7 Tantangan Berkarir di Tengah Lingkungan Toksik, Harus Mawas Diri!

Siapa yang mau karier di lingkungan toksik? Bahkan semua orang kompak menolak situasi tersebut. Keberadaan lingkungan toksik sama sekali tidak diharapkan. Apalagi berkaitan erat dengan dunia kerja.
Namun, ada kalanya kita harus terjebak di tengah lingkungan dengan kebiasaan dan budaya toksik. Mereka menormalisasi sikap-sikap yang sebenarnya tidak sesuai etika. Berkarir di tengah lingkungan toksik tentu tidak mudah. Karena sejumlah tantangan akan dihadapi, bahkan menjadi kendala.
1. Stres dan kesehatan mental terganggu

Setiap orang tentu tidak menginginkan keberadaan lingkungan toksik. Tapi di dunia kerja, ada kalanya kita harus berhadapan dengan lingkungan demikian. Baik dari segi sikap maupun ucapan, berpotensi menjatuhkan orang lain.
Kita harus memahami tantangan berkarir di tengah lingkungan toksik. Salah satu tanda kamu berada di lingkungan toksik adalah stres dan kesehatan mental rawan terganggu. Lingkungan kerja yang didominasi orang-orang toksik dapat memicu kecemasan, depresi, atau terjebak dalam situasi burnout.
2. Dihadapkan dengan persaingan tidak sehat

Terjadinya persaingan mendorong seseorang maju dan berkembang. Secara tidak langsung terpacu meningkatkan kualitas diri secara maksimal. Tapi bagaimana jadinya jika lingkungan justru membudayakan persaingan tidak sehat? Contohnya saling mengambinghitamkan dan menjatuhkan.
Fakta tersebut menjadi tantangan saat berkarir di lingkungan toksik. Kita dihadapkan dengan persaingan yang menghalalkan segala cara. Tidak jarang mengorbankan seseorang hanya untuk menuruti ambisi dan kepentingan pribadi.
3. Diskriminasi dan ketidakadilan

Lingkungan kerja yang ideal harus bisa mengayomi seluruh karyawan. Antara atasan dengan bawahan memiliki relasi yang solid. Tapi berbeda jadinya saat seseorang terjebak menekuni karir di tengah lingkungan toksik. Sejumlah suka duka akan dilewati.
Diskriminasi dan ketidakadilan menjadi fenomena yang kerap dijumpai dalam keseharian. Contohnya, mereka yang membuat peraturan tidak mempermasalahkan ketika dirinya melanggar. Namun, ketika orang lain melakukan tindakan sedemikian rupa, justru dihakimi di depan umum.
4. Sikap saling melempar tanggung jawab

Bagaimana pengalamanmu bertahan berkarir di tengah lingkungan toksik? Mungkin sudah tidak asing dengan kebiasaan orang-orang yang lari dari tanggung jawab. Bahkan melimpahkan kepada orang lain namun tidak diapresiasi dengan layak.
Tantangan ini harus dihadapi jika kamu berkarir di tengah lingkungan toksik. Sikap saling melempar tanggung jawab dianggap sebagai budaya yang wajar. Mereka dengan sikap tersebut selalu mangkir menyelesaikan tugas, dan menjadikan orang lain sebagai sasaran yang menanggung.
5. Kreativitas tidak berkembang dengan optimal

Lingkungan kerja seharusnya bisa menjadi wadah mengaktualisasikan diri bagi seluruh anggota. Kreativitas dan inovasi memperoleh ruang yang layak. Tapi apakah lingkungan kerja selalu menyajikan kesempatan sedemikian rupa?
Ternyata tidak. Di sinilah tantangan berkarir di tengah lingkungan yang memiliki budaya toksik. Sikap saling menjatuhkan dan menyalahkan menghambat kreativitas. Seseorang tidak mampu mengaktualisasikan diri cara nyata. Kualitas diri justru mengalami penurunan.
6. Usaha dan kerja keras tidak diapresiasi

Kerja keras pasti melibatkan waktu, energi, sekaligus keterampilan. Ketiganya merupakan aset penting yang harus diapresiasi. Namun yang menjadi persoalan, apakah lingkungan dengan orang-orang toksik mampu menghargai antar sesama?
Jangan heran jika kamu berkarir di tengah lingkungan toksik dan tidak sesuai ekspektasi. Meskipun sudah berusaha dengan maksimal, tapi kerja keras tidak pernah diapresiasi. Mereka hanya berfokus pada sisi kekurangan, tapi tidak mampu menghargai sebuah prestasi.
7. Lingkungan kerja tidak mampu menjadi support system nyata

Lingkungan kerja seharusnya mampu menjadi support system nyata. Jika ada kendala, siap menghadapi bersama-sama. Di sisi lain, tidak jarang kita dihadapkan dengan lingkungan kerja yang memiliki karakter dan budaya toksik.
Bertahan di tengah lingkungan kerja yang memiliki budaya demikian tentu tidak mudah. Kita akan dihadapkan dengan lingkungan kerja yang tidak mampu menjadi support system nyata. Alih-alih membangun solidaritas, justru berlomba mempraktikkan sikap saling menjatuhkan.
Tantangan besar harus dihadapi ketika berkarir di tengah lingkungan toksik. Hal ini disebabkan oleh budaya maupun karakter orang-orangnya. Dampak negatif tersebut turut mempengaruhi kreativitas, mental, sekaligus pikiran. Kita harus mempersiapkan langkah antisipasi yang cermat dan terukur agar tidak terombang-ambing di tengah lingkungan demikian.