Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang panik (pexels.com/Vitaly Gariev)

Intinya sih...

  • Rasa deg-degan normal saat menghadapi situasi sulit dan menegangkan
  • Deg-degan harus dinormalisasi sebagai reaksi alami, bukan dianggap tak wajar
  • Biasakan diri beradaptasi dengan kesulitan untuk mengurangi rasa deg-degan

Siapa sih yang enggak deg-degan saat melewati hal baru yang terasa sulit dan menegangkan? Pasti terasa berat dan menakutkan untuk dihadapi, ya. Tentunya, wajar saja jika di dalam lubuk hatimu terasa deg-degan saat akan menjalani suatu hal yang punya dampak besar di hidupmu. 

Nah, untuk membantu mengatasi rasa deg-degan di situasi dan kondisi yang terasa menyulitkanmu, belajarlah untuk mengelola emosi yang ada di dalamnya. Bagaimana caranya? Langsung simak sederet tips realistis untuk bisa beradaptasi hingga berdampingan dengan rasa deg-degan berikut ini. 

1. Tak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalisir

ilustrasi orang panik (pexels.com/Resume Genius)

Sadar atau tidak, ada beberapa hal yang bersifat spontan dan alamiah yang kehadirannya tidak bisa diprediksi, terlebih dikendalikan. Contoh mudahnya, saat kamu sedang jatuh cinta dengan seseorang, jelas rasa suka itu muncul dengan sendirinya bukan? Tanpa memandang siapa targetnya, bahkan sosok orang yang salah sekalipun.

Begitu pula dengan perasaan deg-degan yang otomatis muncul saat kamu menghadapi situasi yang menyulitkanmu. Mau bagaimana pun, tak akan bisa kamu hindari, hilangkan, pun kontrol kehadirannya. Apalagi, jika situasi dan kondisi yang menegangkan itu baru pertama kali kamu alami.

Jelas saja, kamu auto dibikin deg-degan takut enggak karuan padahal belum tentu terjadi apa-apa. It's okay, semua itu wajar terjadi, kamu hanya perlu menarik napas dalam-dalam untuk meminimalisir makin kencangnya rasa deg-degan. Lalu, tak ada pilihan lain selain menghadapinya. Dengan dihadapi, akan ada masa hal yang menyulitkanmu itu akan berlalu. Selayaknya hari Senin yang pasti berganti Selasa, sepakat?

2. Normalisasi deg-degan di saat menghadapi situasi sulit, it's okay!

ilustrasi orang panik (pexels.com/Yan Krukau)

Tanpa kamu sadari di dunia ini ada banyak hal tidak normal yang berusaha mendapatkan normalisasi untuk dilakukan. Sebaliknya, ada banyak hal normal juga yang justru dianggap tak wajar. Mulai dari tak boleh terjadi, buruk, harus dihindari, pun harus menemukan solusinya sesegera mungkin seolah tengah menghadapi hal yang tidak normal.

Salah satunya, yakni merasa deg-degan di saat menghadapi situasi yang sulit. Hal ini menjadi contoh hal normal yang jarang dinormalisasi untuk terjadi. Yakni, inginnya tak perlu deg-degan, harus optimis, yakin, dan percaya diri.

Padahal, deg-degan bukan hal yang salah, lho. Semua rasa akan emosional itu wajar, selayaknya reaksi tangisan atas hal duka yang terjadi dan dirasakan. Jadi, mulai sekarang tanamkan dalam benakmu untuk menormalisasi rasa deg-degan di situasi dan kondisi yang menegangkan, ya. 

3. Bisa hilang saat sudah terbiasa hadapi situasi dan kondisinya

ilustrasi orang sibuk (pixabay.com/mickey970)

Pernahkah kamu mendengar istilah bisa karena terbiasa? Hukum ini juga berlaku dalam menghadapi rasa deg-degan di situasi sulit, lho. Bagaimana caranya? Yakni, kamu tinggal habiskan saja jatah deg-degan yang kamu rasakan. 

Cobalah perlahan tapi pasti untuk belajar beradaptasi dengan hal yang menyulitkanmu. Pada mulanya, pasti akan terasa susah dan berat, wajar saja karena kamu belum terbiasa menghadapinya.

Nantinya, saat sudah terbiasa dengan kesulitan pun semenegangkan apa pun itu, rasanya akan lebih biasa saja. Akan ada masanya kamu tak ada deg-degan menghadapi hal yang serupa. Ya, karena sudah terbiasa, akhirnya bisa karena terbiasa, pun bisa itu karena kamu sudah punya pengalaman dan kemampuan meng-handle emosi di situasi sulit terkait. 

4. Boleh deg-degan, tapi tetap harus mengusahakan tenang

ilustrasi orang panik (pexels.com/Kaboompics.com)

Coba pikir dan bayangkan, misalnya saja kamu sudah tahu bahwa akan game over, kalah saat menghadapi suatu hal. Lalu, bandingkan antara dihadapi dengan mengusahakan tenang versus overthinking gak karuan. Mau berakhir dengan tenang dan penuh kedamaian atau tetap tegang hingga akhir? Renungkan. 

Sama halnya dengan deg-degan di situasi sulit, terlebih kamu belum tahu akhirnya akan seperti apa. Dengan mengusahakan tenang, kamu bisa berpikiran jernih, meskipun belum bisa menghilangkan esensi dari deg-degan itu sendiri. Sebaliknya, dengan memelihara rasa panik, sudah jelas kamu akan semakin berantakan di momen yang kamu hadapi. 

Deg-degan itu normal, reaksimu yang panik berlebihan itu tak normal karena bisa kamu dikontrol. Jangan sampai kepanikanmu itu makin menambah bebanmu hingga berpelukan melahirkan aneka kerugian yang tak mampu kamu hadapi dampak dan risikonya. 

5. Membuat persiapan matang untuk meminimalisir dampak dari grogi saat deg-degan

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Ibarat akan berperang, tentu kamu tak boleh hadir dengan tangan kosong saat ke medan perang, sama saja dengan bunuh diri, ya. Begitu pula saat arena perang itu salah satunya ialah rasa deg-degan yang kamu hadapi. Maka, kamu perlu punya senjata untuk meminimalisir hingga melawan dampak negatif yang timbul karena rasa grogimu itu. 

Misalnya saja kamu tipe orang yang gugup saat bicara di depan banyak orang. Maka artinya, banyak-banyaklah latihan di depan cermin supaya bisa memiliki artikulasi yang lancar saat berbicara. Hal tersebut bisa meminimalisir kamu jadi salah bicara yang bikin jadi makin panik, tegang, merasa bersalah, malu, bahkan merugikan pihak lain yang harus kamu tanggung akibatnya. 

Pada akhirnya, hanya kamu yang paham bagaimana mengendalikan dirimu sendiri, termasuk rasa deg-degan di lubuk hatimu. Jadi, kenali dirimu sendiri sebelum mengaplikasikan berbagai tips realistis di atas. Jangan lupa sesuaikan juga dengan situasi dan kondisi yang kamu hadapi, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team