6 Alasan Gak Mengatakan Kudet saat Seseorang Enggan Mengikuti Tren

Di kalangan milenial dan generasi z, tren menjadi simbol kebanggaan. Mereka berusaha mengikutinya dengan berbagai cara. Walaupun mengorbankan kestabilan finansial, sekaligus mengorbankan prinsip dan pendirian yang dianut. Tidak mampu mengikuti tren dianggap kudet.
Pandangan hidup seperti ini harus dibenahi. Boleh saja mengikuti tren yang dianggap keren. Namun, bukan berarti menganggap kudet saat ada individu yang memilih tidak mengikuti tren. Ada enam alasan yang harus direnungkan, mengapa kamu tak boleh mengatakan kudet pada mereka yang enggan mengikuti tren. Semoga bisa memperbaiki sudut pandangmu jadi lebih bijaksana.
1. Tren bukan simbol kebahagiaan dalam jangka panjang

Tidak sedikit generasi muda yang terjerumus tren. Mereka berusaha mengikuti dengan berbagai cara. Saat dirinya tidak bisa mengikuti tren yang dianggap booming, langsung menyematkan sebutan kudet. Padahal ini sudut pandang yang keliru sehingga wajib dibenahi.
Kamu tidak pantas menyematkan sebutan kudet kepada orang yang tidak mengikuti tren. Karena keberadaan tren bukan simbol kebahagiaan dalam jangka panjang. Jika diamati, sebuah tren akan berlalu dengan cepat. Kemudian digantikan oleh hal baru yang dianggap lebih menarik.
2. Setiap orang unik dengan cara masing-masing

Tidak dapat dimungkiri jika keberadaan tren menjadi salah satu simbol kebanggaan. Ada perasaan puas jika kamu bisa mengikuti suatu hal yang dianggap keren. Sebaliknya, menganggap diri kurang update jika tidak bisa mengikuti tren yang sedang booming.
Tidak pantas bagi kamu mengatakan kudet terhadap mereka yang tidak mengikuti tren. Tentunya didasari alasan logis. Setiap orang unik dengan cara masing-masing tanpa harus terpaku pada tren. Percuma saja mengikuti suatu hal yang dianggap keren, tapi tidak mengetahui bakat dan minatnya secara jelas
3. Tiap orang memiliki standar keindahan tersendiri

Standar keindahan adalah hal yang bersifat abstrak. Definisi keindahan antara satu orang dengan yang lainnya pasti berbeda. Suatu hal yang bagi orang lain terlihat mengagumkan, bagi individu lainnya terlihat biasa saja. Fenomena seperti ini marak terjadi di lingkungan sekitar.
Realita tersebut menyadarkanmu, agar tidak mudah mengatakan kudet kepada mereka yang tidak mengikuti tren. Bukan karena tidak sanggup memenuhi standar sosial. Namun, bagi mereka keberadaan tren terlihat kurang menarik. Untuk apa mengikuti tren jika diri sendiri tidak mendapatkan kenyamanan.
4. Tren bukan tujuan akhir

Tiap hari kita disuguhi beragam tren. Mulai dari segi fashion, tren yang menyangkut benda elektronik keluaran terbaru, atau tren tentang perilaku yang dianggap keren. Masyarakat sekitar berlomba-lomba mengikuti tren agar tidak dianggap kudet.
Sudut pandang demikian harus cepat diperbaiki. Bukan suatu kesalahan jika kamu tidak bisa mengikuti tren. Sebutan kudet terkesan kurang ramah di telinga. Padahal tren bukan merupakan tujuan akhir. Namun, hanya standar yang tidak pernah ada ujungnya. Satu tren dalam waktu singkat akan terlupa, lalu tergantikan tren lain yang dianggap lebih menarik.
5. Tren tidak menyangkut aspek penting dalam hidup

Sebagian besar milenial dan generasi z terbuai tren sesaat. Segala macam cara dilakukan agar bisa dianggap keren oleh lingkungan sekitar. Walaupun keberadaan tren bertentangan dengan prinsip dan pendirian yang dianut.
Ada hal penting yang harus kamu ketahui, tidak mengikuti tren bukan berarti kudet. Sebab, tren sama sekali tidak menyangkut aspek penting dalam hidup. Jika tidak terpenuhi, kehidupan tetap berjalan seperti biasanya. Tidak akan ada kendala berarti yang mengganggu keberlangsungan hidup.
6. Menyematkan kata kudet bisa membuat orang salah mengenali prioritas

Kehidupan harus ditata dengan cermat dan tepat, terutama menyangkut prioritas. Dahulukan satu hal yang benar-benar penting dan mendesak. Bukan malah memprioritaskan suatu hal yang di luar kepentingan. Namun yang terjadi kamu justru terpaku pada tren.
Fenomena ini memiliki keterkaitan dengan tren yang dianggap keren. Menyematkan kata kudet membuat seseorang salah mengenali prioritas. Demi tren sesaat, ia mengorbankan suatu hal yang dianggap penting. Padahal salah mengenali prioritas membuat hidup makin kacau.
Sudah saatnya kamu memperbaiki sudut pandang tentang tren. Karena tidak mengikutinya bukan berarti kudet. Ingat, jika tren bukan simbol kebahagiaan jangka panjang. Juga tidak menyangkut tujuan akhir dalam hidup. Rasa bangga terhadap tren hanya berlangsung sesaat, kemudian tergantikan tren lain yang dianggap lebih menarik.