Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Akibat Jika Terlalu Pasif Menghadapi Lingkungan Toksik

ilustrasi lingkungan banyak tuntutan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kehadiran lingkungan toksik memang tidak diharapkan. Tapi mau bagaimana lagi, seringkali kita berhadapan dengan lingkungan demikian. Orang-orang di dalamnya memiliki sejumlah sikap yang berpotensi merugikan satu sama lain.

Bahkan secara terang-terangan menjadikan kamu sebagai tameng kesalahan. Dalam menghadapi lingkungan seperti ini, bersikap terlalu pasif juga bukan keputusan yang tepat. Alih-alih memperbaiki situasi, justru tujuh akibat di bawah ini akan terjadi.

1. Menjadi sasaran kambing hitam

ilustrasi menuduh (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi menuduh (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kehadiran lingkungan serba toksik memang tidak dapat diminimalisir. Tapi apakah diam tanpa perlawanan merupakan keputusan yang tepat? Sedangkan kita tahu lingkungan serba toksik memiliki berbagai macam pengaruh negatif yang dapat merugikan diri.

Tentu ada akibat jika terlalu pasif menghadapi lingkungan serba toksik. Secara perlahan, kita akan dijadikan sasaran kambing hitam. Bahkan untuk permasalahan yang sama sekali tidak bersinggungan. Lingkungan toksik berusaha menjadikan siapapun sebagai tameng untuk melindungi ambisi dan kedudukannya.

2. Dengan mudah diperdaya oleh persaingan toksik

ilustrasi lingkungan banyak tuntutan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Membicarakan tentang lingkungan toksik, tentu kita sudah tidak asing dengan sejumlah perilaku kurang baik. Orang-orang di dalamnya tidak segan melakukan tindakan merugikan. Meskipun begitu, tidak banyak yang berani menghadapi lingkungan toksik dengan alasan takut terkucil.

Padahal, terlalu pasif menghadapi lingkungan toksik justru merugikan diri. Tanpa adanya perlawanan, lingkungan ini akan menganggap dirimu sebagai sosok manusia lemah. Bahkan dalam bertindak kamu akan diperdaya untuk memenuhi ambisi dan kepentingan mereka.

3. Waktu dan energi banyak terbuang sia-sia

ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Fenomena terlalu pasif menghadapi lingkungan toksik memang sudah tidak asing lagi. Seseorang bersikap demikian karena takut menjadi bahan bergosip di belakang. Bahkan rela mengorbankan dan mengumpankan dirinya hanya untuk memenuhi ambisi dan kepentingan pihak tertentu.

Tapi menjadi akibat buruk saat terlalu pasif dalam menghadapi lingkungan toksik. Karena waktu dan energi banyak terbuang sia-sia. Meskipun sudah mengerahkan usaha dengan maksimal, tapi tidak ada hasil yang pasti. Apalagi apresiasi atas keberhasilan yang sudah diraih.

4. Ketidakpuasan dalam menjalani pekerjaan

ilustrasi tidak bisa mengaktualisasikan diri (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Banyak hal yang membuat seseorang bersikap pasif dalam menghadapi lingkungan toksik. Apalagi dengan alasan untuk menetralisir situasi agar tidak memanas. Tapi sayangnya, lingkungan toksik akan selalu mengalami pola seperti ini sepanjang waktu.

Tentu ada akibat saat terlalu pasif dalam menghadapi lingkungan serba toksik. Ini adalah sumber ketidakpuasan dalam menjalani pekerjaan. Meskipun berhasil meraih suatu pencapaian, tapi tidak ada perasaan berharga atau bahagia.

5. Tidak memiliki kemandirian berpikir

ilustrasi pusing bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Manusia harus memiliki kemandirian berpikir. Karena ini akan mempengaruhi arah dan peluang dalam menciptakan keberhasilan. Kemandirian berpikir tercipta dari kesadaran dan kemampuan berpikir realistis. Tapi bagaimana jadinya jika kita terjebak di tengah lingkungan toksik? Apalagi memilih pasif di dalamnya.

Di antara akibat buruk adalah kemandirian berpikir yang semakin memudar. Seseorang tidak memiliki kebebasan mengaktualisasikan diri. karena lingkungan toksik selalu menekan orang-orang agar mengikuti ambisi dan kehendaknya. Bahkan tidak memberi waktu untuk sekadar mengaktualisasikan diri.

6. Terlalu sering dijatuhkan untuk ambisi toksik

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/RDNE Stock Project)

Bertahan di tengah lingkungan toksik memang tidak mudah. Apalagi memutuskan menjadi orang yang bersikap pasif. Tentu ini menjadi persoalan tersendiri. Karena sikap pasif akan memunculkan sejumlah akibat buruk.

Tidak memiliki keberanian untuk melawan dan bersuara, seseorang akan berulang kali dijatuhkan demi ambisi. Dalam beberapa situasi, bahkan dijadikan tameng untuk melindungi pihak-pihak tertentu. Seseorang diseret ke dalam suatu permasalahan meskipun ia tidak ingin terlibat sama sekali.

7. Kerugian dalam hal karier

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Yan Krukau)

Banyak hal yang menjadi sumber keraguan seseorang ketika hendak menghadapi lingkungan toksik. Tentu saja, lingkungan seperti ini tidak segan menyudutkan seseorang yang tidak sejalan. Namun, memilih pasif dan menyerahkan diri juga bukan keputusan yang tepat. Karena setiap kemungkinan buruk pasti akan menyertai.

Apa jadinya jika seseorang bersikap terlalu pasif dalam menghadapi lingkungan toksik? Bisa saja mereka mengalami kerugian dalam hal karier. Kesempatan mengembangkan diri dan kreativitas tidak akan tercapai. Sebaliknya, waktu dan tenaga hanya diperas untuk memenuhi ambisi pihak-pihak tertentu.

Terjebak di tengah lingkungan toksik bukan tentang diam dan pasrah. Karena terlalu pasif justru berpotensi merugikan diri. Lingkungan demikian akan semakin mudah memanfaatkan dan menjatuhkan. Sudah tentu ini menjadi peringatan agar sesekali kita juga harus berani melawan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us