Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Sebab Perempuan Lebih Emosional Dibanding Laki-Laki, Kamu Juga?

ilustrasi orang menangis (pexels.com/emre keshavarz)
ilustrasi orang menangis (pexels.com/emre keshavarz)

Jika perempuan lebih mengandalkan kedua sisi otaknya, laki-laki justru cenderung memakai otak kirinya. Nah, otak kiri inilah yang bertanggung jawab dalam logika dan pemecahan masalah. Sebaliknya, otak kanan lebih bertanggung jawab dengan kreativitas, bahasa, persepsi wajah, dan emosi, dari laman Psycholo Genie.

Selain dari otak, sebenarnya masih ada beberapa sebab lain yang menjelaskan bahwa perempuan lebih ekspresif dalam mengutarakan sisi emosi mereka dibandingkan laki-laki. Inilah beberapa di antaranya.

1. Perempuan lebih merasakan rasa sakit dibandingkan laki-laki

Ilustrasi sakit kepala (pexels.com/Ron Lach)
Ilustrasi sakit kepala (pexels.com/Ron Lach)

Amigdala merupakan area di otak yang aktif ketika seseorang kesakitan. Area ini ada pada otak laki-laki maupun perempuan, kok. Hanya saja, keduanya merespons rasa sakit dengan cara berbeda. 

Perempuan merespons rasa sakitnya dengan lebih vokal dibandingkan laki-laki. Hal inilah yang menerangkan mengapa dosis obat penghilang rasa sakit perempuan lebih tinggi daripada laki-laki saat mengalami rasa sakit yang sama.  

2. Cara mengeluarkan stres yang berbeda

ilustrasi menangis bersama (unsplash.com/Ben White)
ilustrasi menangis bersama (unsplash.com/Ben White)

Hormon oksitosin dikeluarkan tubuh saat mengalami stres. Pada laki-laki, testosteron mengurangi dampak oksitosin sehingga mereka cenderung mengeluarkan rasa stresnya secara agresif dan marah. Sebaliknya, perempuan akan mengeluarkan hormon estrogen yang dapat meningkatkan oksitosin. Akibatnya, perempuan cenderung lebih tenang ketika stres. 

Laki-laki dinilai kurang cakap mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka sehingga jadi agresif. Sedangkan perempuan lebih mudah diajak bicara saat ada masalah dan cenderung ingin mengungkapkan unek-unek perasaannya meskipun biasanya sambil menangis. 

3. Perempuan cenderung mengembangkan sistem limbik

ilustrasi suami support istri hamil (pexels.com/Alena D)
ilustrasi suami support istri hamil (pexels.com/Alena D)

Sistem limbik berhubungan dengan aspek manusia seperti emosi, memori, dan perilaku. Karena perempuan lebih mengembangkan sistem limbik di otak dibandingkan laki-laki, alhasil mereka lebih ekspresif untuk menggambarkan sisi emosi mereka. 

Walau tampak positif, namun dalam beberapa kasus, hal ini justru bisa memicu depresi, lho. Tak jarang, sistem limbik sangat aktif saat perempuan hamil dan PMS. Jadi, jangan heran kalau mereka jadi lebih emosional pada momen tersebut. 

4. Secara naluri, perempuan lebih berempati

ilustrasi pasangan berpelukan (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi pasangan berpelukan (pexels.com/Ron Lach)

Perempuan di dorong menjadi penenang dalam setiap masalah. Itulah mengapa secara naluri, mereka cenderung lebih mudah berempati dan mudah ikut apa yang dirasakan orang lain.

Mereka tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan emosinya ketika melihat atau mendengar sesuatu yang memantik hal itu. Karena itu, tak jarang perempuan menangis ketika melihat adegan sedih dalam drama Korea favoritnya. Kalau kamu gimana?

5. Cara mengungkapkan kemarahan yang berbeda

ilustrasi pasangan bertengkar (unsplash.com/Vera Arsic)
ilustrasi pasangan bertengkar (unsplash.com/Vera Arsic)

Dalam beberapa penelitian sebenarnya menghasilkan fakta bawah perempuan juga merasakan kemarahan yang sama intensnya dengan laki-laki. Namun, perempuan dinilai tidak mengungkapkan kemarahannya secara terbuka karena tidak diterima secara sosial.

Saat laki-laki marah, mereka lebih memperlihatkan kemarahannya pada orang lain. Sedangkan perempuan lebih cenderung marah pada diri sendiri, mereka cenderung memilih untuk merenung dibandingkan berbicara. Jadi tidak mengherankan jika beberapa perempuan memilih untuk diam dan menyendiri saat mereka benar-benar marah.

Sedangkan marah yang diperlihatkan menunjukkan kadar kemarahan perempuan yang tidak setinggi marah ketika diam, lho. Kalau kamu marah gimana? 

6. Lebih memprioritaskan perasaan orang lain

ilustrasi peluk teman (unsplash.com/Cathy Mü)
ilustrasi peluk teman (unsplash.com/Cathy Mü)

Dalam penelitian ilmiah tahun 2002 yang diterbitkan oleh Society of Biological Psychiatry, perempuan lebih reaktif secara fisik terhadap penolakan sosial dibandingkan laki-laki. Ini bermakna mereka lebih memfokuskan pada kebutuhan orang lain dibandingkan kebutuhan mereka sendiri. 

Perempuan pada umumnya akan memprioritaskan melakukan apa yang benar dibandingkan kebahagiaannya. Di sisi lain, laki-laki lebih mengejar hedonisme dan kesenangan. Perasaan malu yang lebih tinggi juga membuat perempuan lebih 'jaim' dibandingkan laki-laki. 

7. Sulit melupakan hal yang membuat trauma

ilustrasi merasakan trauma (unsplash.com/Julia Taubitz)
ilustrasi merasakan trauma (unsplash.com/Julia Taubitz)

Memori flashbulb adalah karakterisasi memori yang muncul sangat jelas. Hal tersebut terjadi karena amigdala memberi tahu hippocampus untuk lebih memperhatikan. Nah, hippocampus sendiri merupakan area di otak untuk menaruh ingatan jangka panjang.

Ternyata, perilaku yang berbeda ditunjukkan oleh laki-laki dan perempuan dalam mengingat peristiwa yang emosional. Pada perempuan, memori flashbulb  ini lebih kuat, cepat, dan rinci dalam mengingat peristiwa emosional tersebut dibandingkan laki-laki. Ini bisa terjadi, secara teori, karena perempuan memang lebih pandai mengungkapkan emosi mereka. 

Sebenarnya adanya perbedaan dalam mengekspresikan emosi antara laki-laki serta perempuan bisa terjadi karena naluri dan sosial sekitarnya. Tak sedikit perempuan yang enggan menunjukkan sisi emosionalnya karena didikan keluarga atau lingkungan, begitu juga sebaliknya. Karena itu, lebih baik saling memahami karakter satu sama lain dan tak saling menyalahkan serta mencari yang terbaik di antara dua gender ini kan. Setuju?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Lathiva R. Faisol
EditorLathiva R. Faisol
Follow Us