Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung Jahit

Anak muda berdayakan masyarakat

Ekonomi memegang peranan besar di tiap lini kehidupan manusia. Wajar apabila ekonomi kerap jadi isu panas yang tak pernah habis diperbincangkan. Masayarakat pinggiran kota, misalnya, terlampau lekat dengan persoalan ini. Ketidakberdayaan menjadi faktor utama di tengah ketatnya pasar tenaga kerja. 

Contoh nyatanya terjadi di Simpang Koto Tingga yang juga tak luput dari isu ekonomi. Perekonomian masyarakat di sana lemah lantaran berada di perbatasan antara kota dan kabupaten Padang. Asa mereka digerus oleh kepasrahan, sehingga hanya mampu mencari penghasilan seadanya.

Menyoroti permasalahan ini, Elsa Maharani hadir bak cahaya di tengah kegelapan. Ia mengulurkan tangan kepada masyarakat lewat ide kreatif, yakni kampung jahit. Bersama suaminya, Fajri Gufran Zainal, Elsa membangun bisnis fesyen sekaligus merangkul asa perempuan di kampung tempat tinggalnya.

Elsa mencetuskan konsep bisnis pemberdayaan masyarakat. Ia dan suami berjuang melewati berbagai rintangan selama 4 tahun terakhir. Memulai dengan niat mulia hingga pernah menyabet piala SATU Indonesia Awards, kisah Elsa Maharani layak diangkat jadi sorotan.

1. Berangkat dari keresahan, Elsa tergerak merangkul perempuan di Kota Padang

Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung JahitElsa Maharani bersama tim Kampung Jahit Maharrani (instagram.com/elsamaharrani)

Elsa Maharani punya keresahan soal kampung halamannya di Simpang Koto Tingga, Kelurahan Ambacang, Kecamatan Kuranji, Padang, Sumatera Barat. Ekonomi masyarakat di sana rata-rata hanya berkelas menengah ke bawah. Mayoritas berprofesi sebagai kuli bangunan, petani, asisten rumah tangga, dan pemecah batu kali. Banyaknya kasus narkoba juga sangat memprihatinkan.

Kebetulan, Elsa dan suaminya mulai membangun usaha sejak 2016. Dengan modal awal Rp3 juta, kala itu ia hanya menjual produk milik orang lain secara online. Saat dihubungi lewat sambungan telepon, Elsa menceritakan dirinya mulai berpikir untuk mengubah kampungnya. Sejalan dengan hal itu, ide untuk memproduksi brand sendiri pun mencuat.

"Dengan kampung kami yang seperti ini, saya berpikir, apa yang bisa dilakukan untuk mengubah kampung saya? Waktu itu, saya sama suami jualan online, baju. Akhirnya, kenapa kita gak produksi sendiri aja?" ungkap Elsa.

Pada pertengahan 2019, Elsa akhirnya memberanikan diri menciptakan brand sendiri dengan nama Maharrani Hijab. Meski sempat tidak yakin, Elsa dan suaminya bertekad menciptakan produk asli dari Padang. Ia berharap masyarakat tidak perlu membeli produk dari luar daerah lagi, terutama dari Jawa yang selama ini menjadi pusat perekonomian.

Berangkat dari keresahan-keresahan itulah Elsa dan suami tergerak merangkul kaum perempuan di sekitaran rumahnya. Akhirnya, lahir konsep kampung jahit sebagai wadah untuk pemberdayaan. Bukan tanpa alasan, ide tersebut muncul karena mereka melihat potensi masyarakat yang rata-rata memiliki kemampuan dasar menjahit.

2. Konsep kampung jahit tercetus karena keinginan bekerja dari rumah

Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung JahitKampung Jahit Maharrani dikunjungi Bapak Kadis Koprindag Kota Sawahlunto beserta jajaran UMKM Lokalnya. (instagram.com/kampungjahitmaharrani)

Menarik untuk diulik, konsep kampung jahit ternyata tercetus karena Elsa Maharani ingin memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Kampung Jahit Maharrani menerapkan sistem bekerja dari rumah. Dengan konsep ini, kaum perempuan tetap berpenghasilan tanpa perlu meninggalkan kewajiban.

Para penjahit dibekali kain yang sudah dipotong-potong untuk dijahit di rumah masing-masing. Mereka akan datang seminggu sekali untuk menyetor hasil jahitan. Upahnya sendiri dihitung per hasil jahitan, yang mana makin banyak jahitan yang dihasilkan, maka makin banyak pula upah yang akan diterima.

"Sistemnya pemberdayaan. Di workshop kita potong, terus nanti habis dipotong, kita jahit di rumah masing-masing. Setelah jahit di rumah masing-masing, baru dikembalikan lagi ke workshop. Di situlah akhirnya kita kepikiran namanya kampung jahit, karena yang menjahit ini lokasinya dekat-dekatan," jelas Elsa saat diwawancarai via telepon, Jumat (15/9/2023).

