8 Alasan Logis Jadi ‘Haters’ Itu Buang-buang Waktu Hidupmu!

Apalagi di media sosial, seorang pembenci biasanya akan menebar jaring-jaring kebenciannya kepada banyak orang dengan cepat. Karena pada dasarnya sebagian besar orang mudah terpengaruh (terutama hal-hal sensitif), maka setiap ujaran kebencian yang kamu lakukan biasanya akan diikuti dengan kebencian yang lain.

Memang sih ada rasa puas saat kamu mengutarakan ‘unek-unek’ ketidaksukaanmu kepada seseorang tanpa sebab, namun sejatinya rasa tersebut sifatnya semu. Kepuasan pribadi tidak serta merta bisa membuatmu bahagia. Justru, saat rasa puas karena membenci seseorang hadir dalam fikiran dan hati, maka sebenarnya kamu merasa sangat menderita.

Saat seseorang membenci orang lain tanpa sebab, maka otomatis mereka tidak bisa membedakan mana perbuatan baik dan tidak baik. Yang ada dalam fikirannya tentu saja hanyalah hal-hal negatif yang akan membuat pelaku semakin dirongrong rasa benci tak berkesudahan. Mata hati mereka sudah tertutup dari hal-hal baik saat virus haters sudah merasuk ke dalam jiwa.

Ketika kamu memiliki ‘secuil’ kebaikan namun tetap menebar kebencian pada seseorang, maka kebaikan kamu tentu saja akan terkikis oleh rasa bencimu sendiri. Perlahan namun pasti, segala hal baik yang ada dalam pribadimu akan rontok dengan sendirinya jika kamu masih tetap memelihara sikap benci kepada seseorang.

Bukan hanya penyakit hati, seorang pembenci memang biasanya lebih rentan terkena penyakit karena fikirannya selalu dipenuhi dengan hal-hal buruk. Karena semua penyakit datang dari fikiran yang tidak sehat, maka bukan hal yang mustahil jika seorang haters akan mengalami gangguan kesehatan jangka panjang.

Ingat ya, haters memiliki fokus kebencian yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bukan tidak mungkin, seorang haters akan diserang balik oleh haters-haters lainnya yang juga tak menyukai kepribadiannya. Ketika kamu ‘menyerang’ orang lain dengan kalimat-kalimat kebencian, maka kamu harus siap-siap menerima ‘serangan balik’ dari haters-haters lain yang berseliweran di dunia maya.

Karena seorang haters tidak disukai masyarakat, maka kamu tidak akan memiliki lingkungan pertemanan yang sehat. Karena dikuasai oleh kebencian, maka orang-orang di sekitarmu tidak akan betah menjalin pertemanan denganmu. Akibatnya, kamu akan merasa kesepian menjalani hari-hari karena hidup dalam kebencian. Atau jika kamu memiliki banyak teman, maka rasa ‘sepi’ itu akan tetap menjangkiti hati dalam bentuk yang lain.

Kecuali jika kamu benar-benar bertobat dan menyadari perbuatan bencimu itu salah, maka seorang haters tidak akan pernah merasa puas dengan perbuatannya. Bisa jadi sepanjang hidup kamu akan dikuasai rasa benci dan dengan bebas mengumbar kebencianmu kepada banyak orang. Tak pernah mencapai titik akhir, seorang haters biasanya akan dirasuki energi-energi negatif karena memelihara kebencian secara nyata.

Dengan mengetahui alasan-alasan logis di atas, kamu sebagai generasi millennials tentu tidak setuju kan dengan keberadaan haters? Mumpung sebentar lagi puasa nih, daripada menebar kebencian lebih baik tebar kebaikan yuk agar bisa memberikan nilai-nilai positif dalam kehidupan!