Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Cara Bicara yang Sering Menimbulkan Masalah dengan Orang Lain, Ubah!

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Edmond Dantès)

Banyak masalah timbul akibat sikap yang tidak bijaksana ketika kamu berbicara. Ini yang membuat diam disebut emas. Lebih sedikit bicara, lebih kecil pula kemungkinan terjadi persoalan antara dirimu dengan orang lain. Meski tentu saja, kamu juga gak boleh terlalu tertutup yang dapat memicu kesalahpahaman.

Kalau dirimu suka berbicara dengan siapa saja, selalu saring apa yang akan dikatakan. Lihat-lihat situasinya dan lawan bicaramu. Jangan kamu cuma fokus pada dorongan dalam diri buat mengatakan sesuatu tanpa memperhatikan fakta serta perasaan orang lain. Delapan cara bicara yang sering menimbulkan masalah berikut ini sebaiknya kamu hindari karena memicu pertengkaran serta hubungan rusak.

1. Merendahkan orang lain, termasuk membentaknya

ilustrasi percakapan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Tindakan merendahkan kehormatan orang lain tidak hanya dengan ejekan. Kalau kamu mengejek orang lain, artinya dirimu merasa lebih baik darinya dalam suatu hal. Selain itu, masih ada bentakan yang seakan-akan menempatkan posisimu lebih tinggi dan berkuasa atas orang yang dibentak.

Bila pun seseorang melakukan kesalahan, tidak berarti kamu boleh menjatuhkan martabatnya dengan membentak-bentak. Termasuk kalau dia anak buahmu. Jaga betul ucapanmu agar setiap katamu tidak melukai hargai dirinya. Bila harga diri seseorang telah terinjak-injak, mereka tak akan terima apalagi respek padamu.

2. Membicarakan keburukan orang

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Mwabonje Ringa)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Mwabonje Ringa)

Ini termasuk dalam bergunjing. Keburukan orang hendaknya tidak dijadikan bahan obrolan siang dan malam. Sekalipun sisi buruknya nyata dan diakui banyak orang, cukup hal tersebut menjadi pengetahuan bersama. Kamu gak usah terus membahasnya seolah-olah lupa dengan kekurangan diri sendiri atau sisi baik orang tersebut.

Bila dirimu tidak kunjung berhenti memperbincangkan keburukan orang, dia mungkin bakal mendengarnya dan marah. Ia boleh jadi sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi sikapmu justru membuatnya kecewa. Ia bisa berpikir mending tetap seburuk sekarang kalau orang-orang di sekitarnya seperti tak memberi kesempatan buatnya mengubah diri.

3. Tidak jujur

ilustrasi bersama teman (pexels.com/Matheus Bertelli)
ilustrasi bersama teman (pexels.com/Matheus Bertelli)

Sebenarnya berbicara apa adanya jauh lebih gampang daripada merekayasa kebohongan. Untukmu berdusta, kamu mesti memikirkan banyak hal hanya agar orang lain percaya padamu. Sebelum dirimu mulai mengatakan kebohongan saja sudah ada rasa cemas kalau-kalau orang dengan mudah mengetahui kebenarannya.

Apalagi setelah kamu menyampaikan dusta itu. Bebanmu bertambah besar lantaran satu kebohongan sering kali kudu disambung dengan kebohongan berikutnya. Sementara bagi orang yang sadar sudah dikelabui olehmu, rasanya seperti dianggap sebagai orang bodoh di matamu. Ia merasa terhina dan sulit buat memercayaimu lagi di kemudian hari.

4. Menyebarkan desas-desus yang tak jelas kebenarannya

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Matheus Bertelli)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Matheus Bertelli)

Kalau sesuatu belum jelas kebenarannya mending berhenti di kamu saja dulu. Informasi tersebut jangan diteruskan pada orang lain. Pertanggungjawabannya sulit. Apabila ternyata kabar yang dibawa olehmu salah, malah kamu yang malu dan dikejar pertanggungjawaban.

Dirimu tak perlu merasa harus menjadi orang pertama yang menyampaikan suatu informasi. Jika pun kamu harus membicarakan desas-desus yang amat penting, cari lawan bicara yang paling tepat. Sebaiknya dia adalah orang yang mampu memberikan kepastian akan benar atau tidaknya kabar itu. Atau, seseorang yang berwatak tenang sehingga gak mudah panik dengan informasi yang dibawa olehmu.