Kalau ada yang tidak punya mesin jahit, Kampung Jahit Maharrani sangat mendukung dengan meminjamkan mesin untuk dibawa ke rumah. Bahkan, penjahit diberi bantuan sembako saat awal-awal krisis COVID-19 melanda Indonesia. Bagi Elsa, siapa pun layak diberdayakan asalkan punya semangat, tekad kuat, serta tekun dalam berusaha.

Lebih dari itu, Kampung Jahit Maharrani turut memastikan anggota timnya dalam keadaan fit saat bekerja. Pengecekan kesehatan dilakukan secara rutin, seperti cek tensi, kolesterol, gula darah, dan asam urat. Jika didapati pekerja yang kurang sehat, maka akan langsung dirujuk ke klinik untuk mendapatkan pengobatan.

3. Elsa Maharani dan sederet tantangan yang dihadapinya

Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung JahitKegiatan ibu-ibu di rumah produksi Kampung Jahit Maharrani. (instagram.com/kampungjahitmaharrani)

Sepak terjang Elsa Maharani dalam merintis bisnis pemberdayaan tentu tidak mudah. Perjalanannya diiringi kendala yang ia anggap sebagai tantangan, baik dari internal maupun eksternal. Alih-alih goyah dan menyerah, Elsa justru makin terpacu untuk menggaet lebih banyak masyarakat yang bisa diberdayakan.

Tantangan terbesar bagi Elsa ialah menyatukan timnya yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Kesenjangan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) mengakibatkan pola pikir tidak sama satu dengan yang lainnya. Perempuan kelahiran 1990 tersebut ingin menanamkan mindset kebersamaan untuk kehidupan yang lebih baik. 

Tidak berhenti di situ, Elsa dan timnya mengalami kesulitan akses lantaran berada di daerah pinggiran. Peralatan dan bahan di Kota Padang tidak lengkap. Ia terpaksa harus belanja ke Jawa. Pengiriman produk ke konsumen pun sama sulitnya.

"Dari segi SDM, kan, kita penjahitnya ada yang tamatan SD sampai kuliah gitu, kan, jadi mereka punya pakemnya masing-masing. Nah, yang paling susah itu menyatukan mereka dalam satu komando. Dari eksternalnya, dari akses yang lumayan jauh, terus perlengkapan yang tidak selengkap di Jawa, belum lagi dengan keadaan pengiriman. Pengiriman, kan, lumayan jauh juga," tutur Elsa. 

Meski begitu, Elsa Maharani tetap kokoh menjembatani masyarakat menuju kesejahteraan ekonomi. Dari hanya satu orang admin dan satu orang penjahit, kini Elsa berhasil memberdayakan puluhan orang yang tergabung. Ia menghidupkan kembali asa masyarakat yang sempat padam.

dm-player

Kerja keras Elsa itu kemudian diapresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Award pada Oktober 2020. Dengan adanya penghargaan tersebut, ia mengaku mendapat sorotan luar biasa dari media, sehingga brand Maharrani makin dikenal banyak orang. Hadiahnya sendiri dipergunakan untuk membangun workshop.

"Masya Allah, waktu jadi pemenang saya lumayan ini, sih, lumayan terkejut, gak nyangka gitu. Kok bisa menang, karena saya mikirnya waktu itu Maharrani baru 2 tahun berjalan. Ternyata ada apresiasi dari Astra Indonesia. Ternyata Astra gak melihat seberapa besar brand itu, tapi melihat seberapa besar value-nya terhadap orang lain. Karena waktu itu kita juga baru berdiri, penjahit baru 15, sekarang ada 50," kata Elsa saat menceritakan kembali momen jadi salah satu pemenang SATU Indonesia Awards.

Baca Juga: Bukan Desa Penuh Misteri, Desa Menari Tanon justru Beri Inspirasi

4. Komitmen Kampung Jahit Maharrani membuahkan hasil yang luar biasa

Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung JahitElsa Maharani melayani pelanggan di acara Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) di Malaysia pada 2022. (instagram.com/maharrani.testimonireal)

Komitmen yang sejak awal dibangun demi memberdayakan masyarakat nyatanya membuahkan hasil manis. Perkembangan bisnis Elsa Maharani selama 4 tahun terakhir cukup pesat. Tempat produksinya saat ini telah menampung 70 orang tim, yang di antaranya 20 karyawan dan 50 penjahit.

Produk yang dijual juga makin beragam, mulai dari gamis, mukena, sarimbit, baju dinas, baju koko, dan masih banyak lagi. Melihat prospek tersebut, Elsa tak berhenti melakukan inovasi dengan memecah bisnisnya menjadi tiga brand. Ada Maharrani (produk untuk perempuan dan keluarga), Hamka Indonesia (produk untuk laki-laki), dan akan segera launching brand baru khusus untuk remaja.

"Namanya bisnis itu pasti ada inovasi, ya. Jadi jangan pernah lelah dalam berinovasi, jangan pernah lelah dalam belajar, karena bisnis itu dia gak dinamis, tapi dia statis," ujar Elsa saat ditanya soal rahasia bisnisnya. 

