Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi doomscrolling (freepik.com/freepik)

Di era digital yang serba cepat, kebiasaan doomscrolling, terus menggulir berita negatif tanpa henti, menjadi candu yang diam-diam merusak kesehatan mental. Tanpa disadari, banyak orang terjebak dalam siklus membaca kabar buruk, mulai dari bencana alam, krisis politik, hingga berita kriminal, seolah-olah mencari kepastian di tengah ketidakpastian.

Padahal, kebiasaan ini gak cuma bikin waktu terbuang percuma, tapi juga memicu kecemasan berlebihan. Lantas, mengapa doomscrolling begitu berbahaya, dan bagaimana cara lepas dari jeratannya?

Paparan terus-menerus terhadap informasi negatif bisa mengacaukan emosi, menurunkan produktivitas, bahkan mengganggu tidur. Otak manusia sebenarnya dirancang untuk lebih peka terhadap ancaman, itulah sebabnya berita buruk lebih mudah menarik perhatian.

Namun, ketika kebiasaan ini dibiarkan, dampaknya bisa jauh lebih serius daripada sekadar rasa lelah. Artikel ini mengupas lima alasan utama bahaya doomscrolling dan strategi praktis untuk menghentikannya.

1. Memicu kecemasan dan stres kronis

ilustrasi doomscrolling (freepik.com/yanalya)

Doomscrolling secara konstan membanjiri pikiran dengan informasi negatif, yang pada akhirnya mengaktifkan respons "fight or flight" dalam tubuh. Ketika hormon stres seperti kortisol terus diproduksi, efek jangka panjangnya bisa berupa gangguan kecemasan, sulit konsentrasi, bahkan gejala fisik seperti sakit kepala dan jantung berdebar.

Semakin sering terpapar berita buruk, semakin tinggi pula risiko mengalami emotional exhaustion, kondisi di mana emosi terkuras habis tanpa energi untuk memulihkannya.

Orang yang menghabiskan lebih dari 30 menit sehari membaca berita negatif cenderung mengalami peningkatan kadar stres hingga 40 persem. Ironisnya, meski tahu efeknya buruk, banyak orang kesulitan berhenti karena otak terjebak dalam siklus pencarian kepastian. Padahal, terus-menerus mengonsumsi kabar buruk gak akan membuat situasi jadi lebih baik, justru sebaliknya, mental semakin limbung.

2. Mengganggu kualitas tidur

Editorial Team

Tonton lebih seru di