Orang-orang yang memiliki kepribadian ekstrovert adalah mereka yang terbuka, ramah, rame, dan bawel. Sederhananya, mereka ini penyuntik semangat dan pemulai percakapan. Tipe anak yang tak pernah kehabisan bahan bicara dan kelihatannya selalu ceria.
Padahal ada beberapa hal yang dihadapi oleh orang ekstrovert tapi jarang diketahui orang. Yuk simak!
Namanya juga manusia. Sudah pasti punya variasi emosi dalam dirinya. Tapi orang-orang yang notabenenya ceria sering dilarang untuk menangis, seolah-olah mereka bisanya hanya tertawa saja. Saat si ekstrovert galau berat dan banyak diamnya, banyak yang mengeluh dan merindukan tawa mereka. Padahal emosi negatif itu harus dikeluarkan supaya tidak berkelanjutan. Tak peduli keperibadiannya apa, sedih dan menangis itu manusiawi.
Dengan pembawaan yang luwes, mereka gampang sekali berteman dengan siapa saja. Sering juga membuka percakapan dengan orang asing yang entah ketemu di jalan atau kebetulan duduk bersebelahan di halte. Ekstrovert jagonya nih! Tapi ada masanya sifat mereka ini dianggap tukang flirting, malah kadang gebetan nyangkain kalau dia bakal memperlakukan semua orang sama, jadinya dianggap ngga setia dan ngga serius dalam hubungan. Duh!
Kebanyakan ekstrovert merasa risih berada di tempat yang terlalu tenang, apalagi kalau banyak orang sudah berkumpul tapi tidak ada yang memulai percakapan. Di saat inilah mereka akan dengan senang hati menjadikan dirinya pusat perhatian demi menghidupkan suasana. Walaupun nantinya bakal dianggap aneh sama orang-orang seruangan.
Percayalah, mereka yang ekstrovert itu banyak yang ngga enakan dan sangat peka dengan perasaan orang. Hanya saja, sering disalahartikan karena bawaannya pengen ngebanyol terus. Padahal itu sudah naluri mereka untuk membuat orang lain senang dan merasa nyaman. Tapi ketika ada yang menegur atau mengkritik sifat mereka, si ekstrovert bakal mikir kok. Mereka jadi kepikiran apakah candaannya sudah menyinggung beberapa pihak atau apakah suaranya terlalu nyaring dan bising. Mereka juga bisa mikir kok.
Ekstrovert memang terkenal dengan kemampuannya dalam bergaul. Tapi akan banyak yang kaget ketika menemukan sebagian dari mereka adalah pemikir yang dalam dan senangnya baca buku tebal-tebal. Tidak jarang mereka ini dianggap pemberontak dan berjiwa pesta yang maunya cuma ngabisih waktu dengan haha-hihi saja.
Coba deh ngajak mereka bahas satu topik, kamu tak akan nyangka kalau ternyata mereka adalah spesies cerdas yang sudut pandangnya asyik banget buat ditelusurin. Pengalamannya banyak karena sudah ketemu banyak orang dan mengalami banyak hal, jadi pemikirannya juga luas.
Mirip dengan poin di atas, saking seringnya terlihat heboh dan nyeleneh, mereka jarang dimintakan pendapat untuk memecahkan suatu masalah.
Charger-nya para ektrovert adalah manusia. Mereka ini gampang banget bosan dan merasa kesepian. Jadi waktu-waktu sendirian di rumah tanpa ngerjain apapun bisa jadi moment paling menguras energi buat mereka. Bisa sih mereka menikmati me-time, tapi biasanya tak lama karena nanti ujung-ujungnya juga bakal nyari temen, chat atau nelponin siapa saja karena suntukan.
Untuk kategori ini, jika kesal dengan si ekstrovert yang kayanya gak nyadar-nyadar karena ngomongnya udah ngelantur dan terkesan cuma bahasin dirinya aja, ditegurin aja baik-baik. Mereka kadang-kadang emang kebablasan sih kalau udah bicara. Tapi seperti poin di atas, mereka ini tak enakan, jadi kasihlah kesempatan untuk mereka menjadi teman atau yang lebih baik.
Jika ada acara yang mengharuskan untuk tampil di depan, ekstrovert sering ditunjuk dan dianggap sebagai ahlinya. Orang-orang sering merasa kalau si ekstrovert ini ngga akan pernah kehabisan rasa percaya diri. Padahal mereka juga ngerasain takut, minder dan ngga yakin dengan diri sendiri. Sedihnya, saking seringnya jadi cheerleader buat orang di sekitarnya, kadang mereka ngga tahu gimana harus ngungkapin perasaan negatifnya.
Ini adalah stereotype yang berkembang jika kepribadian dewasa adalah mereka yang pembawaannya kalem dan tenang. Jadi si ekstrovert hampir selalu dianggap kekanakan dan tidak bertanggung jawab. Dalam beberapa kasus, hal ini bisa jadi sesuatu yang depresif buat si ekstrovert karena mereka merasa tidak dipercaya jika mereka bisa.
Menjadi ekstrovert, introvert, ambivert atau apapun itu sebutannya adalah pemberian dan ciptaan Tuhan. Sudah pasti ada lebih dan kurangnya. Semua ada untuk saling melengkapi. Kebayang ya kalau semua orang introvert atau ekstrovert? Semuanya juara tergantung orangnya. Jadi mari kita belajar saling memahami perbedaan karakter pada setiap orang. Jangan menuding kalau sifat kita adalah terbaik dan yang lain tidak. Selama masih berada dalam norma dan aturan yang ada, semuanya baik-baik saja kok. Kalau ternyata ada yang berbuat salah atau membuat tidak nyaman, ya diingatkan saja baik-baik. Karena pada dasarnya, manusia memiliki naluri untuk memperbaiki diri.