Pandemi memang mengubah banyak hal dalam hidup. Ada yang kamu sadari betul dampaknya, seperti kebijakan kerja dan belajar dari rumah, pembatasan bepergian, kewajiban memakai masker dan jaga jarak, himbauan cuci tangan lebih sering, hingga perubahan ekonomi dari penghasilan yang berkurang dan lain sebagainya.
Namun, tidak sedikit perubahan yang tidak kamu sadari terjadi selama pandemi berlangsung. Coba cek dan resapi enam hal berikut.
Sadar atau tidak banyak dari kita yang mulai merasakan meningkatnya rasa cemas. Hal ini banyak menimpa orang dari segala usia daripada kesepian yang masih bisa diatasi dengan melakukan komunikasi daring. Namun, di negara maju pandemi memperburuk kondisi orang-orang yang sudah mengalami gejala kesepian akut yaitu penduduk usia senja yang sudah tidak tinggal dengan keluarga dan pasangannya.
Selain orang dewasa, masalah psikologi ini juga dialami anak-anak yang harus belajar di rumah. Seperti yang dibahas majalah Time , banyak anak-anak yang frustrasi karena kurang interaksi sosial serta mengalami kesulitan belajar. Sementara, tidak ada guru atau teman yang bisa membantu mereka dengan cepat dan tepat.
Pandemi ternyata membuka lebar-lebar polarisasi yang sebenarnya sudah ada di masyarakat. Orang semakin tertutup dan tidak terbuka dengan orang-orang di luar komunitasnya. Kelas-kelas mulai terbentuk dari kategori kemampuan ekonomi, perbedaan etnisitas, hingga perbedaan pandangan politik. Tidak hanya di Indonesia, hal ini terjadi hampir di seluruh dunia.
Bahkan di beberapa negara, masalah perbedaan pandangan tentang penanganan pandemi bisa dijadikan senjata untuk menjatuhkan lawan politik menjelang pemilu. Seperti yang dilaporkan Carnegie Endowment terjadi di Amerika Serikat dan Polandia.
Hal ini sering sekali terlewat dari pandangan kita, tetapi secara perlahan kontrol pemerintah semakin menguat selama pandemi. Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah memang memiliki wewenang besar untuk mengelola pandemi di negaranya. Namun, tak sedikit yang melihatnya sebagai peluang untuk memperkuat posisinya. Hal ini dipermudah dengan pergerakan yang dibatasi dan monopoli informasi. Beberapa negara bahkan sudah menerapkan pengawasan pergerakan penduduk dengan cukup ketat, seperti Tiongkok dan Rusia.
Bahkan banyak pihak mulai melirik negara-negara dengan sistem sentralistik karena terlihat mampu menangani pandemi dengan lebih baik. Sistem sentralistik memang tampak efektif karena bisa memaksa penduduk untuk patuh, tetapi banyak yang lupa bahwa sejumlah negara demokratis pun bisa berhasil karena transparansi informasi, himbauan yang konsisten, dan kontribusi sukarela penduduknya.
Dari level negara, kita beralih pada perubahan yang terjadi di level individu. Beda dengan krisis yang terjadi beberapa dekade lalu karena perang, krisis karena pandemi ternyata lebih mudah ditoleransi. Jika perang menciptakan warga miskin baru, pandemi COVID-19 hanya mengubah gaya hidup orang kelas menengah.
Sebelum pandemi, kelas menengah lebih suka membeli makanan di restoran atau kafe , olahraga di gym, dan traveling. Namun, saat punya waktu lebih banyak di rumah justru mereka punya kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, memulai bisnis yang sebelumnya tidak mereka kerjakan karena sibuk bekerja, hingga memunculkan tren-tren baru seperti memasak dari nol, bercocok tanam, yoga, bersepeda, dan lain sebagainya.
Meski punya uang dan ada restoran yang tetap buka di masa pandemi, tak sedikit orang yang memilih memasak dari nol. Makanan-makanan sehat dan comfort food jadi menu-menu favorit baru masyarakat.
Seperti yang dilansir dari The Atlantic, memasak ternyata jadi sarana mengisi waktu dan cara terapi sederhana saat bosan melanda. Tak menutup kemungkinan, pola makan yang berubah selama pandemi bisa bertahan hingga beberapa tahun ke depan.
Beruntunglah berbagai teknologi berbasis cloud computing seperti aplikasi pesan antar makanan, marketplace, antrean daring, penyimpanan cloud, konsultasi kesehatan, hingga panggilan video sudah tercipta sebelum pandemi melanda. Selama pandemi ini kita semakin tergantung dengan keberadaan mereka. Namun, tentu diiringi pula dengan komersialisasi, hingga bahaya yang mengintai seperti hacking dan kejahatan cyber lainnya.
Terlalu dini untuk bilang bahwa perubahan-perubahan di atas akan bertahan di masa depan. Namun, mereka terjadi beberapa bulan belakangan secara sadar atau tidak.