Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. (IDN Times/Dina Salma)

Intinya sih...

  • Judul buku "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati" mengangkat isu kesehatan mental dan suicide
  • Buku ini diharapkan dapat memberi pemahaman akan kondisi kesehatan mental bagi masyarakat luas
  • Karya fiksi Brian menawarkan pesan moral tentang pentingnya empati terhadap kesedihan orang lain

Jakarta, IDN Times - Mengangkat kisah seorang kawan yang mengalami depresi dan sempat berusaha untuk mengakhiri hidup, Brian Khrisna terdorong untuk menulis novel dengan tema kesehatan mental. Buku ke-11 Brian mengeksplorasi keresahan terkait isu kesehatan jiwa dan suicide

Kisah yang dituliskan, memosisikan diri melalui sudut pandang Ale sebagai tokoh utama dalam "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati". Penulis asal Bandung ini, berupaya untuk menghadirkan bacaan yang ringan namun tetap memiliki nilai moral.

Oleh karenanya, berikut adalah 5 alasan mengapa kamu harus baca karya fiksi terbaru dari Brian. Pria berusia 37 tahun yang juga aktif di media sosial tersebut, banyak menyuarakan konflik sosial dalam karya-karyanya!

1. Membawa pesan mendalam terkait kesehatan mental

Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. (IDN Times/Dina Salma)

Judul buku yang dirilis oleh Brian mungkin terkesan nyeleneh. Akan tetapi, Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati seyogyanya berusaha untuk memotret kesedihan dari kacamata dan sudut pandang berbeda. Tujuannya tak lain adalah memberi perspektif yang lebih luas akan emosi seseorang. 

Buku ini diharapkan dapat menyentuh berbagai elemen masyarakat, bahkan mereka yang tak memiliki kesadaran terhadap isu kesehatan mental. Melalui cerita yang sederhana dan dekat dengan kehidupan, buku yang dirilis pada Januari 2025 ini, dapat memberi sedikit pemahaman akan kondisi kesehatan mental bagi seseorang.

"Alasan memilih mie ayam adalah karena makanan yang paling dekat dengan masyarakat, karena ini bukunya juga menyasar kesedihan di masyarakat. Kesedihan orang-orang itu valid, semua orang boleh bersedih, apalagi sekarang orang-orang yang gak tahu tentang mental health ini, akhirnya bisa tahu, 'Oh, kesedihan saya itu valid.'. Dengan makan mie ayam, kalian punya alasan untuk tetap hidup, sesederhana seporsi mie ayam," ujarnya dalam Peluncuran Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati pada Senin (17/2/2025) di Makarya, Gramedia Matraman.

2. Tak dikhususkan bagi yang tengah mengalami depresi, buku ini cocok dibaca oleh semua orang

Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. (IDN Times/Dina Salma)

Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, tengah mendapat perhatian khusus di masyarakat. Sejumlah orang mulai berani mengungkapkan kondisi kejiwaannya yang mungkin sedang 'tak baik-baik saja'. Gerakan kolektif ini pada akhirnya mendorong khalayak untuk lebih aware akan isu mental health.

"Buku ini sebenarnya bisa dibaca untuk umum, tapi buat teman-teman yang mengalami distimia atau depresi atau macam-macam, yang mengalami selama ini kesepian dalam hidup, bukan siapa-siapa, gak punya pencapaian, buku ini insya Allah bisa kalian baca. Tenang, buku ini gak akan triggering karena meskipun judulnya seperti itu, di dalamnya mengajak kalian untuk menemukan alasan-alasan kecil untuk tetap hidup," jelas dia.

Karya fiksi yang menggambarkan keresahan hidup Ale ini, tetap layak dinikmati oleh seluruh kalangan. Terlepas dari isu utama terkait depresi dan bunuh diri, novel ini dapat menjadi karya dengan nilai moral dan pesan yang baik.

Brian juga menyampaikan, "Buku ini kalau dibaca orang awam, semoga dengan membaca buku ini, orang-orang mau lebih mendengar ketika menghadapi orang-orang yang mengalami depresi. Tidak mudah menghakimi, bahwa kesedihan setiap orang itu valid. Walaupun sesimpel dan sesederhana apa pun sedihnya orang, kita merasa valid dan kita jadi pribadi yang lebih punya empati dan simpati."

3. Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati mengangkat isu kesehatan mental yang dikemas dengan cara menghibur

Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. (IDN Times/Dina Salma)

Karya setebal 216 halaman ini, terbilang ringan serta mudah diterima oleh berbagai kalangan. Gaya cerita yang sederhana dan penggunaan kata yang jenaka, tetap berhasil membawa pesan mendalam tanpa mengesampingkan unsur hiburan.

"Ini walaupun tentang depresi, tapi bukunya ringan sekali. Bisa dibaca siapa aja, sehingga orang-orang yang awalnya gak suka baca buku, jadi suka baca buku setelah baca buku itu. Dan buat saya, buku itu harusnya kayak wisata. Jadi misalnya bukan jadi pekerjaan, baca buku itu harus menyenangkan, gak harus mumet," kata Brian. 

4. Bukan buku yang berisi teori dan metode ilmiah, bacaan ringan ini lebih cocok menjadi teman untuk melalui kesedihan

Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. (IDN Times/Dina Salma)

Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati tak akan menjadi buku yang menggurui, apalagi memaparkan pedoman atau teori kehidupan. Catatan ringan ala Brian ini lebih cocok dianggap sebagai 'teman' melalui gejolak emosi dan krisis kehidupan.

Meski terkesan ringan, Brian tak mengabaikan pentingnya melakukan riset dan pertimbangan oleh profesional. Ia juga berupaya menyelami kehidupan orang-orang yang memiliki kisah serupa dengan karakter yang diciptakannya. 

"Buku ini alih-alih memberi masukan, nasihat, dan macam-macam, justru mengajak teman-teman untuk bergerak dari satu titik ke titik lain. Bertemu dengan banyak orang yang mengalami kesedihan, bagaimana melihat orang-orang kecil, orang-orang bawahan menyelesaikan kesedihan mereka dengan cara seperti apa," terang Brian. 

5. Mengajak teman-teman untuk menemukan alasan bertahan hidup, sekecil apa pun

Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. (IDN Times/Dina Salma)

Lewat sosok Ale, Brian mengajak pembaca untuk menyelami kehidupan sosial dari berbagai lapisan masyarakat. Kisah kelam di balik kehidupan seseorang yang mengalami penolakan, kegagalan, namun pada akhirnya bertahan karena alasan yang cukup sederhana. 

"Buat teman-teman yang ingin membaca buku ini, mungkin dari judulnya emang agak sensitif judulnya. Tapi, percayalah pada akhirnya tidak ada hal-hal yang menyeramkan di dalam sini. Mungkin di awalnya, karena harus menjelaskan karakternya, harus dijelaskan dulu. Mungkin itu awalnya triggering. Tapi setelah perjalanan, insya Allah gak karena di dalam novel itu, mengajak teman-teman untuk mendapat sebuah alasan kecil untuk hidup, alasan sederhana untuk hidup, sesederhana seporsi mie ayam. 

Brian berusaha untuk menyampaikan pesan, temukan alasan untuk tetap hidup meski sederhana, sesederhana makan seporsi mie ayam. Melalui karya, harapannya akan ada lebih banyak orang yang berlaku bijaksana dalam memahami kesedihan dan kesulitan orang lain. 

Editorial Team