Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Anak Pertama Tidak Ingin Buru-buru Menikah, Kenapa?

ilustrasi menikah (unsplash.com/Jeremy Wong Weddings)

Fenomena nikah muda bukan lagi hal baru. Tak heran, saat memasuki umur 20-an, cukup banyak orang yang memutuskan untuk menikah, khususnya di Indonesia sendiri.

Namun, hal itu mungkin gak berlaku bagi anak pertama, si harapan orangtua yang punya punggung sekuat baja. Meskipun memang tak sedikit juga anak pertama yang ingin menikah muda, kebanyakan dari mereka memiliki alasan sekaligus prinsip untuk tak buru-buru melakukannya. Kira-kira apa ya alasan anak pertama tidak ingin buru-buru menikah?

1. Merasa bertanggung jawab terhadap keluarga

ilustrasi keluarga (unsplash.com/Hoi An Photographer)

Anak pertama tentu mendapat limpahan kasih sayang yang luar biasa waktu kecil. Meski begitu, saat beranjak dewasa, anak pertama juga harus dihadapkan pada rasa tanggung jawab yang amat besar terhadap orangtua dan adik mereka.

Walaupun kadang tak ada yang menuntut hal tersebut, rasa tanggung jawab itu muncul begitu saja pada diri si sulung. Keinginan menafkahi dan membahagiakan orangtua yang sudah lansia hingga harapan untuk dapat membiayai sekolah adik-adiknya membuat anak pertama tidak memprioritaskan pernikahan.

Tak sedikit juga dari mereka yang ingin segera menikah. Namun, mereka rela menunda keinginan tersebut karena ingin memenuhi tanggung jawabnya.

2. Ingin kejar mimpi terlebih dahulu

ilustrasi karier (unsplash.com/Hunters Race)

Mengejar mimpi dan menjadi orang sukses tentu impian semua orang, tak terkecuali para anak sulung. Terlahir sebagai anak pertama membuat mereka menjadi contoh dan panutan, bahkan sejak adik mereka lahir. Mereka ingin selalu terlihat sempurna di depan sang adik, salah satunya dengan menjadi sukses.

Selain itu, pada umumnya mereka juga merasa menjadi sandaran secara finansial bagi orangtua, saat orangtua tak lagi bisa bekerja. Karena itu, tak sedikit anak sulung yang memilih untuk menunda pernikahan hingga mereka merasa cukup sukses pada versinya masing-masing.

3. Belum siap secara mental dan finansial

ilustrasi uang (unsplash.com/Dmitry Demidko)

Sebelum menikah, seseorang tentunya perlu menyiapkan segala hal yang dibutuhkan dengan matang. Bukan perkara menyiapkan biaya pesta pernikahan saja, menikah sejatinya memerlukan kesiapan mental dan kestabilan finansial.

Merasa dirinya sebagai orang yang harus mandiri, seorang anak pertama pada umumnya punya keinginan kuat untuk menyiapkan segalanya dengan matang sebelum menikah, tak terkecuali dengan kesiapan mental dan finansial.

Kestabilan finansial tentunya dapat diperoleh dengan bekerja hingga berinvestasi. Sementara itu, kesiapan mental dapat diperoleh seseorang dengan mengenal diri mereka sendiri, mengenali pasangan, dan mempelajari bagaimana kehidupan setelah pernikahan.

Meskipun terdengar mudah, kedua hal ini tak bisa diperoleh secara instan. Karena itu, kedua hal ini perlu disiapkan jauh sebelum seseorang memutuskan untuk menikah.

4. Belum menemukan pasangan yang tepat

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Caleb Ekeroth)

Alasan lainnya mengapa memilih untuk tak buru-buru menikah adalah mereka belum menemukan pasangan yang tepat. Alasan ini juga mungkin bukan hanya dirasakan oleh anak sulung.

Seorang anak pertama kadang cenderung perfeksionis, begitu pun dengan kehidupan. Mereka ingin memiliki pasangan yang tepat karena mereka tau bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan yang harus dijalani dengan penuh komitmen.

Tentunya, mereka ingin kehidupan pernikahan mereka berjalan dengan baik. Mereka juga berharap kehidupan berumah tangga mereka dapat menjadi figur atau contoh bagi adik-adiknya.

5. Belum siap dengan kehidupan rumah tangga

ilustrasi pasangan memasak bersama (unsplash.com/Becca Tapert)

Banyak orang yang bilang bahwa menikah bukan berarti mengubah kehidupanmu seutuhnya. Seseorang tetap bisa bekerja, menuntut ilmu, hingga mengejar mimpi meskipun ia sudah menikah.

Kendati demikian, pada praktiknya, kehidupan kita setelah menikah akan berbeda dengan kehidupan sebelum menikah. Setelah menikah, seseorang akan dituntut untuk memahami perasaan sang pasangan.

Itu sebabnya, kita tidak bisa lagi egois dan hanya memikirkan kepentingan pribadi. Boleh jadi, ada beberapa hal yang terpaksa kita korbankan saat menjalani kehidupan rumah tangga.

Gak heran, tidak sedikit anak sulung yang takut kehidupan pribadinya terenggut saat ia memutuskan untuk menikah. Namun, hal tersebut bukan hal yang buruk, kok. Sebab, kesiapan seseorang dalam berumah tangga bukan hal yang bisa dipaksakan.

Kelima alasan tersebut mungkin tak dirasakan sekaligus oleh semua anak pertama. Namun, salah satunya boleh jadi melekat pada diri si sulung. Kamu sendiri gimana? Dari sederet alasan di atas, adakah alasan yang menggambarkan mengapa kamu tidak ingin buru-buru menikah?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us