah kekuatan, tetapi terkadang bisa menimbulkan kebingungannya sendiri.

3. MBTI Thinking akan mengutamakan kejelasan, sedangkan MBTI Feeling mencari keseimbangan emosional

Ilustrasi dua orang wanita
Ilustrasi dua orang wanita (Pexels.com/fauxels)

Saat menghadapi permasalahan, tipe Thinking selalu mencari kejelasan. Mereka ingin tahu fakta-fakta yang ada dan menggunakannya untuk menganalisis situasi secara lebih terstruktur. Drama dalam hidup bagi mereka adalah masalah yang perlu dipahami dengan jelas, dan mereka akan berusaha menyingkirkan semua perasaan yang bisa mengaburkan pandangan mereka. Ini sering kali membantu mereka membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih tepat.

Namun, tipe Feeling lebih mengutamakan keseimbangan emosional daripada kejelasan semata. Mereka ingin memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya rasional, tetapi juga memberi dampak yang positif pada perasaan semua orang yang terlibat. Bagi tipe Feeling, drama dalam kehidupan bukan hanya soal mencari solusi, tetapi juga menjaga agar perasaan tetap utuh dan harmonis. Ini sering kali membuat mereka lebih berhati-hati dalam bertindak, agar tidak ada pihak yang merasa terluka.

4. MBTI Thinking akan fokus pada tujuan dan hasil, sementara MBTI Feeling fokus pada proses dan perasaan selama perjalanan

Ilustrasi dua orang wanita sedang mengobrol
Ilustrasi dua orang wanita sedang mengobrol (Pexel.com/Tima Miroshnichenko)

Tipe Thinking selalu berorientasi pada tujuan akhir. Dalam menghadapi drama atau tantangan hidup, mereka akan berfokus pada hasil yang ingin dicapai. Mereka cenderung memprioritaskan efisiensi, dan kadang bisa terkesan kurang memperhatikan proses atau perjalanan yang ada. Tujuan mereka adalah menyelesaikan masalah dengan cara yang paling cepat dan efektif, tanpa terlalu terikat pada perasaan yang muncul selama proses itu.

Di sisi lain, tipe Feeling lebih menikmati perjalanan. Bagi mereka, proses menghadapi masalah dan bagaimana perasaan mereka dan orang lain selama perjalanan itu lebih penting daripada tujuan akhirnya. Mereka ingin memastikan bahwa semua pihak merasa dihargai dan bahwa emosi yang terlibat dipahami dengan baik. Hal ini sering membuat mereka lebih sabar dalam menghadapi masalah, meskipun solusi yang dicapai mungkin memakan waktu lebih lama.

5. MBTI Thinking cenderung menarik diri, sementara MBTI Feeling justru lebih terbuka dalam menyampaikan perasaan

Ilustrasi dua orang pria
Ilustrasi dua orang pria (Pexels.com/William Fortunato)

Tipe Thinking sering kali menarik diri saat merasa tertekan atau dihadapkan dengan drama. Mereka lebih suka menganalisis situasi sendirian dan membuat keputusan tanpa campur tangan emosi. Ini bisa membuat mereka terlihat tertutup atau bahkan dingin di mata orang lain. Namun, bagi mereka, itu adalah cara terbaik untuk menjaga ketenangan dan menghindari konflik yang lebih besar.

Berbeda dengan tipe Feeling, yang lebih terbuka dalam mengekspresikan perasaan mereka. Ketika menghadapi drama, mereka cenderung tidak segan untuk berbicara tentang bagaimana perasaan mereka, karena bagi mereka itu adalah bagian penting dari proses penyelesaian masalah. Tipe Feeling percaya bahwa dengan berbagi perasaan, mereka dapat menciptakan kedekatan emosional dan memperkuat hubungan yang ada.

Meskipun tipe Thinking dan Feeling tampak berbeda dalam cara mereka menghadapi drama kehidupan, sebenarnya keduanya saling melengkapi. Kita bisa belajar banyak dari kedua pendekatan ini—bagaimana rasionalitas bisa membantu kita tetap tenang dan fokus, sementara empati dapat membuat kita lebih peka terhadap perasaan orang lain. Yang terpenting, kita gak perlu memilih salah satunya, melainkan bisa menyeimbangkan keduanya sesuai situasi. Karena dalam hidup, yang terpenting bukan hanya bagaimana kita memecahkan masalah, tetapi bagaimana kita melakukannya dengan hati yang terbuka dan kepala yang jernih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Pendidikan Bisnis Belajar Apa? Ini Tujuan dan Mata Kuliahnya!

23 Sep 2025, 17:45 WIBLife