6 Penyebab Sering Salah Menilai Orang, Perkenalan Terlalu Singkat

Punya banyak teman dan suka berkenalan dengan orang baru tidak menjamin kamu gak pernah salah dalam menilai mereka. Memang menilai seseorang secara tepat bukan hal mudah mengingat kompleksitas sifat serta kehidupannya. Namun, makin sering dirimu keliru menilainya makin mungkin hubungan kalian tak berjalan dengan baik.
Apalagi kalau kesalahan dalam melakukan penilaian sampai membuatmu terjebak dalam hubungan cinta dengan orang yang bertabiat buruk. Jika kamu gak sungguh-sungguh belajar dari kesalahan ini, kelak dirimu kembali berpasangan dengan orang yang tak sebaik bayanganmu. Maka mengasah kemampuan diri dalam mengenali karakter orang lain amat penting.
Renungkan setiap kesalahanmu dalam mengenali sifat serta kehidupan asli siapa pun. Ke depan hal seperti ini jangan sampai terulang lagi. Sesungguhnya, perkenalan memang sebuah proses panjang dan bukan sekadar saling berjabat tangan serta tahu nama. Hindari enam sikap berikut yang bikin orang baik dapat terlihat jahat di matamu atau sebaliknya.
1. Hanya melihat penampilan luarnya

Penampilan luar seseorang memang langsung tampak. Berbeda dengan karakter diri yang baru dapat diketahui sedikit demi sedikit setelah kalian bertahun-tahun saling berinteraksi. Penampilan luar juga bisa menggambarkan sifat seseorang, tetapi tidak seluruhnya. Hanya sedikit watak dan kehidupan asli seseorang yang dapat dilihat dari penampilannya.
Sebab penampilan luar mudah diubah baik oleh orang itu sendiri maupun arahan dari orang-orang di sekitarnya demi suatu tujuan. Sebagai contoh, orang yang ketika bekerja tampak rapi sekali. Belum tentu di rumah pun ia serapi itu. Bukannya trendi dan wangi, di rumah malah boleh jadi dia paling malas mandi dan berganti pakaian.
Dia tampil necis semata-mata karena tuntutan pekerjaan. Begitu pula orang dapat terlihat kaya hanya karena sering membawa mobil yang bagus. Padahal, kamu juga gak tahu siapa pemilik asli mobil tersebut. Mending jika ia membayar sewa atas kendaraan itu. Akan tetapi, bisa pula itu hanya mobil pinjaman tanpa ongkos sewa sepeser pun.
2. Terlalu termakan omongannya yang entah benar atau tidak

Mengobrol menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk lebih mengenal seseorang. Akan tetapi, hindari sikap terlalu mudah percaya pada orang yang baru dikenal. Makin banyak ucapannya justru makin besar PR-mu buat memeriksa lagi kemungkinan benar atau salahnya. Bahkan bila dia berkata dengan menggebu-gebu, belum tentu semua itu benar.
Justru tak jarang orang yang berbicara sangat meyakinkan tengah menyembunyikan motivasinya yang asli. Dengarkan saja semuanya sambil tetap menjaga netralitasmu. Tempatkan dirimu di posisi 50:50. Artinya, 50% kamu memercayai ucapannya dan 50% persen lagi untuk kemungkinan semua itu bohong belaka.
Seiring kedekatan kalian nanti, dirimu boleh saja makin memercayainya. Akan tetapi, tidak perlu sampai 100% karena kedekatan hubungan juga dapat dimanfaatkan orang buat memperdayamu. Dengan orang terdekatmu sekalipun, sisakan 10%-20%dari rasa percayamu padanya untuk kewaspadaan.
3. Percaya berlebihan atau mengabaikan informasi tentangnya

Ikut bergunjing jelas bukan tindakan yang baik. Akan tetapi, mengabaikan sepenuhnya informasi yang beredar di sekitarmu tentang seseorang juga bukan tindakan yang bijaksana. Ada kalanya sekelompok orang hanya ingin menjelek-jelekkan seseorang yang tidak mereka sukai.
Namun, ada saatnya pula apa yang dibicarakan oleh banyak orang benar adanya. Lihat kembali apa dan siapa yang mengatakan suatu informasi. Kalau sumbernya tepercaya, kamu tidak boleh mengabaikannya. Walau tentu dirimu juga mesti tetap berhati-hati dalam mencerna seluruh informasi tersebut.
Berbagai informasi ini hanya bersifat tambahan untuk pertimbanganmu dalam menilai seseorang. Bagian terpentingnya tetap pengalamanmu sendiri ketika berinteraksi dengannya. Meski tidak mudah, lindungi dirimu dari bias penilaian karena telanjur mendengarkan berbagai informasi tersebut.
Hasil interaksi kalian nanti baru dicocokkan dengan beragam informasi yang pernah kamu dengar mengenai dirinya. Jangan dibalik, kamu yaitu mencocok-cocokkan informasi dengan apa yang terlihat dari seseorang. Sebab hasilnya akan cenderung membenarkan informasi yang pertama dicocokkan. Ini lantaran kamu bakal mencari bukti yang mendukung informasi tersebut, bukan melawannya untuk menguji kebenarannya.
4. Tidak lengkap mengenal seseorang di dunia nyata dan maya

