5 Rekomendasi Novel di Bawah 250 Halaman yang Tawarkan POV Unik

Apakah kamu salah satu orang yang pernah bertekat membaca lebih banyak buku tiap tahunnya, tetapi selalu gagal? Sebenarnya kemageran ini bukan soal ketersediaan waktu semata, tetapi ketiadaan buku yang bisa menggelitik rasa penasaranmu. Untuk itu, kamu bisa sebenarnya memulai perburuan daftar bacaan lewat isu atau tema yang diusung penulis.
Trik kedua adalah membatasi jumlah halaman buku. Tahu betul kalau kamu masih mager, ada baiknya menghindari buku-buku tebal yang butuh komitmen tinggi. Sebaliknya, buku di bawah 250 halaman bisa jadi solusi terbaik. Jangan pesimis dulu, belakangan novel pendek seperti ini ternyata laris dan kualitasnya pun bisa bersaing dengan buku-buku tebal yang dicap legendaris. Tak percaya, coba 5 novel di bawah 250 halaman yang tawarkan point of view (POV) unik berikut. Mari coba pakai sepatu orang lain hari ini.
1. Headshot adalah tipe buku dengan POV beragam

Headshot adalah novel olahraga yang ditulis Rita Bullwinkel dengan beberapa perspektif sekaligus. Novel mengikuti sudut pandang delapan atlet tinju remaja perempuan dengan masalah dan tantangan berbeda. Balada delapan atlet itu diceritakan dalam bab terpisah dengan intrikasi yang beragam pula. Ada yang terpaksa memenuhi ambisi keluarga, terjerat tragedi, bertekat untuk menang dengan segala risiko, dan lain sebagainya.
2. Bride and Groom adalah kisah fiktif dengan latar belakang kultural yang kental

Ingin meneropong lebih saksama kehidupan di Rusia yang tak melulu soal Moskow dan kota-kota besarnya? Coba comot novel Bride and Groom karya Alisa Ganieva yang ditulis dari perspektif dua orang berusia 20-an asal Dagestan. Setelah merantau di Moskow, mereka memilih untuk pulang dan mencoba untuk memeluk kembali identitas lokal yang selama ini secara tak langsung mereka sembunyikan atau lupakan. Kocak dan kontemplatif, ini novel ideal untuk penggemar genre satire.
3. Fire Exit meneropong tradisi warga pribumi Amerika Serikat

Fire Exit karya Morgan Talty ditulis dari perspektif seorang pria bernama Charles yang hidup di kawasan reservasi karena etnisitas ayah tirinya. Selama bertahun-tahun, ia hanya bisa melihat dan mengawasi putrinya dari kejauhan karena si ibu alias mantan pacarnya, ingin putri mereka dapat pengakuan resmi di reservasi tersebut. Ini dilakukannya dengan menyembunyikan fakta bahwa sang putri punya keturunan nonpribumi dari Charles.
4. My Sister, The Serial Killer

Berkelanalah ke Nigeria bersama novel di bawah 250 halaman karya Oyinkan Braithwaite satu ini. Ia akan mengajakmu mengikuti kisah Korede yang pada suatu malam dapat telepon dari adik perempuannya. Malam itu, sang adik melakukan pembunuhan dan butuh Korede untuk membantunya menyembunyikan jenazah korban. Dari situ, Korede baru tahu kalau jenazah ini bukan korban pertama sang adik. Menggunakan pendekatan female rage untuk mengkritik maraknya misogini dan kekerasan terhadap perempuan di Afrika, My Sister, The Serial Killer bisa jadi bacaan berbobot yang menghibur.
5. Whale Fall, novel coming of age berlatar pulau fiktif di Wales

Berlatar sebuah pulau fiktif di Wales, novel di bawah 250 halaman karya Elizabeth O'Connor ini akan membawamu menyelami kehidupan remaja bernama Manod pada 1930-an. Tak seperti keluarganya, Manod mendambakan kebebasan hakiki yang memungkinkannya keluar dari pulau itu dan menjelajah. Sampai akhirnya, sebuah fenomena alam terjadi dan memikat para pendatang ke pulau tersebut. Manod mulai mengenal orang-orang baru yang membuatnya melihat dunia dengan perspektif berbeda.
Jumlah halaman tidak menentukan kualitas buku. Semua sebenarnya bergantung kepada selera. Buktinya, novel top Jepang kebanyakan berformat novela dengan jumlah halaman bahkan kurang dari 200. Masih ragu buat baca novel pendek? Sebaliknya, jadikan motivasi buat membaca lebih sering, ya!