6 Tips Hadapi Kawan Lama yang Suka Flexing, Dulu Gak Begini!

Sifat teman-temanmu tentu bermacam-macam. Namun, meski kamu sudah lama mengenal seseorang bukan berarti penilaianmu terhadap sifatnya akan selalu sama. Waktu serta keadaan dapat mengubah sifat manusia tanpa orang yang bersangkutan menyadarinya.
Justru orang-orang di sekitarnya seperti dirimu yang lebih peka terhadap perubahan tersebut. Misalnya, salah satu kawan lamamu beberapa tahu terakhir berubah menjadi suka pamer kekayaan alias flexing. Awalnya, kamu sempat berpikir dia cuma gak sengaja pamer atau dirimu yang terlalu perasa dan salah menilainya.
Namun setelah berbulan-bulan perilakunya di dunia maya maupun nyata tak berubah, dirimu pun menarik kesimpulan final bahwa dia yang sekarang gak sama lagi dengan yang dulu. Tentu kamu tak dianjurkan untuk serta-merta memutuskan pertemanan kalian sekalipun kegemarannya flexing tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam hidupmu.
Sebagai ganti dari tindakan tergesa-gesa mengakhiri pertemanan, cukup lakukan enam tips berikut.
1. Memahami perubahan kondisi finansialnya

Kalau dulu kamu mengenalnya sebagai pribadi yang biasa-biasa saja dan rendah hati tetapi sekarang suka pamer, berarti ada kemungkinan pengaruh kondisi finansial yang membaik. Dahulu ia dan keluarganya hidup dalam kesederhanaan bahkan barangkali keterbatasan ekonomi. Tidak ada yang bisa dipamerkan.
Tapi dengan sekarang kondisi finansialnya jauh lebih baik, muncul dorongan untuk menunjukkan apa-apa yang dimiliki atau mampu dibayarnya. Lain dengan orang yang saat kehidupannya masih pas-pasan pun sudah suka pamer bermodalkan barang pinjaman. Temanmu yang kondisi finansialnya membaik secara cukup drastis ingin mendapatkan perhatian, pengakuan, serta kekaguman dari circle lamanya seperti kamu.
Di samping itu, memamerkan status sosial ekonominya saat ini juga diharapkan membawanya ke lingkaran pertemanan baru yang dulu tidak bisa dimasukinya. Ini tak selalu berarti ia ingin meninggalkan teman-teman lama sepertimu. Dia lebih pada ingin memperluas pertemanannya meski caranya kurang bijak. Kecuali, dia bersikap seakan-akan tidak lagi mengenalmu.
2. Mengingat sifat aslinya dulu

Kalau melihat kesukaannya pamer akhir-akhir ini, kamu memang sebal sekali. Akan tetapi, bagaimanapun juga dia masih kawanmu. Bahkan usia pertemanan kalian tidak hanya 1 atau 2 tahun melainkan bisa jadi telah lebih dari 10 tahun. Untuk mengurangi pandangan negatifmu padanya, ingat-ingat saja sosoknya yang dahulu.
Seperti dia yang gak pernah ribet soal penampilan, tidak sibuk membicarakan uang dan berbagai barang yang dimiliki, bahkan kerap membantu meningkatkan kepercayaan diri teman yang insecure. Dengan mengingat sifat aslinya dulu, dirimu akan memandangnya secara lebih menyeluruh. Walau sekarang sifatnya yang tampak dominan suka pamer, beberapa tahun yang lalu gak begitu kok.
Ini akan membuat perasaanmu padanya cenderung netral. Kamu tak lagi kesal sekali pada hobi pamernya. Kalian bahkan masih dapat berinteraksi seperti biasa sehingga hubungan baik tidak terputus sekalipun sifatnya seperti berkebalikan dengan yang dulu kamu kenal.
3. Percaya ini hanya sementara

Apa gunanya tetap menjaga pertemanan kalian dengan kamu mengingat sifat-sifat aslinya dahulu seperti dalam poin 3? Jika temanmu tidak merasa tertolak olehmu, masih ada harapan besar ia bakal kembali seperti dirinya yang dulu. Sekarang ia hanya sedang terbuai oleh nasib baik atau pengaruh pergaulan dari kawan-kawan barunya.
Tapi dengan adanya teman lama yang tidak menjauhinya, dia seakan-akan selalu dikembalikan ke akar dirinya ketika bersamamu. Untuk beberapa waktu, ia seolah-olah terbelah antara pilihan akan tetap flexing atau kembali seperti dirinya yang dulu. Meski sekarang dia dikelilingi oleh lebih banyak teman baru yang gemar pamer, kawan lama sepertimu bisa berpengaruh lebih besar.
Kamu yang tahu siapa dan bagaimana dia dahulu. Kesetiaanmu sebagai teman bakal membuatnya merasa lebih nyaman serta diterima dengan apa adanya. Sehingga tanpa flexing pun ia tidak takut gak punya kawan. Minimal masih ada kamu yang baik padanya. Maka perlahan-lahan dia kembali ke sifatnya yang dahulu karena itu pula yang sesungguhnya paling membuatnya nyaman.
4. Jangan merasa dia menghinamu

