5 Alasan Gen Z Lebih Memilih Traveling daripada Membeli Barang Mewah

Generasi Z, atau yang biasa disebut gen Z, punya cara pandang yang cukup unik dibanding generasi sebelumnya, terutama soal gaya hidup dan cara menghabiskan uang. Di zaman sekarang, banyak gen Z yang memilih jalan-jalan dan eksplorasi tempat baru daripada membeli barang-barang mewah hanya demi gengsi.
Buat mereka, barang lokal yang asli justru lebih menarik daripada produk bermerek yang harganya selangit tapi nggak orisinal. Lalu, kenapa sih traveling lebih menarik bagi gen Z daripada membeli barang mewah? Yuk, simak lima alasannya berikut ini!
1. Pengalaman lebih berharga daripada kepemilikan

Bagi gen Z, pengalaman dinilai jauh lebih berharga daripada sekadar memiliki barang. Traveling memberikan petualangan, tantangan, dan momen kebersamaan yang tidak tergantikan. Mengunjungi tempat baru, mengenal budaya asing, atau sekadar menikmati sunset di pantai memberi rasa bahagia yang tidak bisa digantikan oleh benda mati.
Barang mewah bisa saja rusak, hilang, atau bahkan ketinggalan zaman. Namun, kenangan dari sebuah perjalanan akan selalu hidup dalam ingatan, dan bisa menjadi cerita yang dibagikan seumur hidup.
2. Media sosial membentuk gaya hidup berbasis pengalaman

Tidak bisa dipungkiri, kehadiran media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube turut membentuk budaya traveling di kalangan gen Z. Mereka ingin berbagi pengalaman menarik kepada teman-teman dan pengikut mereka. Foto-foto di pantai eksotis, video petualangan mendaki gunung, atau vlog city tour di luar negeri dianggap lebih keren dan relatable ketimbang sekadar memamerkan barang-barang mewah.
Selain itu, konten berbasis pengalaman dianggap lebih otentik dan engaging. Hal ini membuat gen Z lebih tertarik mengejar momen berharga daripada sekadar menunjukkan status sosial lewat barang-barang mahal.
3. Sadar akan konsumerisme dan isu lingkungan

Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih peduli terhadap isu-isu global, seperti perubahan iklim, keberlanjutan, dan dampak konsumsi berlebihan terhadap lingkungan. Mereka paham bahwa membeli barang mewah secara terus-menerus bisa menimbulkan dampak negatif, mulai dari limbah produksi hingga eksploitasi sumber daya alam.
Karena itulah, banyak gen Z yang memilih gaya hidup minimalis dan lebih memprioritaskan pengalaman dibanding kepemilikan. Traveling ke tempat-tempat bernuansa alam juga jadi pilihan favorit mereka karena dinilai lebih menyegarkan dan sejalan dengan gaya hidup yang mereka jalani.
4. Mencari makna hidup sejak dini

Kalau generasi sebelumnya lebih fokus membangun karier dan membeli properti di usia muda, gen Z cenderung lebih berani mencari makna hidup sejak dini. Traveling dianggap sebagai cara terbaik untuk menemukan jati diri, memperluas perspektif, dan menantang zona nyaman.
Bertemu dengan budaya baru, mencoba makanan lokal, belajar bahasa asing, hingga memahami sejarah suatu tempat memberikan pengalaman spiritual dan emosional yang dalam. Inilah alasan mengapa traveling menjadi prioritas utama bagi banyak anak muda zaman sekarang.
5. Tren remote work dan work-life balance

Perkembangan teknologi membuka peluang bagi gen Z untuk bekerja secara fleksibel. Banyak dari mereka yang menjadi freelancer, digital nomad, atau karyawan remote. Gaya kerja ini memungkinkan mereka untuk bekerja sambil traveling, tanpa harus terikat di satu tempat.
Hal ini membuat traveling bukan lagi dianggap sebagai liburan mewah, tapi justru menjadi bagian dari gaya hidup gen Z. Mereka bisa bekerja dari Bali selama sebulan, lanjut road trip ke Jawa Timur, atau bahkan backpacking keliling Asia, sambil tetap produktif. Pengalaman seperti ini jelas lebih mengesankan daripada membeli barang yang hanya bisa dinikmati sesaat.
Itulah lima alasan gen Z lebih menyukai traveling daripada membeli barang mewah. Bagi mereka, kesuksesan bukan lagi soal seberapa banyak barang mewah yang dimiliki, tapi tentang seberapa kaya pengalaman yang telah dijalani.
Traveling jadi pilihan utama karena menghadirkan kebahagiaan yang lebih otentik, penuh makna, dan pastinya penuh momen berharga yang layak dikenang dan dibagikan. Gimana, menurut kamu relate juga, nggak?