6 Sebab Seseorang Terjebak Kebiasaan Over-analyzing, Karena Cemas?

Pernahkah kamu memikirkan atau menganalisis segala sesuatu secara berlebihan? Termasuk memeriksa setiap detail kecil dari kemungkinan serta situasi. Sikap demikian ini dapat dikenal dengan sebutan over-analyzing. Mungkin tujuan kita untuk meminimalisir dampak atau risiko.
Tapi jika kebiasaan over-analyzing itu sudah berlebihan, tentu dapat menghambat langkah. Kita kebingungan mengenai opsi yang harus diambil. Terlalu banyak menganalisis juga bisa membuat kita melakukan diri sendiri. Lantas, mengapa seseorang bisa terjebak kebiasaan over-analyzing? Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Kecenderungan pada standar perfeksionis

Sikap perfeksionis pada batas yang wajar memang bisa membawa pengaruh positif. Kita menjadi orang yang termotivasi menunjukkan pencapaian terbaik. Tapi menjadi persoalan ketika standar perfeksionis terlalu berlebihan.
Ini menjadi sebab seseorang terjebak kebiasaan over-analyzing. Orang dengan kecenderungan perfeksionis sering kali merasa takut membuat kesalahan. Sehingga mereka terus-menerus menganalisis setiap kemungkinan untuk memastikan segalanya berjalan sempurna.
2. Takut gagal yang berlebihan

Risiko kegagalan pasti menyertai dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil. Ini menjadi bagian dari konsekuensi. Seharusnya kita mampu memanfaatkan risiko kegagalan untuk mempersiapkan langkah antisipasi yang tepat. Namun, bagaimana jika seseorang justru takut gagal secara berlebihan?
Hal ini pada akhirnya akan memunculkan kebiasaan over-analyzing. Seseorang menganggap yang dilakukan tidak akan pernah berhasil. Meskipun sudah menunjukkan kemampuan terbaik. Ia menghabiskan waktu untuk memikirkan ketakutan daripada mempersiapkan solusi yang tepat.
3. Rasa khawatir memperoleh penolakan

Lingkungan sekitar tentu diisi oleh orang dengan berbagai macam karakter dan pola pikir. Beberapa diantara mereka mungkin memiliki sudut pandang seperti kita. Sedangkan beberapa yang lain, ternyata memiliki perspektif yang bertolak belakang. Penolakan akan sesuatu ide atau konsep merupakan hal yang wajar.
Tapi jika tidak mampu menyikapi dengan cermat, justru kita yang akan terjebak over-analyzing. Kita mengisi waktu dengan kekhawatiran akan penolakan yang kuat. Padahal, orang sekitar belum tentu bersikap sedemikian rupa. Meskipun tidak sepemikiran, bukan tidak mungkin mereka tetap menghargai.
4. Stres dan kecemasan yang tidak terkontrol

Over-analyzing membuat seseorang membuang-buang waktu dan energi. Untuk ini menjadi kendala saat kita ingin meraih tujuan. Untuk meminimalisir situasi demikian, mari kita mencari tahu sebab seseorang terjebak kebiasaan over-analyzing.
Bisa jadi seseorang tersebut terjebak stres dan kecemasan yang tidak terkontrol. Orang yang sedang mengalami stres atau kecemasan biasanya lebih cenderung overthinking. Mereka hanya terfokus pada pikiran negatif tanpa mampu melihat situasi dengan lebih realistis.
5. Ambisi untuk mengontrol situasi

Terdapat karakter unik dari orang-orang yang memiliki kebiasaan over-analyzing. Mereka selalu memperhatikan detail secara cermat dan terperinci. Termasuk menghabiskan waktu untuk memperhatikan hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.
Ambisi untuk mengontrol situasi menjadi sebab dari keberadaan kebiasaan tersebut. Beberapa orang merasa perlu untuk mengontrol segala situasi di sekitar mereka. Akibatnya, mereka sering kali menghabiskan banyak waktu menganalisis dan memprediksi berbagai skenario.
6. Tidak memiliki keyakinan akan keputusan sendiri

Apa yang ada dalam pikiranmu saat mendengar kata over-analyzing? Mungkin teringat dengan kebiasaan seseorang yang terlalu memperhatikan detail-detail kecil. Jika dilakukan secara berlebihan, ternyata ini dapat mengganggu fokus dan konsentrasi.
Lantas, mengapa seseorang bisa terjebak kebiasaan over-analyzing? Salah satunya karena tidak memiliki keyakinan akan keputusan sendiri. Seseorang menganggap keputusan yang diambil selalu membawa dampak terburuk. Bahkan cenderung membandingkan dengan keputusan yang dibuat oleh orang lain.
Over-analyzing atau berpikir berlebihan adalah kebiasaan yang umum dan bisa terjadi pada siapa saja. Penyebabnya bisa beragam, baik dari faktor psikologis, lingkungan, hingga pola pikir. Sebab-sebab di atas turut menjadi pengingat bagi kita agar mampu mengelola sikap maupun pola pikir dengan lebih baik.