Flexing bisa disertai dengan suka menghina orang atau tidak tergantung cara yang dilakukan. Kalau seseorang sekadar menunjukkan apa yang bisa dibelinya tanpa sedikit pun menyindir orang-orang yang gak mampu memiliki barang yang sama, ini tak termasuk mengejek. Ia cuma sibuk mempertontonkan kekayaannya melalui barang-barang yang dimiliki.
Kamu harus mampu membedakan keduanya supaya tak sedikit-sedikit merasa sakit hati. Baik pamer maupun mengejek orang memang sama-sama tindakan yang tidak terpuji. Namun, flexing bukan serangan pribadi terhadapmu. Selama ia tak mengolok-olokmu atau orang lain di bagian kondisi ekonomi, tanggapi dengan santai saja.
Rasa tak nyamanmu setiap melihat atau mendengarnya memamerkan sesuatu lebih disebabkan oleh perbedaan nilai saja. Menurutmu, kekayaan bukan buat dipamerkan melainkan dikelola dengan baik dan sebisa mungkin mendatangkan manfaat untuk banyak orang. Tapi gak tepat apabila orang lain sekadar pamer tanpa mengejek siapa pun dan kamu sampai merasa sakit hati. Kecuali, ada rasa iri menyelinap dalam dirimu.
5. Tetaplah jadi diri sendiri

Hobi flexing kawan lama juga bisa menjadi tekanan untukmu yang lambat laun membuatmu sama dengannya. Kamu seakan-akan ditarik begitu kuat olehnya untuk menunjukkan juga apa saja yang dimiliki. Tentu tarikan ini gak berwujud kata-kata, melainkan kamu seperti tertantang buat unjuk kemampuan finansial guna mengimbanginya.
Tahan dirimu dari perilaku yang tak terpuji tersebut. Bahkan seandainya kawan lama benar-benar menantangmu buat mempertontonkan simbol-simbol kekayaan yang dimiliki, abaikan saja. Kalau perlu lakukan kebalikan dari tantangannya. Misalnya, ia menantangmu buat menunjukkan gadget terbarumu.
Alih-alih menurutinya, kamu bisa memakai gawai keluaran lama. Begitu juga saat dia pamer mobil terbarunya dan memintamu membawa juga kendaraan pribadimu yang tak kalah mulus. Keesokannya kamu datang saja dengan naik angkot, ojek, atau bersepeda. Dengan demikian, terus berkawan dengannya pun tidak mengubah sifatmu menjadi gemar flexing juga.
6. Kalau sangat tidak nyaman, kurangi interaksi

Dirimu telah berusaha sekuat tenaga untuk bersikap biasa-biasa saja pada pada kawan lama yang kini senang memamerkan segalanya. Namun, kamu tak bisa memungkiri rasa tidak nyaman yang begitu kuat setiap bertemu dengannya atau sekadar melihat status-statusnya di media sosial. Meski memutuskan pertemanan tak disarankan, melindungi kesejahteraan mentalmu juga prioritas.
Kurangi interaksimu dengannya di dunia nyata. Kamu cukup menyapanya secara singkat setiap bertemu tanpa perlu mengobrol panjang lebar. Ia menjadi gak sempat memamerkan apa pun. Di dunia maya lebih mudah lagi untukmu membatasi interaksi.
Gak usah memblokir akunnya atau membatalkan pertemanan. Dirimu hanya tidak perlu melihat unggahan-unggahannya. Bila kebetulan ada unggahannya begitu kamu membuka medsos, cepat-cepat saja menggulir layar sehingga tak membaca atau melihat fotonya dengan lebih jelas. Mengurangi interaksi begini membantumu supaya tidak terlalu merasa terganggu oleh apa pun yang dipamerkannya.
Di antara sekian banyak teman lama yang masih berhubungan denganmu, beberapa di antaranya mungkin kini suka flexing. Tidak perlu terlalu kaget dengan fenomena ini apalagi dengan adanya media sosial. Tak sedikit orang ingin mengunggah apa saja untuk menunjukkan eksistensinya. Usahakan agar dirimu gak terlalu terpengaruh apalagi amat membenci kawan sendiri. Cukup perilakunya yang tidak perlu dicontoh.