Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi wanita (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Intinya sih...

  • Menceritakan masalah pribadi terlalu banyak bisa menjurus ke trauma-dumping

  • Oversharing membuat suasana semakin canggung dan orang sulit percaya padamu

  • Trauma-dumping bikin kamu jadi pribadi yang negatif dan sulit untuk dekat dengan orang lain

Menceritakan terlalu banyak masalah pribadi bisa menjurus ke trauma-dumping. Ini adalah istilah yang menggambarkan keadaan ketika seseorang melampiaskan banyak cerita dan trauma masa lalu pada orang lain dengan harapan akan menuai simpati.

Kebiasaan ini jelas adalah hal yang buruk. Berbeda dengan curhat yang hanya sesekali, kebiasaan trauma-dumping menormalisasikan dirimu untuk terus mengungkit dan membicarakan tentang masa lalu buruk pada siapa pun yang kamu temui.

Ini membuatmu jadi pribadi yang self-centered dan tidak berempati pada orang lain. Bukannya menuai simpati, justru kebiasaan ini hanya akan jadi bumerang untuk diri sendiri. Mengapa demikian? Berikut tiga alasannya.

1. Membuat suasana semakin canggung

ilustrasi wanita (pexels.com/Ivan Samkov)

Bukannya salah curhat atau bercerita pada orang yang kamu percaya. Tapi, kalau kamu bercerita terus-terusan, kerap membawa-bawa masa lalu saat ngumpul bareng teman, maka tentu itu akan membuat suasana semakin canggung.

Sekali dua-kali mungkin temanmu bisa mendengar dan memberi ucapan semangat. Namun lambat laun, mereka lelah juga. Sadari bahwa temanmu pun punya masalah dan pergumulannya sendiri.

Melimpahkan trauma dan kekesalan demi mendapat validasi hanya akan membuatmu terlihat haus validasi. Sebenarnya bukan nasihat yang kamu inginkan dan butuhkan, melainkan reassurance dari orang lain.

2. Orang jadi sulit percaya padamu

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Ivan Samkov)

Kebiasaan oversharing secara tidak langung menunjukkan bahwa kamu orang yang emosional dan impulsif. Kamu tidak bisa memilah mana yang harus diceritakan, mana yang sebaiknya disimpan untuk diri sendiri.

Alhasil, ini membuat orang sekitar sulit untuk percaya padamu. Saat mereka mengalami masalah, kamu bukan orang pertama yang dicari.

Selain itu, orang yang hobi oversharing juga menunjukkan bahwa dirinya hanya berfokus pada diri sendiri. Sulit bagimu untuk berempati atau peduli pada orang lain saat kamu berpikir bahwa nasibmu yang paling malang.

3. Trauma-dumping bikin kamu jadi pribadi yang negatif

ilustrasi teman curhat (pexels.com/Liza Summer)

Tanpa disadari, kerap menceritakan trauma dan masa lalu buruk membuatmu jadi pribadi yang negatif. Yang kamu ceritakan pada orang lain adalah pengalaman buruk, memalukan, dan menyakitkan.

Fokusmu selalu pada rasa sakit, rasa malu, rasa takut dan khawatir akibat pengalaman itu. Bila ini terus dilantunkan berulang-ulang, kamu pun jadi pribadi yang negatif. Apa yang kamu bagikan berdampak pada orang di sekitarmu.

Ketika hidupmu penuh kebencian dan rasa frustrasi, hal tersebut membuat orang lain enggan untuk dekat dan berinteraksi denganmu. Hati-hati dengan hal ini.

Bukan berarti kamu harus memendam semua masalah sendiri. Curhat berbeda dengan trauma-dumping. Sesekali bercerita pada orang yang dipercaya akan meringankanmu, tapi terus-terusan membahas trauma hanya akan menjadi bumerang untuk pertemanan kalian. Belajar untuk memberi batas ke diri sendiri, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian