Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Orang Sedih saat Hewan Peliharaannya Mati, Jangan Sebut Lebay

ilustrasi kesedihan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi kesedihan (pexels.com/cottonbro studio)

Pernahkah kamu terheran-heran dengan teman yang bersedih sekali saat hewan peliharaannya mati? Kamu yang gak memelihara binatang merasa kesedihannya berlebihan. Hewan yang mati saja sampai ditangisi dan bikin suasana hati pemiliknya memburuk berhari-hari.

Meski aneh buatmu, jangan sampai dirimu keceplosan menyebutnya lebay. Bukan dia yang berlebihan dalam bersedih, melainkan kamulah yang kurang berempati. Jangan lagi hanya memandang binatang seperti benda mati yang kalau rusak tinggal dibuang dan beli baru.

Sesama makhluk hidup akan membentuk ikatan emosional yang kuat setelah setiap hari bersama. Kematian binatang peliharaan menimbulkan kesedihan bagi pemiliknya karena jika dia tidak sayang tentu tak akan memeliharanya. Baca penjelasan di bawah ini agar kamu memahami kesedihan teman ketika hewan peliharaannya mati.

1. Sudah seperti anggota keluarga

ilustrasi memberi makan (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)
ilustrasi memberi makan (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Buat orang yang memiliki hewan peliharaan di rumah, anggota keluarga bukan cuma sesama manusia. Binatang itu juga termasuk anggota keluarganya. Mereka bernaung di rumah yang sama dan makan dari satu sumber penghasilan.

Pemiliknya bahkan sering kali harus memberinya makanan dulu sebelum ia sendiri bersantap. Kalau dia bepergian ke mana saja, pasti ia gak cuma memikirkan oleh-oleh buat orang di rumah melainkan juga untuk binatang peliharaannya. Kalau dia dan saudara-saudaranya akan pergi, nasib binatang peliharaan yang menjadi perhatian utama.

Kematiannya tentu menjadi pukulan yang kuat. Dia tidak bisa lagi melihat hewan kesayangannya di dalam kandang atau berjalan-jalan di sekitar rumah. Tak ada lagi sosoknya yang sudah gak sabar minta diberi makanan.

2. Binatang punya karakter masing-masing

ilustrasi seekor kucing (pexels.com/Cats Coming)
ilustrasi seekor kucing (pexels.com/Cats Coming)

Kalau kamu pernah memelihara beberapa binatang, dirimu akan tahu bahwa mereka mirip dengan manusia. Meski sama-sama kucing misalnya, setiapnya memiliki karakter masing-masing. Ada kucing yang sangat manja dan ingin terus dielus-elus oleh pemiliknya.

Ada juga kucing yang malah mencakar setiap dipegang. Ada pula kucing yang suka tidur di atas buku seolah-oleh menemani pemiliknya belajar dan bekerja. Tak sedikit hewan peliharaan yang langsung berlari menyambut tuannya pulang.

Keunikan karakter itulah yang membuat orang merasa kehilangan. Bahkan cakaran yang menyakitkan pun bisa bikin pemiliknya kangen. Tak ada hewan peliharaan yang gak berkesan bagi pemiliknya.

3. Teman yang setia

ilustrasi hewan peliharaan (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi hewan peliharaan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Bedanya teman sesama manusia dengan kawan berupa binatang peliharaan adalah kepatuhannya. Teman sesama manusia sedekat apa pun pasti punya keinginan dan keperluan sendiri-sendiri. Sedekat apa pun pertemanan gak akan membuat mereka selalu bersama.

Sementara itu, hewan peliharaan yang sudah sangat bergantung pada pemiliknya benar-benar akan menurut. Ke mana saja pemiliknya berjalan, ia pasti ingin mengikuti. Ketika tuannya mandi saja, ia menunggu di depan pintu sampai selesai.

Binatang tidak meninggalkan orang yang selalu merawatnya. Ia senantiasa ada di rumah untuk menunggu pemiliknya pulang. Meski ia tidak mengerti permasalahan manusia, kesetiaannya di dekat pemiliknya membuat orang merasa nyaman dan tak kesepian.

4. Merasa bersalah kalau-kalau lalai dalam menjaga

ilustrasi kucing mati (pexels.com/Karine A)
ilustrasi kucing mati (pexels.com/Karine A)

Sudah semestinya orang merasa punya tanggung jawab yang besar atas keselamatan dan kesejahteraan hewan yang dirawatnya. Jangan justru bersikap masa bodoh dan membuat hidup binatang itu telantar di dalam rumahnya. Namun, besarnya rasa tanggung jawab kerap membuat pemiliknya merasa bersalah ketika hewan peliharaannya mati.

Walaupun dia sudah melakukan semua yang terbaik untuk binatang itu, tetap ada rasa cemas kalau-kalau ia melalaikan sesuatu. Misalnya, hewan peliharaannya mati tertabrak kendaraan yang melintas. Pemiliknya jadi khawatir kalau-kalau tadi ia tidak menutup pagar dengan benar.

Padahal, hewan seperti kucing dapat melompat atau melewati celah-celah pagar yang cukup lebar. Rasa bersalah itu membuat temanmu sibuk mencari awal mula nasib buruk menimpa binatang peliharaannya. Lebih dari sebatas rasa kehilangan, dia juga menangis karena menyesali hal-hal yang secara tidak langsung menyebabkan kematian hewan itu.

5. Merawatnya sejak kecil

ilustrasi memelihara binatang (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi memelihara binatang (pexels.com/Kampus Production)

Merawat binatang sejak kecil membutuhkan ketelatenan yang tinggi. Hewan kadang belum bisa makan sendiri dan perlu disuapi. Pemiliknya juga harus sabar mengajari binatang peliharaannya untuk membuang kotoran di tempat yang telah disediakan.

Merawat binatang sejak kecil berarti juga menjadi temannya bermain sekaligus melatihnya agar memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hingga hewan itu makin pintar dalam mengenali lingkungannya dan sifatnya menjadi lebih tenang. Melihat pertumbuhan serta perkembangannya dari tahun ke tahun meninggalkan kesan yang mendalam.

Beberapa orang bahkan merasa tumbuh bersama hewan peliharaannya. Mereka sama-sama masih kecil saat itu dan selalu bermain bersama. Akan tetapi ketika manusia baru mencapai usia dewasa; hewan sudah tergolong tua, sakit-sakitan, lalu mati.

6. Kematiannya mendadak

ilustrasi kucing mati (pexels.com/Elias Jara)
ilustrasi kucing mati (pexels.com/Elias Jara)

Semua kematian mendadak menimbulkan rasa syok bagi orang-orang terdekat. Tak terkecuali kematian binatang peliharaan. Seperti pagi hari ia masih baik-baik saja, tetapi siangnya mati karena keracunan.

Pemiliknya tentu tidak menyangka hal ini akan terjadi. Berbeda apabila binatang peliharaan sudah sakit cukup lama. Pemiliknya mungkin telah belajar mengikhlaskan seadainya hewan itu mati sewaktu-waktu daripada terus menderita.

Kematian binatang yang tiba-tiba serta di usia yang cukup muda bikin pemiliknya merasa sangat kehilangan. Ini kejutan yang tidak menyenangkan. Pastikan kamu mampu berempati dan bukan malah bikin lelucon tentang kesedihannya.

Meski orang yang memelihara binatang sudah beberapa kali menghadapi kematian seperti ini, tetap saja dia bakal bersedih ketika harus mengalaminya lagi. Apalagi kalau ia setiap hari merawatnya sendiri bahkan kerap tidur bersama. Rasa kehilangannya pasti lebih besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us