Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

"Moh Limo", 5 Ajaran Terkenal Sunan Ampel yang Baik untuk Diterapkan

romadecade.org
romadecade.org

Raden Rahmat atau Sayyid Ali Rahmatullah merupakan nama asli dari Sunan Ampel. Beliau merupakan putra dari Syeh Maulana Ibrahim Asmarakandi, seorang ulama besar di Rusia Selatan dan Putri Candrawulan. 

Sunan Ampel memiliki paras yang tampan dan budi pekerti yang halus. Beliau diminta Prabu Brawijaya Kertabhumi, Raja Majapahit yang menggantikan Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk untuk membantu keadaan kerajaan yang mengalami kemunduran. Setelah diselidiki hal ini terjadi karena perilaku tidak terpuji yang dilakukan putra pejabat dan adipati yang suka berfoya-foya, mabuk, berjudi dan perilaku tercela lainnya. 

Sunan Ampel dihadiahi tanah di desa Ampel Surabaya yang kemudian dijadikan pesantren Ampeldenta. Beliau ditugaskan untuk mendidik tentang budi pekerti pada para Adipati dan pejabat keraton Majapahit serta para rakyat biasa turut mengikuti. Berikut "Moh Lima" atau tidak mau melakukan lima tindakan tidak terpuji yang menjadi ajaran Sunan Ampel.

1. "Moh Main" atau tidak mau main

Pexels/Cottonbro
Pexels/Cottonbro

Tidak mau main di sini diartikan sebagai tidak mau bermain judi. Judi hanya akan menimbulkan dendam bagi yang kalah. Biasanya orang yang kalah juga akan menyusahkan keluarga karena terus meminta uang untuk berjudi kembali.

Di sisi lain pengaruhnya bagi negara di mana masyarakatnya gemar berjudi,  tidak akan jauh dari perilaku yang melanggar norma seperti mencuri, merampok maupun korupsi uang rakyat.

Sebaliknya bagi yang menang dalam berjudi, juga tidak mendapatkan manfaatnya. Hal ini karena harta yang diperoleh dengan cara haram menjadi tidak berkah. Mereka juga berada di lingkungan yang suka berpesta pora sehingga lebih mudah menghabiskan hartanya tersebut.

2. "Moh Minum", tidak mau minum yang memabukkan

Pexels/Burst
Pexels/Burst

"Moh minum" bermakna tidak mau minum minuman yang memabukkan, seperti alkohol. Hal ini karena minuman tersebut dapat menghilangkan pertimbangan akal sehat. Dampaknya orang yang suka minum tidak dapat membedakan yang baik dan buruk.

Ketika mabuk pun, membuat seseorang dapat saja membocorkan rahasia pribadi, teman, pekerjaan dan lainnya sehingga merugikan dirinya maupun orang lain. 

3. "Moh Maling "yakni tidak mau mencuri maupun korupsi

Pexels/Cottonbro
Pexels/Cottonbro

Maling berarti mencuri, yang mana perbuatan tercela yang merugikan korbannya. Terlebih jika korban adalah orang kurang mampu yang sudah mengumpulkan tabungannya. Mencuri berarti mengambil paksa hak orang lain dan tentunya hukumannya tertuang dalam undang-undang pidana. 

Ajaran "moh maling" andaikan diterapkan dan ditindak tegas dalam suatu negara, niscaya negara akan mengalami kemakmuran. Sayangnya, masih banyak yang memilih melakukan tindakan tercela ini demi keuntungan pribadinya. 

4. "Moh Madat" yaitu mengisap candu

Pexels/AlexanderKrivitskiy
Pexels/AlexanderKrivitskiy

Madat atau mengisap candu seperti narkotika dan obat terlarang lainnya sejenisnya. Jika orang suka madat membuatnya menjadi pribadi yang malas, terganggu kesehatannya sehingga menyebabkan penyakit dan juga menjadikannya boros, karena kita tahu bahwa barang terlarang tersebut memiliki harga yang mahal. 

Oleh karena itu, ajaran "Moh Madat" ini diajarkan Sunan Ampel agar seseorang dapat menghindari perilaku tidak terpuji ini. Tak lain karena merupakan larangan Allah dan tidak ada manfaat yang bisa dirasakan dari Madat.

5. "Moh Madon" atau berzina

Pexels/AsadPhotoMaldives
Pexels/AsadPhotoMaldives

Madon atau berzina dapat menghilangkan status keturunan karena anak hasil perzinaan tersebut tidak mengetahui siapa orang tua sesungguhnya. Terlebih jika dilakukan dengan pekerja seks. Hal ini akan menjadi penularan penyakit kelamin berbahaya seperti HIV Aids. Maka sudah menjadi keharusan agar menjauhi berzina karena dilarang Allah dan merupakan perilaku tercela. 

Itu dia beberapa ajaran Sunan Ampel. Tentunya jika menerapkan "Moh Limo" ini, kita akan menjadi pribadi dengan budi pekerti yang baik. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Septi Riyani Maulida
Arifina Budi A.
Septi Riyani Maulida
EditorSepti Riyani Maulida
Follow Us