5. Nyelekit dan menyindir

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Helena Lopes)

Nyelekit ialah cara bicara yang sengaja dimaksudkan agar orang lain merasa sakit hati. Kerap kali nyelekit dipadukan dengan sindiran supaya kamu tidak perlu mengatakan maksudmu secara to the point. Biasanya orang yang suka bicara nyelekit dan menyindir memiliki nyali kecil. Kalau ada orang yang menunjukkan kekesalannya, dirimu sudah siap cuci tangan.

Kamu mudah berkelit tidak sedang menyindir siapa-siapa. Atau, sindiran itu gak ditujukan padanya. Malah orang tersebut yang seperti disalahkan karena terlalu sensitif. Siapa pun tak suka diperlakukan begini. Bila dirimu merasa ada masalah dengan orang lain, ajak dia membicarakannya secara langsung. Persoalan lebih cepat beres tanpa membuatnya sakit hati.

6. Melanggar privasi orang lain dan menghakimi

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Vitaly Gariev)

Misalnya, kamu dan teman sedang berada di kantor. Tiba-tiba dirimu menanyakan alasannya belum menikah juga meski sudah berusia matang. Apa pun jawabannya, kamu berkata bahwa gak kunjung menikah membuat kerja kerasnya sia-sia. Untuk siapa dia mencari nafkah?

Siapa pula yang kelak akan mewarisi hartanya? Susah-susah ia bekerja sampai tua, nanti malah tabungannya cuma buat rebutan saudara bila dia tidak berkeluarga. Sudah kamu melanggar privasi orang lain, masih pula menghakiminya macam-macam. Wajar bila rasa tersinggungnya menjadi berlipat-lipat. 

7. Plin-plan

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/cottonbro studio)

Contoh bicara yang plin-plan ialah di depan A, kamu berkata hanya mendukungnya. Di depan B, dirimu juga mengatakan hal yang sama. Demikian pula pada sejumlah orang lainnya yang terlibat persaingan. Ketika mereka tahu bahwa kamu mengucapkan kalimat serupa, mereka bakal mempertanyakan maksudmu yang sesungguhnya.

Dirimu dimintai penjelasan serta kepastian dalam bersikap. Perkataan tanpa pendirian juga membuatmu kurang dipercayai oleh orang-orang. Mereka yakin kamu sedang mempermainkannya saja. Pikirkan dulu baik-baik setiap hal yang ingin dikatakan olehmu supaya gak berubah-ubah lagi dan dapat menjadi pegangan untuk orang lain.

8. Ngomong cabul meski dimaksudkan untuk bercanda

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Rene Terp)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Rene Terp)

Memang ada orang yang menikmati lelucon cabul. Akan tetapi, jangan sampai kamu salah melontarkannya pada orang-orang yang jijik bahkan marah dan gak bisa menoleransi sedikit pun candaan seperti itu. Alih-alih dirimu dinilai lucu, justru dianggap sedang melecehkan mereka. Berbicaralah dengan mengedepankan norma kesopanan.

Kalau kalian sedang membahas kesehatan reproduksi misalnya, pahami betul konteksnya sehingga dirimu tidak tiba-tiba mengatakan sesuatu yang gak sopan. Ketika kamu bermaksud bercanda, hindari menyelipkan hal-hal yang berbau porno dan tak bisa dinikmati oleh semua orang. Hanya karena kamu dan seseorang sama-sama masih muda serta berada di situasi santai, bukan artinya ia bakal senang-senang saja diajak berbicara cabul.

Berbicara bukan sekadar untuk menyampaikan keperluanmu. Selain menghindari cara bicara yang sering menimbulkan masalah, kamu juga wajib memikirkan perasaan lawan bicara atau orang lain yang dibicarakan. Jika dirimu gak berhati-hati dalam berbicara, pertengkaran dengan orang lain dapat sering terjadi. Berbicaralah dengan bijaksana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Tips Mendekor Ruangan dengan Dinding yang Ditempel Wallpaper

23 Sep 2025, 11:03 WIBLife