Melengkapi perkenalanmu dengan seseorang di dunia nyata dan maya memungkinkanmu buat tahu lebih banyak. Meski interaksi di dunia nyata kerap disebut lebih penting ketimbang melalui medsos, sisi lain seseorang boleh jadi gak keluar sepenuhnya. Sebagai contoh, seseorang tampak pendiam dan pemalu dalam interaksi sehari-hari.
Namun, di medsos ternyata dia sering menulis status yang panjang tentang berbagai hal. Dia dapat terlihat begitu berbeda dari sosok yang selama ini kamu kenal. Ia mungkin kritis dalam mengupas suatu isu, suka mengeluh, atau sering menuliskan kata-kata yang kasar.
Demikian pula jangan merasa sudah mengenal seluruh sifat seseorang apabila kamu belum pernah berinteraksi langsung dengannya di dunia nyata. Tanpa nama dan foto asli di media sosial, orang merasa bebas mencitrakan dirinya. Bahkan akun dengan identitas jelas pun dapat menggambarkan sisi lain dari dirinya yang tidak keluar dalam interaksi kalian di dunia nyata.
5. Terlampau berekspektasi tentangnya

Harapanmu yang terlampau muluk tentang seseorang berpotensi mengecewakan diri. Sebagai contoh, kamu berekspektasi seseorang baik sekali. Di awal perkenalan memang kelihatannya seperti itu karena ia ramah dan penuh perhatian. Namun, setelah beberapa waktu berkenalan, dia makin terlihat tidak sebaik yang kamu kira.
Keramahannya yang berkurang sebenarnya tak lebih dari tanda bahwa ia telah tambah nyaman denganmu. Dia gak lagi menuntut dirinya untuk seramah mungkin padamu. Ia mulai menunjukkan emosi-emosinya secara apa adanya seperti saat bad mood. Namun, perbedaan antara ekspektasi dan apa yang kini kamu ketahui tentangnya membuatmu kecewa.
Tentu saja dirimu mesti berharap yang baik-baik dulu tentang orang lain. Ini artinya kamu berpikiran positif mengenai dirinya. Akan tetapi, imbangi dengan kesadaran bahwa apa saja dapat terjadi. Tak terkecuali, harapan-harapanmu tentangnya terpatahkan. Kenali seseorang tanpa membawa ekspektasi yang begitu tinggi daripada berujung kamu kecewa.
6. Masa perkenalan yang singkat

Dengan masa perkenalan yang singkat, siapa pun bisa terlihat baik atau jahat. Kalau kamu mengenal seseorang di minggu-minggu hidupnya sedang banyak masalah sehingga tingkat stresnya tinggi, pasti ia menjadi tampak buruk. Raut wajahnya saja sudah gak ramah. Kamu bermaksud menyapanya pun cuma dicueki.
Begitu dia bicara denganmu, perkataannya tidak mengenakkan. Gak ada yang salah dengan kata-katanya, tapi nadanya seperti lagi memarahimu. Kamu pun mengambil kesimpulan bahwa ia bukan orang yang positif bahkan termasuk toksik. Begitu pun ketika dirimu mengenal seseorang di masa-masa bahagianya saja.
Kalian baru saling mengenal, tapi kamu sudah ditraktir karena ia sedang amat gembira. Dia memperlakukanmu seperti sahabatnya. Sikapnya ramah betul seolah-olah kalian telah saling mengenal bertahun-tahun lalu. Bila setelah ini kalian tak pernah berjumpa lagi, kesanmu tentangnya akan selalu positif. Entah dengan sifat aslinya.
Agar kamu tidak salah lagi dalam menilai orang, hindari terlalu cepat menarik kesimpulan tentang dirinya. Sikapi berbagai informasi yang datang langsung darinya maupun orang lain tentang dirinya secara bijaksana. Ingat, bahwa kamu juga masih bisa salah menilai orang setelah bertahun-tahun saling mengenal, karena sifat manusia pada dasarnya dinamis alias dapat berubah.