Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Gustavo Fring)

Manusia hanya bisa berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Kamu pasti sudah sering mendengar kalimat tersebut. Artinya, salah satu tugasmu dalam hidup memang membuat rencana.

Rencana hidup penting untuk mengarahkan semua yang kamu lakukan hari demi hari ke satu tujuan. Sama seperti bila hendak bepergian, tanpa rencana kamu tak tahu kapan mau ke mana dan buat apa. Namun, berapa banyak rencana yang perlu dimiliki dalam hidup?

Apakah membuat sebanyak mungkin rencana akan lebih baik buatmu? Bagaimana, jika kamu justru gak menerapkan kebiasaan orang lain yang bikin plan A, B, dan seterusnya? Berikut lima plus minus yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk cepat-cepat menyusun rencana cadangan atau tidak.

1. Rencana disusun dengan baik dan dasar optimismenya jelas

ilustrasi pria berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hanya karena gak punya banyak rencana dalam hidup, bukan artinya kamu tidak serius dalam menjalaninya. Kamu tetap memiliki banyak harapan seperti orang lain. Malah dengan membuat satu rencana dulu, kamu akan menyusunnya dengan sebaik mungkin.

Kamu terhindar dari memiliki terlalu banyak ide, tetapi asal-asalan dalam detail rencana. Kamu memperhatikan setiap langkah yang hendak diambil sehingga nanti menjalankannya lebih mudah. Dasar dalam penetapan rencana tersebut juga jelas, bukan sekadar optimisme yang terbawa emosi.

Pertimbangan meliputi hal-hal yang bisa diikuti dengan akal sehat. Tentu kamu tidak mengesampingkan tentang kata hati, tapi juga sadar bahwa terlalu yakin dengan perasaan saja bisa menyesatkan. Kalau optimismemu dapat dipertanggungjawabkan melalui hasil berpikir yang logis, rencana menjadi makin matang dan diharapkan tepat sasaran.

2. Fokus pada satu rencana lebih mungkin berhasil

ilustrasi pria bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Makin banyak rencana yang dibuat, makin bercabang-cabang juga pikiranmu. Terkadang kamu baru mencoba menempuh rencana pertama, tetapi pikiran sebetulnya telah beranjak ke rencana kedua dan seterusnya. Ini dapat sangat menurunkan keseriusanmu dalam menjalankan rencana pertama.

Hasilnya bisa diramalkan, yaitu rencana satu gagal dilaksanakan. Kemudian kamu cepat-cepat beralih ke rencana berikutnya, tetapi lagi-lagi pikiran sudah separuh ada di plan C dan yang lain. Kejadian serupa pun terulang sehingga sebanyak apa pun rencana yang dibuat, sejumlah itu pula kegagalanmu.

Berbeda dengan ketika kamu mampu mencurahkan segenap energi untuk berkonsentrasi pada satu rencana saja. Kamu tipe orang yang tekun dan gigih sehingga satu rencana bisa dijalankan dengan baik dan memperoleh hasil yang diharapkan. Kamu tidak membuang-buang energi buat melompat-lompat dari satu rencana ke rencana yang lain.

3. Kaget saat rencana itu gak berjalan dengan baik

ilustrasi ekspresi kaget dan stres (pexels.com/Monstera Production)

Masalahnya, optimisme yang begitu tinggi akan satu rencana juga berpotensi membuatmu syok, ketika kenyataan berkata berbeda. Sekalipun rencana sudah berusaha disusun sebaik mungkin dan ketaatanmu dalam mengikutinya juga telah maksimal, masih ada kemungkinan gagal total. Kembali ke pembuka artikel, manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan.

Kondisi tidak siap akan rencana yang berantakan ini dapat sangat berbahaya buat mentalmu. Selagi orang dengan banyak cadangan rencana lincah berpindah ke next plan, kamu malah terpuruk. Kamu merasa gak punya harapan lagi seolah-olah kegagalan ini adalah jalan buntu.

Rasa putus asa ini bisa hanya bersifat sementara, tetapi dapat pula selamanya kalau kamu tidak segera memperoleh pencerahan atau bantuan dari orang lain untuk menuntun. Padahal jika dilogika, usiamu yang masih muda saat rencana hidup berantakan merupakan tanda dari ada begitu banyak hal lain yang bisa dilakukan. Namun, gara-gara kamu hanya berpegang pada satu rencana, hal-hal lain itu menjadi gak terlihat.

4. Butuh waktu cukup lama untuk merencanakan hal baru

ilustrasi pria berpikir (pexels.com/MART PRODUCTION)

Katakanlah kamu berhasil merasa lebih tenang selepas kekagetan hebat seperti dalam poin ketiga. Jangan kira kamu dapat segera menentukan rencana selanjutnya. Kamu telah bertahun-tahun setia pada satu rencana, sehingga untuk membuat rencana baru seperti kembali ke titik nol.

Pikiran terasa sekosong dulu, sebelum melangkah sampai sejauh ini. Beban mentalmu masih ditambah dengan ketakutan kalau-kalau rencana berikutnya juga bakal berakhir sama. Rencana pertama yang dibikin dengan sebaik mungkin dan memiliki dasar optimisme yang jelas saja ternyata gak berjalan, apalagi rencana baru nanti.

Setiap waktu yang dihabiskan untuk memikirkan rencana baru cenderung merugikan. Tak sedikit peluang emas terlewat begitu saja cuma lantaran kamu masih dalam tahap berpikir sehingga kurang memperhatikan dunia luar. Jika hidup dipandang sebagai persaingan, lawan-lawanmu yang punya stok rencana sudah memelesat di depan.

5. Rencana baru sangat sesuai dengan situasi terkini

ilustrasi pria bekerja (pexels.com/Ofspace LLC)

Kamu boleh jadi tertinggal dari orang lain karena mesti berpikir panjang guna membuat rencana yang baru. Akan tetapi, ini juga bukan akhir dari segalanya, kok. Masih ada keuntungan dari bikin rencana baru setelah rencana pertama fix gagal, yaitu kamu membuatnya berdasarkan kondisi terkini.

Bayangkan apabila plan B sudah dibuat berbarengan dengan plan A yang berarti bertahun-tahun lalu. Asumsi yang dipakai ketika itu boleh jadi telah tak relevan lagi dengan keadaan sekarang. Namun, kamu merasa sayang bila tidak mencobanya karena saat itu rencana tersebut juga dibuat dengan berpikir.

Kemungkinan besar rencana B berakhir sama dengan rencana A. Maknanya, kamu membuang-buang waktu dan energi buat mencoba gagasan usang. Sementara itu, rencana kedua yang dibuat baru-baru ini lebih tepat situasi dan masih ditambah dengan pelajaran dari kegagalan rencana pertama, sehingga makin meningkatkan peluang berhasil.

Tiadanya kepastian dalam rencana yang dirancang dengan sebaik apa pun memang perlu diantisipasi. Kalau bukan dengan rencana lain, paling tidak dengan kesiapan mental kalau-kalau satu rencana gak berjalan mulus. Kenyataan yang berbeda dari bayanganmu sebenarnya hal yang biasa dalam hidup dan tetap bisa diatasi, selama tak buru-buru menyerah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team