Siapa sangka, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dibangun di pinggiran kota kini telah menjangkau konsumen di hampir seluruh Indonesia. Maharrani punya sekitar 125 orang agen dan 250 reseller yang tersebar dari Aceh hingga Jayapura. Ditambah lagi ada sekitar 3.000 member yang tergabung di grup Telegram.

Tidak berkutat di Indonesia saja, penjualan telah sampai ke luar negeri, terutama Malaysia. Maharrani bekerja sama dengan salah satu mal di Malaysia untuk memasarkan produknya. Selain Malaysia, sampai pula ke Singapura, Hongkong, Taiwan hingga Qatar.

5. Berkat Kampung Jahit Maharrani, banyak masyarakat terbantu secara ekonomi

Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung JahitKampung Jahit Maharrani dikunjungi Bapak Kadis Koprindag Kota Sawahlunto beserta jajaran UMKM Lokalnya. (instagram.com/kampungjahitmaharrani)

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

Itu merupakan slogan yang ditanamkan Elsa Maharani untuk bisnisnya. Tidak sekadar omong kosong, Kampung Jahit Maharrani terbukti jadi angin segar bagi masyarakat Koto Tingga. Kisah-kisah mengharukan terlukis indah di sana. Salah satunya kisah dari penjahit difabel.

"Kita ada yang jahit disabilitas. Disabilitias yang gak punya kaki (dari lahir)," cerita Elsa. "Nah, ayahnya sudah tiada, dia punya ibu dan punya adik. Selama ini, yang menghidupinya itu ibunya gitu, tapi sekarang kenyataan pahit ibunya juga diabetes. Jadi dialah yang jadi tulang punggung keluarganya sekarang. Akhirnya dia kerja dan alhamdulillah, dia lumayan pendapatnya bisa menghidupi adiknya yang sekolah dan ibunya yang lagi sakit."

Kisah tersebut tentu jadi salah satu motivasi besar Elsa untuk terus melakukan pemberdayaan. Lebih lanjut, sebanyak 80 persen dari tim Kampung Jahit Maharrani merupakan perempuan. Berdasarkan laporan langsung dari Elsa, tulang punggung keluarga di sekitar daerahnya sekarang rata-rata dipegang perempuan.

6. Elsa Maharani, sosok anak muda cerminan masa depan bangsa

Rangkul Asa Perempuan di Padang, Elsa Maharani Ciptakan Kampung JahitElsa Maharani, pendiri Kampung Jahit Maharrani (instagram.com/elsamaharrani)

Saat dimintai kalimat motivasi untuk anak muda Indonesia, Elsa Maharani tetap berpegang teguh pada visinya. Ia ingin menebarkan semangat untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Prinsip tersebut tentu merupakan cerminan dari anak muda sebagai calon masa depan bangsa. 

"Bagi saya, bagi kami, sih, prinsip hidupnya bermanfaat. Hidup di dunia ini kita, kan, sementara, ya. Hidup kita di akhirat itu selamanya. Jadi, jangan pernah sia-siakan untuk berbuat baik selama di dunia. Karena siapa tahu amalan kita yang kecil di dunia ini, itu pula yang mengantarkan kita ke surga," tegasnya.

Bentuk manfaat itu ditunjukkan tidak hanya dari pemberdayaan, tetapi juga melalui kegiatan sosial. Elsa Maharani bersama warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Muaro mendirikan rumah tahfiz yang disebut Rumah Quran Serambi Minang. Meski siswanya tidak sebanyak sebelum COVID-19, kegiatan tersebut hingga kini masih berjalan. 

Elsa menjelaskan bahwa siswa tidak tinggal di tempatnya, melainkan datang untuk belajar Al-Quran, lalu setelahnya pulang ke rumah masing-masing. Siswa diberi ruang belajar di tempat produksi Maharrani. Dari pagi hingga siang, tempatnya digunakan admin. Setelah para admin pulang pada sore hari, barulah ruangan tersebut dijadikan rumah tahfiz.

Sejalan dengan kepeduliannya itu, pada acara Bincang Inspiratif 14th SATU Indonesia Awards 2023 bersama Astra Indonesia di Deli Serdang, Elsa sempat menyampaikan pendapatnya tentang anak muda. Menurutnya, anak muda harus bisa menjadi problem solving. Artinya, anak muda sebagai penyelesai masalah bukan penambah masalah. Untuk ke depannya, Elsa sendiri bermimpi ingin menciptakan seribu lapangan pekerjaan.

Kisah inspiratif Elsa Maharani seolah menampar yang belum mampu berkontribusi banyak untuk kampung halaman, apalagi untuk negara. Namun, tentunya belum terlambat untuk memulai. Justru kisah Elsa ini bisa dijadikan acuan agar terus semangat untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Baca Juga: Tabu dan Asa: Membumikan Pendidikan Seksual Lewat Konten Digital

Akromah Zonic Photo Verified Writer Akromah Zonic

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya